Mengapa sampai istilah licik menjadi teladan dan keteladanan? Apakah orang yang licik itu memang aslinya licik? Atau dasarnya cerdas atau cermat atau tangkas?Â
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerdas artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), tajam pikiran, sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat).
Makna cermat adalah penuh minat (perhatian), saksama, teliti, berhati-hati, hemat. Arti tangkas cepat (tentang gerakan), cekatan, sigap, gesit.
Lalu, makna licik yaitu banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas, curang, licin.
Merujuk pada makna KBBI, maka dapat disimpulkan bahwa sepertinya, orang yang memiliki sifat dan karakter licik, adalah orang yang cerdas, cermat, dan tangkas.
Tapi, mengapa orang licik atau kelicikan itu pada akhirnya dapat terbongkar, dibongkar, tertamgkap, ditangkap? Untuk itu tak salah bila lahir peribahasa seperti sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai menyembunyikan bangkai, akan tercium juga dan lainnya.
Semua maknanya merujuk kepada sepandai-pandainya orang berbuat licik, kelicikan, atau kejahatan, pasti pada saatnya, waktunya, akan ketahuan atau tertangkap.
Coba kita analisis sesuai makna. Mengapa orang menjadi licik. Semisal saya ambil salah satu makna cerdas, yaitu sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya). Berikutnya saya ambil satu makna cermat, yaitu teliti. Lalu satu makna tangkas, yaitu cekatan, dan satu makna licik, yaitu banyak akal yang buruk.
Bila saya kolaborasikan empat makna tersebut dan menjadi sifat atau karakter seseorang semisal saya sebut A, maka sifat dan karakter A akan menyatu menjadi, A adalah orang yang sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), cermat, teliti, cekatan, tetapi banyak akal yang buruk.
Bila Si A, kehidupannya terbentuk oleh ajaran agama serta keadaan keluarga dan jenjang pendidikan yang benar, maka sifat dan karakter liciknya, yaitu banyak akal yang buruk tak akan menempel dan merasuki dirinya.
Seharusnya sifat dan karakter Si A adalah menjadi orang yang sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya), cermat, teliti, dan cekatan, sehingga setiap pikiran dan langkahnya berguna, bermaslahat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, hingga bangsa dan negara.