TIDAK ANTISIPASI. Itulah dua kata yang dapat saya ungkap, menanggapi absennya Timnas Indonesia U-23 dalam Piala AFF U-23 2022 di Kamboja, padahal Garuda Muda adalah jawara bertahan turnamen tersebut.
Maaf, sejatinya saya malas mengulas masalah batalnya Timnas U-23 berlaga di Piala AFF U-23 kali ini. Namun, hingga detik ini, media massa nasional mau pun manca negara masih terus mengulik masalah gagalnya Timnas Indonesia U-23 berangkat ke Kamboja. Tetapi, tak ada satu pun yang membuat analisis yang menusuk untuk jadi perbaikan dan pembenahan pengurus PSSI agar cerdas! Â Sehingga tidak mengulang kesalahan yang sama di kemudian hari. Gemas saya. Hmmm.
Catat! Ketua Umum PSSI bilang di media massa, bahwa PSSI rugi besar karena tidak bisa membatalkan kontrak sewa pesawat akibat anak Garuda gagal terbang.
Ingat! Ada kritik dari netizen Malaysia, yang harus diakui benar dan fakta. Negara punya penduduk 270 juta, tapi gagal mengirim sebuah Timnas yang jumlah pemainnya hanya puluhan. Begitu beberapa terjangkit Omicron, tim jadi ambruk. Mengapa tidak sejak awal di siapkan 35 atau 40 atau 50 pemain? Stok pemain U-23 Indonesia bukan puluhan lho. Bahkan bila setiap provinsi, Asprovnya diminta menyiapkan, bisa ada 34 Timnas Indonesia U-23. Atau Tim Liga 1 dan Liga 2 juga diminta menyiapkan tim U-23, ada berapa tim U-23 di Indonesia?
Belum lagi bila tim Liga 3, tim Askab dan Askot juga diminta menyiapkan tim U-23, waaah, ada berapa jumlah pemain U-23 di seluruh Indonesia yang bisa jadi juga penuh talenta.
Miskin intelegensi, persiapan tak lazim
Sebelum Timnas U-23 dinyatakan gagal, saya sudah menulis artikel tentang persiapan Timnas U-23 yang tak lazim. Sebab, dengan mengabaikan melimpahnya talenta pesepak bola muda Indonesia, karena PSSI fokus ingin meraih prestasi dengan instan, pemain yang dipanggil Shin Tae-yong (STy) pun memaksakan diri harus pemain yang sebagian besar sedang mentas di Liga 1.
STy pun akhirnya harus berhadapan dengan Klub dan pelatihnya karena, mereka tak mau melepas pemain yang juga jadi tumpuan Klub.
Akibatnya fatal. PSSI meminta Timnas U-23 mampu mempertahankan gelar, sehingga  STy tetap bergeming dengan pemain pilihannya, tapi Timnas U-23 rela tak TC ideal, pun sama sekali tak ada laga uji coba. Inilah persiapan Timnas tak lazim sejak PSSI berdiri.
PSSI memberi target Timnas U-23 pertahankan gelar. Maka, STy terpaku hanya kepada pemain yang dianggapnya terhebat di Indonesia. Rela persiapan Timnas U-23 compang-camping karena pemain tak jalani TC ideal dan tak ada laga uji coba. Benar-benar miskin intelegensi, tetapi memasang target Timnas U-23 pertahankan gelar dengan persiapan tak lazim.
Tiga penyabab, tak diantisipasi
Maaf, bila pengurus PSSI cerdas, yakin Timnas U-23 sekarang sudah di Kamboja dan siap mentas mempertahankan gelar. Sebab, persiapan Timnas U-23 tak harus terganggu oleh tiga faktor yang menjadi penyebab penggawa muda gagal berangkat, yaituÂ
Pertama, Kompetisi Liga 1,
Kedua, Omicron, dan
Ketiga, stok pemain.
Lucu saja, sudah pasti Piala AFF U-23 di gelar 14-26 Februari di Kamboja, ternyata STy tetap kukuh memilih pemain yang sebagian mentas di Kompetisi Liga 1. Jelas-jelas para pelatih dan Klubnya tak mau melepas para pemain yang di pilih masuk Timnas U-23 oleh STy ke Timnas, karena Klub membutuhkan tenaga para pemainnya demi Klub dapat bersaing di Liga 1.
Kondisi demikian ternyata tak diantisipasi. Semisal, PSSI menjadi rendah hati. Ubah target pertahankan gelar. Tapi, terpenting memberi kesempatan pemain muda tampil. Tidak memaksakan para pemain yang tak diizinkan Klub tetap membela Timnas U-23.
Lihat Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, misalnya. Apakah ngotot seperti PSSI? Mereka menjadikan Piala AFF U-23 ajang mengasah talenta dan jam terbang para penggawa mudanya untuk regenerasi. Siapa pemain yang mereka kirim ke Kamboja?Â
Dasar PSSI. Tahu Klub berkontradiksi dengan STy, tapi tidak ada kebijakan yang  cerdas.  Seharusnya, STy diberikan kesempatan menambah jumlah pemain. Jangan terpaku dengan 27 pemain yang sudah dipilih. Tambah stoknya menjadi 35/40/45/50 pemain. Indonesia tidak miskin pemain U-23!
Berikutnya, selain STy harus berbenturan  dengan kepentingan Klub, hingga pasrah Timnas U-23 teeganggu persiapannya baik TC maupun tak ada laga uji coba. Sudah pemain yang dipilih hanya 27,  beberapa Klub Liga 1, pemainnya juga positif Covid-19. Dan, pada akhirnya Omicron pun hinggap di Klub yang diperkuat oleh pemain yang sudah dipanggil STy.Â
Tak ada antisipasi. Sekitar 7 pemain berlabel Timnas U-23 pun tertular Omicron di Klubnya masing-masing, di saat Timnas U-23 jelang terbang ke Kamboja yang tanpa persiapan.
Andai sejak awal PSSI legowo, cerdas, dan tak memaksakan diri. Mengubah target dan meminta STy memanggil pemain yang tak berbenturan dengan Klub Liga 1. Maka, Timnas U-23 bisa melakukan TC ideal. Pun bisa melakukan laga uji coba demi mengukur kesiapan tampil di Kamboja.
Publik Asia Tenggara pun akan tahu, Timnas Indonesia U-23 tidak mengirim pasukan ideal ke Piala AFF U-23. Tetapi, bisa jadi, pemain lain yang dipercaya tampil, bukan hal yang mustahil juga mampu unjuk gigi dan berikan prestasi, lho. Sayang, entah apa yang ada dipikiran Si PSSI? Hingga, Timnas U-23 gagal berangkat dengan alasan yang tetap masuk akal, yaitu karena Covid-19, meski stok pemain muda Indonesia MELIMPAH.
Kerugian yang timbul
Akibat Timnas Indonesia U-23 gagal berpartisipasi, maka Indonesia gagal mempertahankan gelar Piala AFF U-23, padahal pemain U-23 Indonesia melimpah. PSSI tak pernah berpikir regenerasi dan pembinaan. Maunya prestasi yang instan!.Â
Kasihan anak-anak Indonesia. Peluang mengasah kemampuan, kesempatan emas berlaga di event resmi sepak bola Asia Tenggara, ditutup sendiri oleh PSSI.
Selain itu, Piala AFF U-23 juga menjadi ajang mengukur Timnas U-23 sebagai tolok ukur jelang tampil untuk SEA Games 2021 yang tertunda karena corona, dan akan berlangsung pada 12-23 Mei 2022 di Vietnam dengan Kota Hanoi sebagai kota tuan rumah utama.
PSSI juga wajib malu. Karena tidak antisipasi, kualitas Piala AFF U-23 2022 dipastikan menurun, pasalnya selain sebagai Juara Bertahan, Garuda Muda juga diasuh oleh STy yang sedang naik daun di Asia Tenggara.
Bila hanya terpaku kepada 27 pemain yang tidak ada antisipasi terjangkit Omicron oleh PSSI, maka alasan Timnas U-23 gagal berangkat karena demi keselamatan pemain, jadi dimaklumi oleh dunia ya? Oleh negara peserta Piala AFF U-23 lainnya. Oleh Panitia dan AFF sendiri.
Mengapa negara peserta lain bisa tetap berlaga di Piala AFF U-23 2022? Kok Indonesia tidak bisa? Retoris, ya? Jawabnya kan sudah saya ulas. He he
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H