Seleksi timnas kelompok umur
Selain persoalan tersebut, kini PSSI juga coba mengembalikan cara menyeleksi dan merekrut pemain timnas kelompok umur dengan kembali melibatkan Askot/Askab dan Asprov.
Cara ini, jelas tak akan pernah menghasilkan timnas kelompok umur yang berkualitas. Lihat, calon pemain dari berbagai SSB/Akademi/Diklat dll, diseleksi di tingkat kota/kabupaten. Lalu, yang terpilih sesuai kuota mewakili kota atau kabupaten maju ke tingkat provinsi.
Bukan rahasia lagi dan sudah jadi persoalan klasik. Siapakah pemain yang terpilih mewakili kota atau kabupaten dari ratusan pemain yang ikut seleksi? Padahal dari ratusan pemain hanya di satu kota saja bila didik dan dibina dengan benar, bisa jadi timnas, lho?
Ternyata pemain yang terpilih, biasanya tergantung siapa tim penyeleksinya dan siapa yang bermain di dalamnya. Ujungnya, adakah pemain terbaik kota/kabupaten yang dibawa ke tingkat provinsi?
Saat di tingkat provinsi, siapa kira-kira pemain yang terpilih mewakili provinsi ke tingkat nasional? Semua bisa diprediksi dan ditebak.
Begitu pun pemain yang diambil dari Klub, kurang lebih proses versinya sama. Publik sepak bola nasional pun akhirnya bisa melihat bagaimana kualitas timnas. Ini berbeda, zaman timnas kelompok umur, pelatihnya langsung merekrut pemain dari kompetisi liga swasta. Nampak jelas, mana pemain berkualitas dari hasil kompetisi, dan mana pemain dari hasil proses titipan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H