Berkah kebijakan Politik Etis, saya ulang, yaitu lahirnya pergerakan nasional pada pada abad ke-20 sebab adanya peran penting pendidikan yang berdampak tumbuhnya organisasi-organisasi di berbagai bidang seperti politik, sosial dan agama, yang memiliki semangat sama, yaitu mengedepankan kemajuan, persatuan dan kesatuan bangsa.
Lahir kesadaran baru di kalangan terpelajar Indonesia bahwa perjuangan menghadapi kolonial harus dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu berjuang dengan cara modern lewat kekuatan organisasi. Tidak bergantung pada seorang pemimpin, bersifat nasional, memiliki visi bersama jauh ke depan berupa kemerdekaan.
Perjuangan tidak dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk suatu gerakan, mendorong beberapa peristiwa yang terjadi di berbagai wilayah dunia, menginspirasi para anak muda terpelajar Indonesia untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia dalam mengusir penjajah kolonialisme.
Apa politik penguasa sekarang?
Bila Van Derventer masih hidup, lalu menulis kritikan kepada Pemerintah Indonesia sekarang, yang juga terus membikin rakyat menderita, apakah pemimpin negeri ini akan bijak seperti Ratu Wilhelmina? Tersentuh hati dan pikirannya, lalu juga tergerak membikin Politik Etis +62, yaitu politik balas budi kepada rakyat jelata yang selama ini terus menjadi korban politik mereka?
Apakah mereka akan mengalihkan balas budinya kepada para pemodal/cukong dan beralih membalas budi kepada rakyat yang hanya diambil suaranya demi meraih kursi kekuasaan. Terus membikin rakyat bodoh dan menderita, terus membiarkan dan mengabaikan kritikan kaum cerdik cendekia, kaum intelektual, kaum terpelajar, demi ambisi balas budi kepada junjungannya.
Terus satu pikiran dan hati membikin kebijakan dan peraturan atas nama rakyat  bahkan sampai mau mengubah konstitusi demi kekuasaan?
Rakyat hanya objek, sadarlah
Jauh panggang dari api. Itulah kondisi pemimpin Indonesia terkini, dibanding Ratu Wilhelmina yang Negarawan. Tahu balas budi, tahu moral. Bila Van Deventer masih hidup dan mengkritik Pemerintah + Parlemen Indonesia yang SATU BADAN, mustahil mereka akan tersentuh hati dan pikirannya.
Entah sampai kapan rakyat Indonesia hanya dijadikan objek politik tanpa mendapatkan kesejahteraan dari para pelaku politik tanah air. Pasalnya, politik mereka memang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.
Saat ini, mereka terus mengejar strata sosial untuk meraih keuntungan individu dan kelompok, bukan mengedepankan kesejahteraan masyarakat yang mereka jadikan objek politik.