Seharusnya, Presiden Jokowi bersikap bijak dan adil. Tatkala kehidupan di perekonomian bidang lain dibuka dan diizinkan dengan protokol kesehatan demi rakyat bisa kembali dapat penghasilan dan dapat makan, tetapi mengapa sepak bola yang juga sudah menjadi industri dan banyak pelaku sepak bola yang menggantungkan hidup dari kompetisi Liga 1, 2, dan 3, benar-benar diperlakukan berbeda dari segi kehidupan lain yang sama-sama sebagai gantungan hidup mencari nafkah.
Jujur, melalui artikel ini, saya heran dengan Bapak Presiden Jokowi, yang seolah menutup mata dan hati kepada para pelaku sepak bola nasional yang hidup dan mencari makan dari sepak bola, namun tetap tak tergerak hati untuk memberikan kesempatan PSSI melalui PT LIB-menggelar kompetisi di 2020 ini, kendati PSSI juga sudah menyiapkan teknik kompetisi di tengah Covid-19.
Secara pribadi, sungguh saya sedih melihat anak-anak yang semestinya dapat berkompetisi sesuai umurnya tahun ini, karena mengikuti turunan kompetisi Liga 1 dan Piala Suratin, namun terpaksa tak dapat bermain di kelompok umurnya karena tahun depan sudah masuk tim yang berbeda.
Pertanyaannya, apa yang membuat Bapak Presiden Jokowi dan Pemerintah takut bila kompetisi digelar tahun ini, sehingga melalui tangan Polri melarang kompetisi digelar? Sejatinya rakyat pun tahu, dalih tak diizinkannya kompetisi karena alasan corona, hanya sebagai alasan demi menyelamatkan Pilkada yang akan berlangusung Desember 2020.
Apakah ada pihak lain yang sangat berkepentingan sehingga Pilkada wajib diselamatkan dan kompetisi sepak bola harus disetop? Lalu, para pelaku sepak bola harus menjadi korban kepentingan? Sepertinya, jawabnya, ya.
Oleh karenanya, bila ada klub yang menyalahkan PSSI atau PT LIB karena kompetisi gagal digelar, sungguh salah alamat.
Andai saja para pelaku sepak bola di Indonesia adalah para mahasiswa, pasti dengan kompetisi disetop, yang artinya juga menyetop sumber penghasilan pelaku sepak bola, maka tak mustahil akan terjadi demonstrasi yang menuntut agar Polri mengizinkan kompetisi digelar.
Sayang, para pelaku sepak bola kita ini bukan mahasiswa, meski mereka juga buruh yang bekerja dan mencari makan dari sepak bola. Namun, disetop kompetisinya yang sama saja disetop lahan mencari makannya, ternyata hanya diam. Meski Presiden sejak hadirnya corona justru dianggap lebih peduli kepada ekonomi dibanding kesehatan dan nyawa rakyat.
Jadi, karena para pelaku sepak bola kita hanya diam dan menerima nasib diperlakukan tak adil oleh pemerintah, lahan mencari makannya ditutup, jangan ada yang mencari kambing hitam dan menyalah-nyalahkan PSSI atau PT LIB.
Atas semua kenyataan yang tak memihak sepak bola nasional, kendati Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021, pada akhirnya PSSI yang sejatinya didukung oleh Menpora, terpaksa memutuskan menunda kompetisi 2020.
Hal ini disampaikan melalui laman resmi PSSI, Kamis 29 Oktober 2020, Komite Eksekutif (Exco) PSSI secara aklamasi memutuskan menunda kompetisi Liga 1,2, dan 3 pada tahun 2020. Hal ini usai dilakukan rapat Exco PSSI secara sirkuler pada Rabu 28 Oktober 2020. Padahal sesuai jadwal seharusnya kompetisi digelar pada Oktober ini dan kompetisi akan digelar pada awal 2021.