Objek wisata paling menonjol di sisi ini tidak lain adalah Menara Pandang Banjarmasin. Landmark kota yang baru diresmikan pada tahun 2014 silam. Belum terlalu lama. Dari atas menara ini, pengunjung bisa menikmati lanskap nan cantik dari Sungai Martapura dan kota Banjarmasin. Sayang sekali, pas ke situ, akses ke puncak menara sedang ditutup.
Wisata jalan kaki dengan sejumlah perhentian membuat rute yang cukup jauh pun tetap menyenangkan. Begitulah, tanpa terasa saya sudah dekat dengan Jembatan Dewi. Hanya beberapa ratus meter ke arah hotel. Namun, sebelum menyeberang jembatan tua itu, sebuah patung menarik perhatianku.Â
Aha, rupanya inilah sang Bekantan. Hewan primata yang kabarnya banyak ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan. Pantas saja, ada Patung Bekantan di kota ini. Dan Bekantan bukan satu-satunya objek wisata yang menghiasi kawasan itu. Masih ada Dermaga Apung dan Kampung Ketupat.Â
Jembatan Dewi sendiri merupakan jembatan tertua di Banjarmasin. Jembatan yang dulunya disebut Jembatan Coen itu, dibangun pada tahun 1914. Nama Coen konon merujuk ke nama John Coen, seorang pemimpin Belanda kala itu. Atau bisa saja yang dimaksud adalah Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC yang sangat terkenal.
Lalu bagaimana dengan nama Dewi?Â
Menurut cerita, pada sekitar tahun 1960-1970-an, ada sebuah bioskop yang dibangun di dekat jembatan itu. Namanya Bioskop Dewi. Lama kelamaan, masyarakat Banjarmasin pun menyebutnya Jembatan Dewi. Disesuaikan dengan nama bioskop di dekatnya. Biar gampang saja.
Satu hal lagi yang menarik dari jembatan ikonik ini. Bagian tengah jembatan ini dapat diangkat bila ada perahu besar yang hendak lewat ke arah pedalaman. Hm, mirip ya dengan Jembatan Kota Intan di kawasan Kota Tua Jakarta.
Kawasan sekitar Jembatan Dewi memang menarik dijelajahi. Andai saja tidak ada janji lain untuk memotret di sore itu, saya masih pingin lanjut ke Kampung Ketupat. Kampung ini dulunya hanya kampung biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, namanya berubah menjadi Kampung Ketupat. Nama itu disematkan karena banyak warganya yang menjual ketupat.Â