Perhelatan Piala AFF U-16 2022, sudah menyelesaikan laga fase Grup. Tim semifinalis pun sudah didapat. Mereka tetap nama-nama besar di Asia Tenggara, Â yang selama ini selalu menyulitkan dan menghalangi Indonesia meraih tropi juara.Â
Dan, lagi-lagi, nasib baik menghampiri Vetnam U-16. Setelah digebuk pasukan Bima Sakti, beruntung masih menjadi runner-up terbaik dan melaju ke semi final.
Ikuti jejak Fakhri Husaini
Namun, semoga saja, Bima Sakti dan pasukan belianya akan mampu melewati hadangan lawan-lawan sebenarnya itu, meski harus berisiko meladeni permainan provokatif, kasar, dan diving di dalam lapangan, pun serangan menyebalkan di luar lapangan oleh media massa mereka, terutama Vietnam.
Semoga, Bima dapat mengikuti jejak Fakhri Husaini yang dapat meraih juara Piala AFF U-16 2018, di mana tropi itu menjadi satu-satunya gelar Piala AFF U-16 yang baru pernah diraih Indonesia.
Vietnam balas dendam
Lengkap sudah empat semifinalis Piala AFF U-16 2022. Sesuai bagan yang sudah ditetapkan di awal turnamen, Juara Grup A akan bertemu Juara Grup C, yang artinya Indonesia akan berjumpa Myanmar. Juara Grup B (Thailand) akan bertemu Runner-up Terbaik (Vietnam).
Hal ini terjadi setelah dalam laga terakhir Grup C, Myanmar U-16 menggebuk Kamboja 1-0, dan Malaysia ditahan Australia 2-2. Sehingga poin Akhir Myanmar 7, Malaysia 5, Vietnam aman menjadi runner-up terbaik.
Seluruh laga semifinal akan digelar pada Rabu (10/8) mendatang di Maguwoharjo. Thailand vs Vietnam digelar pada pukul 15.30 WIB, sedangkan Indonesia vs Myanmar pada pukul 20.00 WIB.
Dengan demikian, ada kemungkinan Vietnam U-16 akan melakukan balas dendam terhadap Timnas Indonesia U-16 bila mampu mengjandaskan Thailand U-16 dan Indonesia U-16 juga mampu menggilas Myanmar.
Semoga saja, Bima Sakti dan anak-anak belia Indonesia dalam skuat Timnas U-16, yang mulai mendapat kepercayaan publik sepak bola nasional tetap dapat membungkam Vietnam kembali bila bertemu di final.
Apalagi, kepercayaan publik yang mulai nampak tatkala Bima mampu memimpin pasukan Garuda Muda menyingkirkan salah satu LAWAN SESUNGGUHNYA di kancah sepak bola Asia Tenggara, Vietnam U-16 dalam laga terakhir fase Grup A Piala AFF U-16 2022, suporter Indonesia tentu akan membikin Stadion penuh Maguwoharjo penuh Merah Putih.
Jadi, apakah saat meladeni Myanmar atau Vietnam, maka suporter adalah pemain ke duabelas yang akan menjadi semngat anak-anak Garuda memuncak.Â
Singkirkan Vietnam U-16=Prestasi, ada diving
Bagaimana pun, saya menyebut, walau bukan dalam partai final, masih fase grup dan hanya di level Timnas U-16 yang tidak ada pengaruhnya bagi ranking FIFA Indonesia, mengalahkan Vietnam tetap sebagai sebuah PRESTASI.Â
Sebab, selain posisi ranking FIFA dan sulitnya Timnas Indonesia menang melawan mereka, Vietnam selama ini, terutama melalui media massanya terus merendahkan dan melecehkan sepak bola Indonesia terutama sejak peristiwa Piala AFF U-19.
Terlebih kemenangan atas Vietanam U-16, ada.peristiwa yang sulit dilupakan oleh publik sepak bola nasional, Asia Tenggara, Asia, hingga Dunia yang menonton laga tersebut melalui siaran televisi. Akibat peristiwa tersebut, menjadi tahu bahwa sejak kelompok Usia 16 tahun saja, pemain Vietnam sudah dibekali "senjata" licik demi menang terhadap lawannya.Â
Senjata itu adalah ilmu "diving" yang dipraktikkan dengan mulus oleh penggawa belia mereka, suskes mengelabui wasit dan bikin gol dengan cara tidak sportif.Â
Terkait Vietnam, selama ini saya pun sudah menyebut bahwa untuk meraih kemenangan atas lawannya, terutama Indonesia, mereka bukan hanya mengandalkan kecerdasan TIPS, tetapi juga kecerdasan licik seperti provokasi, bermain kasar, hingga diving.Â
Timnas Indonesia U-16 pun merasakan praktik licik itu, namun akhirnya dapat membalas dua gol secara sportif.
Baru langkah awal menuju juara
Meski sempat membawa timnas Indonesia U-16 ke putaran final Piala AFC U-16 2020, Bima dan anak-anak belia ini baru mampu menjawab keraguan publik sepak bola nasional saat  mempermalukan Vietnam U-16.Â
Hasil ini, mampu mengobati rasa sakit hati publik sepak bola nasional atas perlakukan buruk Timnas Vietnam U-19 dan Media Massa Vietnam serta sikap pelatih U-16 yang setali tiga uang, terus mencari-cari kelemahan, kesalahan, dan merendahkan  sepak bola Indonesia dengan berbagai dalih.
Namun harus diingat oleh Bima dan pasukannya, bahwa mampu mengalahkan Vietnam di fase grup, adalah baru langkah awal. Untuk meraih tropi AFF kali kedua bagi Indonesia, jalan Bima dan pasukannya masih tak mudah.
Masih ada fase semi final. Lawannya Myanmar yang mampu menelan Australia. Bila mampu menang, saya prediksi, Vietnam akan kembali menembus final, karena akan mampu mengalahkan Thailand U-16 di semi final.
Bima dalami ilmu pedagogi, pemain sadar diri
Sebelumnya, publik sepak bola nasional masih banyak yang meragukan kemampuan Bima Sakti yang belum memiliki kompetensi yang cukup untuk membesut Timnas Indonesia U-16 yang masih belia dan menjadi cikal bakal Timnas senior.Â
Saya sendiri, menyarankan Bima Sakti untuk mendalami ILMU PEDAGOGI begitu Garuda Muda tampil di luar ekspetasi saat tampil versus Filipina U-16 karena intelegensi dan personality pemain seperti belum disentuh.
Selain Bima yang diragukan kompetensinya membesut Timnas, publik sepak bola nasional juga berharap para pemain Timnas U-16 yang dipilih Bima Sakti tahu diri. Sebab, di Indonesia, pemain usia 16 tahun jumlahnya sangat melimpah dan jutaan.Â
Bila Bima kemudian memilih hanya 28 pemain yang kini tergabung mewakili Timnas Indonesia U-16, yang cara pemilihan dan merekrutnya juga masih menjadi perdebatan dan pertanyaan publuk, karena banyaknya wadah, turnamen, kompetisi pesepak bola usia 16 tahun ini, maka publik pun tidak mau mendengar dan membaca alasan saat pasukan berkekuatan 28 pemain pilihan Bima ini tampil tidak sesuai standar TIPS Timnas.
Mau tampil perdana, tampil laga kedua, tampil laga ketiga, level Timnas seharusnya tampil tidak ada yang mengecewakan. Semua pemain wajib memiliki standar TIPS sebagai pemain Timnas. Bila pelatih Timnas U-16 bukan Bima Sakti, belum tentu 28 pemain ini ada.dalam skuat Timnas U-16, lho.Â
Jadi, saat PSSI sudah menentukan siapa pelatih Timnas U-16, maka pelatih wajib mampu menjawab kepercayaan dengan garansi memberi prestasi. Begitu pun para pemain. Setelah di pilih oleh pelatih masuk skuat Timnas U-16, tidak ada pemain yang tampil mengecewakan, tidak lulus rapor TIPS. Tidak bermain menonjolkan individualisme dan egoisme karena tak cerdas otak dan kepribadian, mental, emosi.
Tidak ada, terjun dalam event Piala AFF, hanya untuk mencari pengalaman, mencari jam terbang, apalagi sekadar bagi-bagi tempat di Timnas. Pasalnya, bagi Timnas negara lain, terutama musih sebenarnya Timnas Indonesia, yang namanya Timnas, mau level U-16, U-19, U-23, Senior, semua memiliki kewajiban yang sama saat tampil di ajang Asia Tenggara, Asia, Dunia. Prestasi hingga juara adalah taruhannya.Â
Bahkan, bagi Vietnam, Thailand, Malaysia, hingga Myanmar, tidak ada kamus bahwa Timnas U-16 mereka turun dalam turnamen atau kompetisi, masih atas nama pembinaan, cari pengalaman, menambah jam terbang.
 Karenanya, saat tidak tampil berprestasi dan meraih tropi juara, itu adalah hal memalukan bahkan bisa dibilang aib sepak bola mereka.
Untuk itu, demi meraih prestasi sesungguhnya, juara Piala AFF U-16 2022, Bima dan pasukannya, masih harus menjalani ujian menghadapi lawan sebenarnya di semi final Myanmar. Bila menang akan bertemu Thailand/Vietnam.
Kesempatan gelar kedua
Dari 14 edisi Piala AFF U-16 sejak 2002 hingga 2019, pemilik Gelar Piala AFF U16 di antaranya: Thailand dan Vietnam, masing-masing meraih 3 gelar. Myanmar, Australia, dan Malaysia, masing-masing menyabet 2 gelar. Sementara Indonesia dan Jepang, baru dapat 1 gelar.
Mengapa ada Jepang? Beberapa kali, negara-negara di luar ASEAN juga diundang jadi tim tamu seperti Australia, Jepang, China, Bahrain, dan Bangladesh. Mereka juga pernah menjadi juara di ajang kejuaraan usia muda kawasan Asia Tenggara ini. Misalnya, Australia pernah sekali menjadi juara (pada edisi 2008) sebelum mereka masuk sebagai anggota ASEAN (AFF).
Australia berhasil menjadi juara pada edisi 2016 setelah Negeri Kangguru menjadi bagian dari AFF pada 2013.
Sementara itu, Jepang yang menjadi tamu juga berhasil menjadi kampiun Piala AFF U16 pada 2012. Pada saat itu, Jepang yang menjadi tim tamu berhasil mengalahkan Australia dengan skor 3-1 di partai final.Â
Jumlah gelar Jepang pun sama dengan milik Indonesia yang menjadi juara Piala AFF edisi 2018.
Timnas U-16 Indonesia merasakan gelar juara Piala AFF U-16 pada edisi 2018.
Saat itu, generasi muda Indonesia yang diasuh Fakhri Husaini berhasil mengangkat trofi Piala AFF U-16 usai mengalahkan Thailand.
Pada laga yang berlangsung di Stadion Gelora Delta Sidoarjo tersebut, Garuda Muda mengalahkan Thailand 4-3 lewat babak adu penalti setelah bermain imbang 1-1 pada waktu normal.
Sejatinya, turnamen ini sendiri pertama kali digelar pada 2002 sebagai kompetisi U-17. Sejak 2008, level turnamen mulai menjadi U-16 seiring bergantinya penamaan level kompetisi muda di Asia.
Ayo, Garuda Belia, buktikan kalian mampu meraih tropi Piala AFF U-16 2022 di negeri sendiri. Tropi kedua setelah tropi pertama diraih pada 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H