Bagi rakyat Indonesia yang aktif mengikuti pemberitaan media massa dan televisi serta cuitan di Twitter, maka akan sangat kental dan hafal serta mengenal siapa tokoh pencuit yang gagah berani terus menyerang dan memancing perang dengan kelompok Kadrun (Kampret) karena ada di pihak penguasa, dan mungkin makan dari hasil mencuit alias bekerja sebagai buzzer.
Perang Rusia-Ukrania, kata Jokowi adalah karena persoalan ego, hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan. Kira-kira, perang kata-kata di Indonesia yang aktornya sangat mudah diidentifikasi, tapi tak pernah ada yang ditangkapi dan terus menabuh genderang permusuhan, perseteruan di setiap detik dan waktu, kapan akan diperintahkan dihentikan?
Jelas, perang senjata Rusia-Ukrania, latar belakangnya juga sama dengan perang kata-kata di Indonesia, seperti apa yang diungkap oleh Jokowi. Perang terus terjadi karena persoalan ego, hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan. Apa saja dipersoalkan, digoreng, diapungkan jadi masalah demi memancing, memanasi, menantang, mencipta konflik, demi target tertentu, berdasarkan kepentingan dan keuntungan yang dituju. Tak peduli menyinggung SARA.
Selalu merasa yang paling benar. Nyinyir, nyolot, ngegas jadi tradisi dan budaya. Benar-benar tak cerminkan kecerdasan intelegensi dan personaliti, karena menghalalkan segala cara.
Rakyat terus jadi korban dan menanggung penderitaan berkepanjangan.
Kapan, penggunaan istilah Cebong dan Kadrun (Kampret) benar-benar disetop, dihentikan Pak Presiden. Setop ego, kepentingan, dan aji mumpung kekuasaan, apa bisa? Apa perang Cebong vs Kadrun (Kampret) akan dibiarkan terus berlangsung hingga 2024 dan terus berlanjut setelahnya, karena ego, kepentingan, dan kekuasaan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H