Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Selamat Datang Smart Meter (PLN)

30 Desember 2022   06:41 Diperbarui: 30 Desember 2022   06:46 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Hadirnya smart meter mengikuti perkembangan zaman, teknologi smart meter memang wajib ada. Bagaimana agar tidak jadi lahan korupsi, rakyat miskin tidak terbebani?(Supartono JW.30122022)

Bagi masyarakat pelanggan listrik PLN konvensional, ada kabar baik dari BUMN ini, sebab akan hadir SMART METER. Tunggu, benarkah ini kabar baik? Atau kabar buruk?

Jawabnya, saya simpulkan:

Pertama, ini kabar baik bagi pelanggan listrik PLN atau masyarakat Indonesia yang masih menggunakan catatan meter manual/konvensional, karena pencatatan meteran listrik akan akurat.

Kedua, kabar baik untuk Indonesia karena PLN mengikuti perkembangan zaman di era digitalisasi dan Industri 4.0.

Ketiga, kabar buruk bagi BUMN PLN bila dalam proses digitalisasi ini ada penyelewengan anggaran alias menjadi lahan korupsi.

Keempat, kabar buruk bagi masyarakat karena dalam proses digitalisasi ini, pasti harus mengeluarkan anggaran lagi. Sama seperti digitalisasi siaran televisi, yang hingga saat ini masih banyak dikeluhakan rakyat karena harus mengeluarkan biaya lagi demi sekadar dapat nonton televisi bagi rakyat yang TVnya belum digital karena harga set top box di toko-toko tak kurang dari dua ratus ribuan, belum lagi antena yang menunjang dll.

Kelima, demi mengikuti perkembangan zaman, teknologi smart meter memang wajib ada. Tetapi bagaimana caranya agar rakyat miskin tidak terus terbebani?

Tentang smart meter

Sesuai perkembangan zaman, hadirnya smart meter (pencatatan meteran listrik digital PLN) akan meningkatkan efisiensi dan transparansi kelistrikan bagi pelanggan listrik konvensional yang masih menggunakan catatan meteran manual.

Diketahui bahwa dengan sistem digital, pencatatan meteran listrik oleh PLN yang selama ini sering terjadi masalah dengan pelanggannya akan tergaransi tingkat akuntabelnya. Pasalnya, kualitas dan kuantitas data yang diterima melalui smart meter dapat dijamin.

Ternyata, menyoal smart meter ini, PLN sebagai BUMN yang tentu terkait dengan uang rakyat, telah menggandeng perusahaan China. Hal ini pun telah diberitakan oleh beberapa media massa nasional, pada Selasa (28/12/2022). Bahkan dikutip pernyataan:

President of State Grid Corporate of China Zhang Zhigang menyatakan mendukung penuh langkah PLN dalam berkembang ke dalam transisi energi. Ia sepakat, bahwa dalam transformasi dan transisi energi dibutuhkan sistem jaringan berbasis digital, sehingga lebih efisien dan akuntabel.

"Kerja sama ini sangat baik untuk memperkuat ketahanan energi kedua negara. Saya percaya bahwa kerja sama yang sukses akan semakin meningkatkan kesuksesan kedua perusahaan ke depan," jelas Zhigang.

Perlu saya ungkap, bahwa terkait smart meter yang dihadirkan oleh PLN ini, selain dipertanyakan mengapa harus bekerjasama lagi dengan China, netizen atau warganet Indonesia juga banyak yang mempersoalkan mengapa harus hadir smart meter.

Sesuai kesimpulan saya di atas, ternyata, masyarakat pun sudah menulis di kolom komentar berita-berita menyangkut kehadiran smart meter ini. Komentarnya pun saya kutip, tetapi saya bahasakan sederhana, seperti berikut:

1) Smart meter=lahan mega korupsi. Kemarin token, sekarang smart. Habis APBN mengeyangkan koruptor. Rezim siapa ini?

2) Hanya berbeda sedikit sama model meteran lama dan token, data pemakaian bisa dilihat. Ini biasa, promo, tetapi menghamburkan uang rakyat. Dan, siap-siap rakyat mengeluarkan isi dompet buat smart meter.

3) Rakyat pedesaan susahnya minta ampun. Yang duduk manis menjabat selalu ingin yang baru, yang lebih efisien. Bersembunyi di balik digitilasasi dan kebijakan, selalu membuat rakyat pusing, dan menderita.

4) Smart meter, harus dengan China? Ada apa sih? Tapi rakyat tahu lah.

5) Bukankah dengan sistem token PLN sudah diuntungkan? Karena pelanggan tidak menungga. Sekarang smart meter dananya dari mana? Rakyat juga yang kena getah. Tetapi nanti beritanya, rakyat hanya mendengar BUMN rugi. Siapa yang makan uang rakyat?

6) Luar biasa, TV analog ke digital. BBM ke listrik. LPG ke induksi. konvensional ke smart meter, Kereta Jakarta ke Bandung. Ibu Kota Jakarta ke Kalimantan. Siapa itu?

7) Sekarang beli pulsa 100 saja sudah langsung rugi karena langsung dipotong, kemarin hampir saja tukang gorengan bawa tiang listrik sendiri-sendiri, buat masak pakai kompor listrik. BUMN ternyata berpikirnya hanya bagaimana mengakali rakyat, dapat untung besar. Ini implementasi ekonomi Pancasila? Atau implementasi siapa?

8) Rakyat sudah miskin dan hidup sulit, masih juga tega membuat derita. Pokok masalah energi listrik mahal!

dll.

Saya pikir, bila warganet menulis komentar seperti demikian adalah wajar. Sebab, banyak sekali kebijakan-kebijakan pemerintah yang selalu menambah rakyat tambah susah dan menderita. Namun demikian, sejatinya kehadiran smart meter memang tidak bisa ditawar.

Alasannya, kehadiran smart meter akan memuluskan transformasi digital perusahaan (PLN) secara menyeluruh. Lebih dari itu, pun  meningkatkan efisiensi dan transparansi kelistrikan bagi pelanggan alias rakyat.

Hadirnya smart meter, data yang terkumpul melalui teknologi IoT (Internet of Things) otomatis akan membantu PLN meningkatkan kualitas pelayanan, produktivitas dan efisiensi serta penagihan meteran yang akurat. Pelanggan juga dapat memantau penggunaan listrik mereka secara langsung melalui ponsel pintar.

YLKI?

Bagaimana kata Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) atas hadirnya smart meter?

Ketua Harian Yayasan YLKI, Tulus Abadi mendukung digitalisasi pencatatan meteran listrik. Sebab, digitalisasi meter listrik pelanggan PLN memang diperlukan.

"Mengganti meter listrik menjadi digital merupakan jalan tengah, agar konsumen tidak merasa dirugikan ketika tagihan listriknya tiba-tiba melonjak. Seperti yang banyak dikeluhkan masyarakat saat ini," ujarnya kepada awak media Rabu (28/12/2022)

Tulus menilai, masyarakat saat ini juga sudah melek teknologi. Sehingga memungkinkan jika meteran tradisional bisa diubah menjadi digital.

"Ironi ketika di era digital begini, tapi PLN masih berbasis kWh meter manual. Dengan digitalisasi, akurasinya lebih tinggi," kata Tulus.

Jadi, hadirnya smart meter mengikuti perkembangan zaman, teknologi smart meter memang wajib ada. Tetapi bagaimana caranya agar rakyat miskin tidak terus terbebani?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun