Kelompok ini pun tak henti mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain. Jauh dari empati, simpati, berbesar hati, dan rendah hati.Â
Dan, yang paling parah, kelompok ini pun
merasa lebih benar dan lebih baik dari siapapun.Â
Semoga apa yang saya ungkap tersebut adalah salah. Sehingga, bangsa dan negara ini memang dipenuhi orang-orang yang berakal sejati, sehingga saat diberikan kritik, saran, masukan, dan nasihat akan tambah mencintai, bukan sebaliknya tambah membenci.Â
Bila apa yang saya ungkap benar, apakah seperti dalam kisah sinetron, orang-orang bodoh jahilun ini harus dapat hidayah dulu dari Allah, sehingga mereka akan sadar dan bertobat?
Namun, berharap kisah nyata ini tiba-tiba terjadi seperti dalam kisah sinetron, rasanya mustahil. Tentu untuk membuat orang-orang bertobat, tidak lagi dirasuki hawa nafsu kekuasaan, tahta, dan harta, tidak akan semudah membalik telapak tangan karena akan sangat dipengaruhi oleh kadar keimanannya.
Sementara periode kekuasaan di negeri ini masih lama akan berakhir. Saat periode kekuasaan berakhir pun, estafet kekuasaan masih ingin dipegang dan dilanggengkan dan kini terus "dipersiapkan".
Mungkin nasib rakyat Indonesia memang harus terus seperti kondisi sekarang. Menderita sebelum corona dan tambah menderita setelah Covid-19 datang. Jauh dari amanat Pembukaan UUD 1945.
Terus dijajah oleh anak bangsa sendiri yang "dibiayai" karena hawa nafsu duniawi lebih diutamakan.Â
Indonesia yang "Gemah ripah loh jinawi" pun terus menjadi sekadar negeri dongeng bagi rakyat, dan siapa sebenarnya yang terus menguasai dan menikmati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H