Mohon tunggu...
Antonius SubanKleden
Antonius SubanKleden Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya seorang jurnalis, tinggal di Kota Kupang, NusaTenggara Timur

Saya seorang jurnalis yang sudah lama sejak tahun 1992 aktif menulis di media cetak. Saya menjadi wartawan pertama di SKM Dian di Ende Flores.. Tahun 1996 saya bergabung dengan Harian Umum Pos Kupang di Kupang. Tahun 2013 saya menjadi Pemimpin Redaksi AFBTV, sebuah televisi lokal di Kupang. Tahun 2014 saya menerbitkan majalah bulanan Kabar NTT, yang isinya tentang potensi NTT. Sejak Juni 2019 saya membuat online kabarntt.com. Saya juga mengajar jurnalistik di Kupang, memberi pelatihan jurnalistik di banyak tempat di NTT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jokowi Sang Cahaya

31 Juli 2019   08:25 Diperbarui: 31 Juli 2019   08:39 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : merdeka.com/anasiasMenerima hadiah kuda sandlewood dari Bupati Sumba Barat Daya, Markus Dairo Tallu

Terakhir Jokowi ke Labuan Bajo, 10 Juli 2019 lalu. Kunjungan ke Labuan Bajo adalah kunjungan kesepuluh ke NTT. Di Labuan Bajo, Jokowi ingin memastikan desain pembangunan Labuan Bajo menjadi salah satu dari sepuluh destinasi premium.

Begitu banyak kunjungannya ke daerah-daerah, blusukan ke pasar tradisional, rajin memeriksa proyek-proyek pembangunan tak lain pengejawantahan tanggung jawab kepemimpinannya.  

Dengan melihat langsung dan berkali-kali suatu proyek pembangunan, Jokowi seakan mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu jangan hanya di belakang meja, tetapi juga berjibaku di lapangan.

Mengutip kata-kata Jokowi sendiri, "Bagi saya membangun bukan semata memperbaiki fisik wilayah, tetapi juga membangkitkan energi positif pada batin rakyat. Ketika kehendak memperbaiki telah bersemayam di hati rakyat, itu luar biasa" (halaman 17).

Buku Jokowi Menuju Cahaya dengan sangat gamblang dan kuat menunjukkan riwayat perjalanan Jokowi menuju puncak tertinggi di republik ini. Menyimak halaman demi halaman buku ini, kita jadi tahu betapa riwayat perjalanan Jokowi teramat ringan, enteng dan tidak banyak kesulitan. Jokowi bercerita apa adanya. 

Kisah Jokowi adalah kisah kebanyakan orang. Kisah rakyat Indonesia yang serba kesulitan melalui  hari-hari hidup yang penuh drama. Kisah orang kecil yang melewati titian hidup serba tragik.

Foto : merdeka.com/anasiasMenerima hadiah kuda sandlewood dari Bupati Sumba Barat Daya, Markus Dairo Tallu
Foto : merdeka.com/anasiasMenerima hadiah kuda sandlewood dari Bupati Sumba Barat Daya, Markus Dairo Tallu
Tetapi kisah Jokowi yang ditulis plastis di buku ini sekaligus adalah kisah keberanian seorang tokoh besar, seorang nabi yang diutus memperbaiki keadaan umatnya. 

Kisah pantang menyerah seorang pemimpin. Kisah kenekadan seorang presiden di sebuah negara kaya tetapi masih terbelenggu kekurangan. 

Dan kisah seorang hero, pahlawan yang punya  notion pro rakyat.  Notion pro rakyat yang mendamba perubahan, yang merindu kesejateraan, yang mengimpikan kemajuan.

Jokowi menjawab harapan, kerinduan dan mimpi rakyatnya itu dengan sejumlah keputusan berani dan berisiko. "Jangan Lunak Untuk Yang Merusak". Tulis Alberthiene Endah untuk judul bab 5 buku ini. Ini kalimat imperatif, bukan afirmatif. Perintah, bukan sekadar pernyataan.

Betul. Jokowi tidak melunak untuk apa yang dinilainya merusak. Merusak tatanan negara. Mengganggu gerak maju pembangunan. Menghalangi hasrat rakyat untuk berubah. "Saya  tak mau lunak untuk sesuatu yang merusak," kata Jokowi (halaman 174).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun