Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meneladani Orang-Manusia yang Bertanggung Jawab

26 Oktober 2022   23:22 Diperbarui: 26 Oktober 2022   23:22 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sandiwara di dunia akan terus menampilkan aktor dan aktris di kehidupan nyata. Ada yang  bertanggungjawab dan amanah. Ada yang sebaliknya. Bebal, masa bodoh, licik. Semua tergantung pada kualitas  mata hati, pikiran, pendidikan, dan siapa teladannya?

(Supartono JW.26102022)

Tragedi pembunuhan, sampai ke meja hijau, sebab ada korban dan ada yang harus bertanggungjawab.Tragedi Kanjuruhan, ada korban, ada yang diminta bertanggungjawab. Melakukan korupsi, oligarki, politik dinasti, politik kepentingan, artinya tidak bertanggungjawab, tidak amanah.

Ada yang berbohong, tidak menepati janji, tidak tepat waktu, tidak hadir sesuai komitmen, tidak setia, tidak militan, tidak ada komunikasi, bebal, masa bodoh, licik, artinya juga tidak bertanggungjawab.dan tidak amanah.

Semua itu, sangat mudah kita temukan. Bisa jadi pada diri saya.dan pada orang-orang di lingkungan sekitar saya sampai orang-orang di negeri ini dari rakyat jelata sampai golongan elite, dll. Mengapa hal ini terjadi? Padahal manusia-manusia sesuai kodrat adalah makhluk Allah yang paling cerdas di muka bumi.

Namun, masalah tanggungjawab dan amanah, jangankan manusia-manusia yang belum  terdidik, yang secara logis, kecerdasan intelegensi (otak) dan personality (kepribadian) belum berkembang alias belum cerdas. 

Manusia-manusia yang sudah terdidik dan seharusnya sudah berkembang tingkat kecerdasan otak dan kepribadiannya, karena sudah makan bangku pendidikan di sekolah/kuliah pun, masih banyak yang tetap bebal alias sukar mengerti, tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran), bodoh.

Ironisnya, bagi manusia yang berkembang otak dan kepribadiannya, juga banyak yang kelewatan. Tidak bebal, tetapi bersikap masa bodoh. 

Maksudnya, kata afektif untuk menyatakan tidak senang hati, terserahlah, sesukamulah, tidak peduli apa-apa; tidak memperhatikan sama sekali, acuh tak acuh, tidak peduli apa-apa, tidak ikut memikirkan perkara orang lain. Bagaimana dengan yang belum terdidik?

Lebih parah ada sikap manusia yang terdidik mau pun tidak terdidik malah memiliki karakter licik, yaitu banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, dan licin.

Dari kondisi tersebut, maka bila disimpulkan, manusia-manusia yang bebal, masa bodoh, dan licik, adalah manusia yang tidak bertanggungjwab, manusia yang akan sulit memegang dan diberikan amanah, sesuatu yang dipercayakan (dititipkan), keamanan, ketenteraman, dapat dipercaya, setia.

Dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, perkumpulan grup/perkumpulan/kekeluargaan, sekolah, kampus, institusi, instansi, parlemen, hingga pemerintahan, akan dengan mudah ditemukan manusia-manusia yang tidak bertanggungjawab dan tidak amanah yang akhirnya, para pelakunya diidentifikasi sebagai pencuri/koruptor/ pengkhianat/si bebal/si masa bodoh/si licik, baik di dalam anggota keluarga/masyarakat/grup/perkumpulan/kekeluargaan/instansi/institusi/parlemen/pemerintahan.

Tanggungjawab

Seandainya, para pelaku yang tidak bertanggungjawab dan tidak amanah, hidupnya tidak kekeringan, hanya mengejar silau dan gemerlapnya duniawi, bukan berpikir pada akhirat, kehidupan setelah manusia mati, maka kata tanggungjawab dan amanah, tentu akan sangat berharga dan mulia.

Sayang para pencuri/koruptor/ pengkhianat/si bebal/si masa bodoh/si licik, ini memang hanya berpikir hidup itu tidak ada akhirat, sehingga sikap bebal, masa bodoh, dan licik, tidak pernah menyentuh mata hatinya, mata batinnya.

Agar saya tidak terjerumus menjadi kelompok orang yang bebal, masa bodoh, dan licik, upayanya adalah senantiasa melakukan hablumminallah, hubungan baik dengan Allah dengan taat beribadah melakukan segala perintahnya dan hablumminannas, senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.

Langkah utamanya adalah tancapkan dalam hati (kepribadian) dan pikiran (otak) terdalam untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab. Sebab bila bertamggungjawab, maka pasti amanah.

Tanggung jawab adalah pintu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja atau tidak. Menjadi perwujudan kesadaran dan kewajiban bagi manusia dalam nilai-nilai moral dan kemanusiaan.

Tanggung jawan menjadi bagian kehidupan manusia, masing-masing memikulnya, sehingga tanggung jawab memiliki sifat kodrati. Bila seseorang tidak mau bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, maka akan ada pihak lain yang memaksanya untuk bertanggung jawab.

Untuk memahami tentang tanggungjawab, dari berbagai literasi, saya coba menyimpulkan apa itu tanggungjawab yang dikembangkan dari makna tanggungjawab sesuai KBBI.

Pertama, segala langkahnya berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, memakai prosedur, dan ada sasaran/target, membuka kritik, masukan, saran. Bukan sekadar asal jalan, tiba saat-tiba akal, improvisasi, akal-akalan, tipuan, dll.

Kedua, akan ampu menjelaskan apa yang dilakukannya, sehingga menjadi manusia memiliki tujuan karena berkepribadian.

Ketiga, mampu menentukan pilihan prioritas dari beberapa alternatif langkah dan tindakan, sehingga tidak merugikan diri dan pihak lain.

Keempat, orang yang bertanggungjawab akan melakukan apa yang sudah diucapkan, dirumuskan, direncanakan, dll, apa yang sudah dinyatakan (pernyataan), apa yang menjadi komitmen, apa yang sesuai dengan langkah, perjanjian/kontrak, dll.

Kelima, komunikasi menjadi sarana utama dalam rangka pembuktian tanggungjawab dalam bentuk kegiatan/pekerjaan apa pun. Sehingga, orang yang bertanggungjawab, pasti akan cerdas berkomunikasi, tidak bebal/masa bodoh/licik untuk menghindari tanggungjawab dengan tidak ada komunikasi (lisan/tertulis).

Keenam, jiwanya melayani, bukan dilayani, mau enak sendiri.

Ketujuh, berani mengatakan yang salah adalah salah, yang benar adalah benar, sesuai fakta dan obyektivitas masalah. Tidak asal membenarkan. Tidak asal menyalahkan.

Kedelapan, akan selalu menjadi pendengar dan pembaca yang benar dan baik. Menerima kritik, saran, masukan untuk perbaikan dan kebaikan.

Kesembilan, karakternya mudah meminta maaf bila melakukan kesalahan, mudah berterima kasih bila sudah dibantu, dimudahkan, dan tidak malu meminta tolong bila benar butuh pertolongan.

Kesepuluh, akan selalu peduli, tahu diri, punya empati-simpati, punya rasa memiliki dan militansi, santun, membumi, rendah hati.

Kesebelas, karakternya tegas. Tidak akan membiarkan orang tidak bertanggungjawab dekat atau bergabung dalam lingkup pekerjaan atau kegiatannya, agar tidak merusak keutuhan dan kebersamaan dan menghambat tujuan.

Keduabelas, selalu memiliki sikap menghormati dan menghargai aturan.

Ketigabelas, sangat mudah memberi apresiasi dan penghargaan sesuai obyektivitas, bukan karena suka tidak suka, apalagi hanya untuk mencari muka.

Apakah saya pribadi yang seperti itu? Bertanggungjawab. Semoga, saya dapat menjadi pribadi sesuai nomor satu sampai tigabelas. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun