Setelah lama terbengkalai, bangunan ini kini kembali bersolek. Fasadnya yang didominasi warna putih itu dihiasi logo merah Sarinah yang menarik. Tentu saja menarik. Jenis huruf di logo ini adalah hasil tulisan tangan Bung Karno yang digunakan pada Toserba Sarinah pertama di Jakarta.
Kantor BJB di Braga No. 12, yang pernah menjadi ikon di kawasan ini, adalah bekas Gedung Bank DENIS (De Eerste Nederlandsch-Indische Spaarkas). Bangunan ini didesain oleh Albert Frederik Aalbers, seorang arsitek Belanda yang banyak merancang gedung terkenal di Bandung.
Sama dengan gedung BJB, Gedung LKBN Antara pun dirancang oleh A.F. Aalbers pada tahun 1936. Gedung ini awalnya digunakan oleh Lager des Heilers (Bala Keselamatan), yakni sebuah badan pelayanan sosial gereja Protestan yang didirikan William Booth dan berpusat di London, Inggris.
Ruas Braga antara Gedung Antara hingga Indische Cafe Braga menampilkan wajah Braga yang berbeda. Rute sepanjang 350 meter ini dipenuhi restoran, kafe, toko roti, toko suvenir dan hotel. Sebagian di antaranya bahkan telah beroperasi sejak zaman kolonial. Jauh sebelum Indonesia merdeka.
Toko Roti Sumber Hidangan, misalnya, telah berusia hampir seabad. Toko roti legendaris yang terletak di Jalan Braga No. 20-22 awalnya bernama Het Snoephuis ketika dibuka pada tahun 1929. Meskipun digempur bakery modern, toko roti ini masih bertahan hingga kini.
Tidak jauh dari sini, mari mampir sejenak di Kopi Toko Djawa (Braga No. 81) yang doeloe merupakan salah satu toko buku tertua di Bandung (sejak 1955). Jika doeloe Toko Djawa menjual buku, maka sejak 2015 toko buku ini telah bertransformasi menjadi Toko Kopi Djawa.