Sejatinya, saat saya mencoba mencari tahu, mengapa STy tak menyentuh persoalan psikotes atau tes psikologi pemain,Â
sebab pada akhirnya, saya sebut STy gagal karena ada 3 pemain yang tak dapat menjaga attitude karena dipastikan intelegensi dan personality-nya lemah hingga digajar kartu merah di laga segenting babak semi final, ada jawaban bahwa Departemen Teknik PSSI sudah mengusulkan agar STy juga konsen pada psikologi pemain.
Tetapi, Departemen Teknik PSSI pasrah. Sebab, keputusan kepelatihan tetap ditangan STy, mulai program, rekrutman pemain. Dan, PSSI suport semua program yang diajukan.
Salah kaprah yang dibiarkan
Di sisi lain, kendati PSSI sudah berusia 92 tahun, tapi sepak bola akar rumput, wadahnya terus dibiarkan SALAH KAPRAH.Â
Karenanya sangat logis, para pemain yang direkrut ke Timnas Indonesia pun, boleh disimpulkan selama ini selalu bermasalah dalam hal intelegensi dan personality karena sudah salah pendidikan dan penanganan sejak usia dini, usia muda, terus berlanjut ke usia dewasa saat mereka bergabung atau direkrut oleh Klub, hingga dipanggil ke Timnas.
Maka tak heran, bila Timnas Indonesia di berbagai level kala bertanding di tingkat Asia Tenggara saja, kelemahan sektor intelegensi dan personalitynya sering dimanfaatkan oleh lawan untuk mencari keuntungan dari segi nonteknis.Â
Karena lawan tahu, maka mereka tak harus memprovokasi, pun para pemain Indonesia sering bikin kesalahan sendiri hingga bermain kasar dan emosional. Apalagi bila diprovokasi, maka sikap dan kondisi aslinya akan ke luar. Sikap yang disebut kampungan, kelas tarkam, dll.
Lihat, semisal pemain Vietnam danThailand, adakah yang saat berlaga, menggulung lengan jersey atau menggulung celananya? Lihat, beberapa pemain Indonesia, malah berkali-kali tersorot kamera, bangga melinting kaos dan celana hingga lengan tangan dan paha kaki nampak.Â
Apa biar dikira jagoan atau apa? Ini adalah attitude yang sumbernya dari kecerdasan intelegensi dan personality.
Simpulnya, karakter pemain Indonesia sudah sangat dipahami oleh lawan-lawan di Asia Tenggara, sehingga mereka sering mengambil keuntungan untuk menang dengan cara licik dengan jalan memprovokasi sebagai strategi ampuh.Â