yang menjadi bagian di wadah yang mencantumkan kata sekolah di depan sepak bola, berupayalah secara mandiri, untuk memastikan wadahnya terisi oleh personal SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi dalam keilmuan tentang otak, kepribadian/mental, teknik, dan fisik.
Ingat, anak-anak usia dini dan muda adalah PONDASI SDM handal untuk Indonesia berprestasi di segala bidang. Sepak bola adalah olah raga yang paling digemari di seluruh negeri ini, maka ambil momentum, DIDIK TIPS siswa dengan benar dalam wadah sepak bola yang di depannya ada embel-embel sekolah.
Sehingga, pada saatnya, sepak bola akan menjadi sektor pencerdasan bangsa karena dunia pendidikan formal pun terus terpuruk, bahkan terus tercecer di Asia Tenggara.
Jangan setengah hati
Dari fenomena tentang SDM Indonesia yang pondasinya tak mendapat asupan dengan benar, khususnya gizi otak dan kepribadian, Â baik di wadah formal mau pun nonformal yang ada embel-embel kata sekolah, satu di antara sebab utamanya karena ada sikap setengah hati.
Apakah saya orang yang setengah hati? Bukan sepenuh hati? Dalam menjalankan aktivitas duniawi untuk sendiri dan orang lain? Dalam mendukung semua aktivitas diri dan orang lain? Jawabnya, meski sikap dan perbuatan seseorang dibikin akting atas skenario yang sedemikian rupa, tetap saja akan terbaca bahwa dirinya adalah orang yang setengah hati.
Secerdiknya manusia sebagai aktor/aktris asli, tentu tak akan mampu menutupi perasaan dan pikirannya dalam sikap dan perbuatan yang sesuai kata hatinya, termasuk para manusia yang terjun ke dunia politik. Apa pun intrik dan politik yang dibangun dan diusung, dengan sebaik apa pun skenario dan penyutradaraannya, tetap saja sandiwara politiknya akan sangat mudah dibaca dan dicerna dari mana dan ke arah mana jalurnya.
Mereka tetap manusia yang pekerjaan profesionalnya bukan sebagai aktor/aktris film/sinotron/drama dll, yang akan mampu berakting sesuai skenario kisah dan garis penyutradaraan.
Mengapa ada manusia yang beramal bersikap berbuat setengah hati? Penyebabnya, di antaranya:
Pertama, tidak ikhlas, tidak bersih hati, tidak tulus hati, terutama dalam hubungan sesama manusia.
Kedua, tidak cerdas intelegensi (otak), maka tak cerdas personality (pribadi, sikap, mental, emosi, attitude)