Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingat Politik Etis, Balas Budi Ratu Wilhelmina, Kapan Terulang untuk Rakyat Indonesia?

11 Maret 2022   21:34 Diperbarui: 11 Maret 2022   22:42 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkah kebijakan Politik Etis, saya ulang, yaitu lahirnya pergerakan nasional pada pada abad ke-20 sebab adanya peran penting pendidikan yang berdampak tumbuhnya organisasi-organisasi di berbagai bidang seperti politik, sosial dan agama, yang memiliki semangat sama, yaitu mengedepankan kemajuan, persatuan dan kesatuan bangsa.

Lahir kesadaran baru di kalangan terpelajar Indonesia bahwa perjuangan menghadapi kolonial harus dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya, yaitu berjuang dengan cara modern lewat kekuatan organisasi. Tidak bergantung pada seorang pemimpin, bersifat nasional, memiliki visi bersama jauh ke depan berupa kemerdekaan.

Perjuangan tidak dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk suatu gerakan, mendorong beberapa peristiwa yang terjadi di berbagai wilayah dunia, menginspirasi para anak muda terpelajar Indonesia untuk membangkitkan nasionalisme Indonesia dalam mengusir penjajah kolonialisme.

Apa politik penguasa sekarang?

Bila Van Derventer masih hidup, lalu menulis kritikan kepada Pemerintah Indonesia sekarang, yang juga terus membikin rakyat menderita, apakah pemimpin negeri ini akan bijak seperti Ratu Wilhelmina? Tersentuh hati dan pikirannya, lalu juga tergerak membikin Politik Etis +62, yaitu politik balas budi kepada rakyat jelata yang selama ini terus menjadi korban politik mereka?

Apakah mereka akan mengalihkan balas budinya kepada para pemodal/cukong dan beralih membalas budi kepada rakyat yang hanya diambil suaranya demi meraih kursi kekuasaan. Terus membikin rakyat bodoh dan menderita, terus membiarkan dan mengabaikan kritikan kaum cerdik cendekia, kaum intelektual, kaum terpelajar, demi ambisi balas budi kepada junjungannya.

Terus satu pikiran dan hati membikin kebijakan dan peraturan atas nama rakyat  bahkan sampai mau mengubah konstitusi demi kekuasaan?

Rakyat hanya objek, sadarlah

Jauh panggang dari api. Itulah kondisi pemimpin Indonesia terkini, dibanding Ratu Wilhelmina yang Negarawan. Tahu balas budi, tahu moral. Bila Van Deventer masih hidup dan mengkritik Pemerintah + Parlemen Indonesia yang SATU BADAN, mustahil mereka akan tersentuh hati dan pikirannya.

Entah sampai kapan rakyat Indonesia hanya dijadikan objek politik tanpa mendapatkan kesejahteraan dari para pelaku politik tanah air. Pasalnya, politik mereka memang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.

Saat ini, mereka terus mengejar strata sosial untuk meraih keuntungan individu dan kelompok, bukan mengedepankan kesejahteraan masyarakat yang mereka jadikan objek politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun