Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sudah Bayar Mahal, tapi "Disuruh" Jalan Kaki

14 Oktober 2022   10:56 Diperbarui: 20 Oktober 2022   18:46 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang China yang suka jalan kaki. Sebuah foto di Hangzhou. | Sumber: Dokumentasi pribadi

Bagaimana dengan Indonesia? 

Sayang sekali, kita hanya menempati ranking terbawah alias bangsa yang disebut sebagai yang paling sedikit berjalan kaki. Sebabnya, rata-rata orang Indonesia hanya melakukan 3,513 langkah kaki per hari! Hm, kebanyakan mager ya. Lebih jelasnya, silakan perhatikan tabel "The World's Most and Least Active Countries"

Daftar Negara yang paling aktif dan tidak aktif jalan kaki. Sumber: statista/www.forbes.com
Daftar Negara yang paling aktif dan tidak aktif jalan kaki. Sumber: statista/www.forbes.com

Soal anggapan orang Indonesia enggan berjalan kaki memang tidak sepenuhnya salah. Seperti tergambar dalam sebuah pengalaman sendiri ketika singgah di kota Bruges- Belgia beberapa tahun lalu. Walking City Tour di kota abad pertengahan itu mestinya menjanjikan suatu petualangan menarik. Tetapi, ternyata tidak semua peserta tur antusias. 

Pasalnya, seperti dihampir semua kota tua lain di Eropa, kami harus berjalan kaki cukup jauh. Bus wisata memang hanya bisa mendekat sampai Bargeplein, sedikit di pinggir kota tua. Sekitar 2.5 km dari Market Square yang berada di jantung kota tua Bruges.

"Jadi kami harus berjalan ke Market Square?", tanya seseorang. "Berapa lama jalan ke sana?", timpal yang lain. 

Begitulah, pertanyaan seperti itu kerap muncul setiap kali diajak jalan kaki. Dan pengalaman yang sama terjadi ketika mengajak wisata jalan kaki di kota tua lainnya. Misalnya, di Praha- Ceko, dan lain-lain.

Wisata jalan kaki di kota tua Praha- Ceko. | Sumber: Dokumentasi pribadi
Wisata jalan kaki di kota tua Praha- Ceko. | Sumber: Dokumentasi pribadi
Memang sangat berbeda dengan orang Hong Kong atau Jepang yang sudah terbiasa berjalan kaki ke mana-mana. Dari rumah ke stasiun kereta. Lalu berjalan kaki lagi sekian blok menuju kantornya. Eh, Jepang tetiba mengingatkan kembali sebuah pengalaman lucu di Osaka bertahun-tahun silam.

Suatu kali kala mengikuti sebuah pertemuan di Osaka, staf agen yang mengundangku mengatakan, "Tonny san, I'll pick you up tonight for dinner". Wow, asyik dijemput. Saya pun membayangkan dia bakal datang dengan sebuah mobil untuk menjemputku. Ternyata tidak kawan! 

Dia datang berjalan kaki saja. Dan saya pun "dijemput" dengan berjalan kaki menuju restoran yang letaknya lumayan jauh juga. Jauh bagiku, tapi tentu saja tidak baginya. Bagi mereka jarak sekitar 2-3 km sama sekali tidak dirasakan jauh. Bagaimana dengan kita? Boleh jadi langsung memesan Uber. :)

Warga negara Sakura memang suka jalan kaki.| Sumber: Dokumentasi pribadi
Warga negara Sakura memang suka jalan kaki.| Sumber: Dokumentasi pribadi
Jika pengalaman wisata jalan kaki di Bruges tadi dianggap cukup jauh, saya masih bisa mengerti. Tetapi, bagaimana mungkin sebuah jarak yang hanya sekitar 700-an meter pun dianggap jauh. Dan itulah yang pernah saya hadapi ketika mengajak sebuah grup makan malam di sebuah restoran Thailand yang kebetulan terletak di jalan kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun