Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Berharap Rusia-Ukrania Gencatan Senjata, Indonesia Perang Kata-Kata, Sampai Kapan?

8 Maret 2022   22:13 Diperbarui: 8 Maret 2022   22:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi rakyat Indonesia yang aktif mengikuti pemberitaan media massa dan televisi serta cuitan di Twitter, maka akan sangat kental dan hafal serta mengenal siapa tokoh pencuit yang gagah berani terus menyerang dan memancing perang dengan kelompok Kadrun (Kampret) karena ada di pihak penguasa, dan mungkin makan dari hasil mencuit alias bekerja sebagai buzzer.

Perang Rusia-Ukrania, kata Jokowi adalah karena persoalan ego, hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan. Kira-kira, perang kata-kata di Indonesia yang aktornya sangat mudah diidentifikasi, tapi tak pernah ada yang ditangkapi dan terus menabuh genderang permusuhan, perseteruan di setiap detik dan waktu, kapan akan diperintahkan dihentikan?

Jelas, perang senjata Rusia-Ukrania, latar belakangnya juga sama dengan perang kata-kata di Indonesia, seperti apa yang diungkap oleh Jokowi. Perang terus terjadi karena persoalan ego, hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan. Apa saja dipersoalkan, digoreng, diapungkan jadi masalah demi memancing, memanasi, menantang, mencipta konflik, demi target tertentu, berdasarkan kepentingan dan keuntungan yang dituju. Tak peduli menyinggung SARA.

Selalu merasa yang paling benar. Nyinyir, nyolot, ngegas jadi tradisi dan budaya. Benar-benar tak cerminkan kecerdasan intelegensi dan personaliti, karena menghalalkan segala cara.

Rakyat terus jadi korban dan menanggung penderitaan berkepanjangan.

Kapan, penggunaan istilah Cebong dan Kadrun (Kampret) benar-benar disetop, dihentikan Pak Presiden. Setop ego, kepentingan, dan aji mumpung kekuasaan, apa bisa? Apa perang Cebong vs Kadrun (Kampret) akan dibiarkan terus berlangsung hingga 2024 dan terus berlanjut setelahnya, karena ego, kepentingan, dan kekuasaan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun