Terakhir Jokowi ke Labuan Bajo, 10 Juli 2019 lalu. Kunjungan ke Labuan Bajo adalah kunjungan kesepuluh ke NTT. Di Labuan Bajo, Jokowi ingin memastikan desain pembangunan Labuan Bajo menjadi salah satu dari sepuluh destinasi premium.
Begitu banyak kunjungannya ke daerah-daerah, blusukan ke pasar tradisional, rajin memeriksa proyek-proyek pembangunan tak lain pengejawantahan tanggung jawab kepemimpinannya. Â
Dengan melihat langsung dan berkali-kali suatu proyek pembangunan, Jokowi seakan mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu jangan hanya di belakang meja, tetapi juga berjibaku di lapangan.
Mengutip kata-kata Jokowi sendiri, "Bagi saya membangun bukan semata memperbaiki fisik wilayah, tetapi juga membangkitkan energi positif pada batin rakyat. Ketika kehendak memperbaiki telah bersemayam di hati rakyat, itu luar biasa" (halaman 17).
Buku Jokowi Menuju Cahaya dengan sangat gamblang dan kuat menunjukkan riwayat perjalanan Jokowi menuju puncak tertinggi di republik ini. Menyimak halaman demi halaman buku ini, kita jadi tahu betapa riwayat perjalanan Jokowi teramat ringan, enteng dan tidak banyak kesulitan. Jokowi bercerita apa adanya.Â
Kisah Jokowi adalah kisah kebanyakan orang. Kisah rakyat Indonesia yang serba kesulitan melalui  hari-hari hidup yang penuh drama. Kisah orang kecil yang melewati titian hidup serba tragik.
Tetapi kisah Jokowi yang ditulis plastis di buku ini sekaligus adalah kisah keberanian seorang tokoh besar, seorang nabi yang diutus memperbaiki keadaan umatnya.Â
Kisah pantang menyerah seorang pemimpin. Kisah kenekadan seorang presiden di sebuah negara kaya tetapi masih terbelenggu kekurangan.Â
Dan kisah seorang hero, pahlawan yang punya  notion pro rakyat.  Notion pro rakyat yang mendamba perubahan, yang merindu kesejateraan, yang mengimpikan kemajuan.
Jokowi menjawab harapan, kerinduan dan mimpi rakyatnya itu dengan sejumlah keputusan berani dan berisiko. "Jangan Lunak Untuk Yang Merusak". Tulis Alberthiene Endah untuk judul bab 5 buku ini. Ini kalimat imperatif, bukan afirmatif. Perintah, bukan sekadar pernyataan.
Betul. Jokowi tidak melunak untuk apa yang dinilainya merusak. Merusak tatanan negara. Mengganggu gerak maju pembangunan. Menghalangi hasrat rakyat untuk berubah. "Saya  tak mau lunak untuk sesuatu yang merusak," kata Jokowi (halaman 174).