Biasanya, saya menulis tentang Peringatan Hari Lahir Pancasila (HLP) sebelum Peringatan dilaksanakan oleh Pemerintah. Namun, dalam Peringatan HLP ke-6, 1 Juni 2022 ini, saya ingin membuat catatan Peringatan HLP ke-6 berbeda. Sebab, HLP ke-6 menjadi sejarah tersendiri, karena Upacara Peringatan dilaksanakan langsung dari Ende, tempat awal muasal Pancasila lahir.
Saya merasa di Ende
Selain itu, saat saya coba mengikuti Upacara secara virtual dari YouTube, saya merasa seperti berada di lokasi Upacara. Sebab, beberapa tahun silam, saya pernah berada di tempat itu. Saat napak tilas, tentang sejarah lahirnya Pancasila. Ingat tentang Pohon Sukun, ingat Rumah Pengasingan Bung Karno dan seisinya, ingat Kawah Kelimutu, ingat semuanya.Â
Namun, yang hingga kini masih terbayang adalah tentang Pohon Sukun. Saat itu, seperti diceritakan oleh Kuncen (juru kunci yang mengetahui riwayat tempat yang dijaganya) Rumah Pengasingan Bung Karno,Â
Saat Presiden pertama Indonesia, Soekarno diasingkan selama empat tahun
ke daerah terpencil di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, membuat Soekarno menjadi lebih banyak merenung dan berpikir.Â
Dalam merenung, Bung Karno mendapat Ilham. Hari-hari Sukarno dipengasingan diisi oleh berkebun dan membaca. Soekarno sesekali melukis hingga menulis drama pementasan. Pada Jumat malam, Soekarno kerap merenung berjam-jam di bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke Pantai Ende.
Lokasi pohon sukun tersebut berjarak 700 meter dari kediamannya. Di bawah Pohon Sukun itulah, Soekarno mengaku mendapatkan buah pemikiran Pancasila.
Soekarno memperoleh gagasan tentang Pancasila dan mendapatkan idenya dari lima cabang pohon sukun. Jadi, di kota Ende, di bawah Pohon Sukun yang bercabang lima, Soekarno menemukan lima butir mutiara, nilai-nilai luhur Pancasila.
Hari ini, ternyata di lokasi muasal lahirnya Pancasila, menjadi tempat Peringatan HLP secara langsung, setelah sebelumnya dalam Peringatan lima kali selalu diselenggarakan di Jakarta.
Megawati dan Puan bikin blunder sendiri?
Sayangnya Upacara Peringatan HLP ke-6 yang menjadi sejarah bagi Bangsa dan Negara, serta rakyat Indonesia, apalagi diselenggarakan langsung di lokasi lahirnya Pancasila, tak dianggap penting oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR RI Puan Maharani.