Tidak hanya di benua Amerika dan Eropa. Chinatown juga berkembang di Australia, seperti di Sydney dan Melbourne. Dan di banyak kota lain di beberapa negara di Asia. Mulai dari Jakarta-Indonesia, Singapore, Kuala Lumpur-Malaysia, Bangkok-Thailand, Ho Chi Minh City-Vietnam, Manila-Filipina sampai Yokohama- Jepang.
Bagi yang pernah ke Singapore, pasti tahu kawasan Chinatown di negara jiran itu. Apalagi yang suka berbelanja di People's Park. Kawasan belanja paling terkenal di Chinatown-Singapore. Sedangkan, yang suka berburu barang suvenir sekaligus kuliner di Kuala Lumpur, tentu saja mengenal area sekitar Petaling Street, Chinatown-nya Kuala Lumpur.
Namun demikian, Chinatown tertua di Asia konon berada di Manila, Filipina. Itulah Binondo, sebuah distrik di Ibu Kota Filipina, yang disebut-sebut sebagai Chinatown-nya Manila. Binondo didirikan pada tahun 1594 oleh penjajah Spanyol dan diperuntukkan bagi etnis Tionghoa di masa itu. Tujuannya tidak lain agar bangsa penjajah itu dapat mengawasi gerak gerik mereka.
Boleh jadi, tidak berbeda dengan sejarah pendirian Chinatown di kawasan Glodok. Kawasan yang dulunya berada di luar tembok benteng Batavia itu, memang ditetapkan penjajah Belanda sebagai pemukiman etnis Tionghoa sejak tahun 1740. Maksudnya jelas. Untuk mengisolasi mereka pasca peristiwa Geger Pecinan.
Chinatown di Indonesia sebetulnya tidak hanya di kawasan Petak Sembilan, Glodok. Di beberapa kota lain pun ada. Meskipun tidak setenar Pecinan Glodok. Misalnya, di Makassar, Singkawang, Surabaya dan Medan. Tentu saja, kawasan Pecinan itu perlu direvitalisasi. Dan selanjutnya di-branding sebagai Chinatown.
Bagaimanapun juga, merek "Chinatown" sudah sangat mendunia. Chinatown tidak lagi sekedar bagian dari sejarah sebuah kota. Tetapi, di era terkini, Chinatown pun bisa dikembangkan menjadi sebuah destinasi wisata andalan.
***
Kelapa Gading, 20 Januari 2023
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan:Â