Sayang, rezim jadi terlihat tak cerdik meski tetap jelas terlihat licik, sebab rakyat sudah cerdas. Mampu membaca segala tindakan licik dalam setiap intrik, taktik, dan politiknya.
Kini, apa pun yang direncanakan oleh rezim. Apa pun intrik, taktik, dan politiknya, bukan hanya rakyat yang mampu membaca. Namun, karena kebodohan di antara anggota rezim itu, maka di antara mereka justru yang membongkar rahasia dari akal liciknya sendiri.
Mereka bahkan terus tanpa menyadari melakukan intrik, taktik, dan politik basi, sebab skenarionya sudah terbaca dan terdeteksi.Â
Percuma berbuih mendebat, bernarasi, membela diri, mempertahankan diri, bahkan sampai menuduh balik kecurangan dan kejahatan dilakukan oleh rakyat, padahal siapa di balik adegan dari skenario yang dibuat oleh mereka sendiri.
Di saat semua negara sibuk dengan melawan pandemi corona. Ada negeri yang pemimpin dan wakil rakyatnya malah sibuk mengurusi dirinya sendiri. Sibuk melayani para junjungannya demi mengambil NKRI dengan caranya.
Sibuk membuat rakyat turun ke jalan, berdemonstrasi, dan berbuat anarki. Pemimpin dan wakil rakyat macam apa itu? Bahkan, membenturkan rakyat dengan rakyat yang berseragam, bukan malah menjadi pengayom dan pengaman rakyat, malah menjadi musuh rakyat.
Baca juga: 21 Mei 1998, Kenangan Saya dalam Gerakan Reformasi Mahasiswa
Di mana logika dan akal sehatnya. Memaksakan kehendak dengan melepaskan hati nurani berubah menjadi bukan manusia berbudi.
Apa yang kini sedang terjadi di NKRI, jelas-jelas menjadi deskripsi bahwa rakyat memang telah tak dianggap dan sudah tak berdaulat.
Kapan mereka akan menyadari dan malu, bahwa sejatinya, segala hal yang mereka rencanakan, mereka perbuat, semua sudah dicerna dan dibaca rakyat.
Sungguh, saya jadi kawatir bila sampai ada people power. Akan ada gerakan perjuangan rakyat yang mengulang sejarah 75 tahun lalu, merebut Indonesia dari penjajahan kolonialisme. Kini, merebut Indonesia, merdeka seutuhnya. Â Merebut penjajahan dari rezim.