Dalam perjalanan ke berbagai kota terkenal di dunia, penulis kerap bertemu dengan banyak Local Guide (pemandu wisata) dengan penampilan yang berbeda-beda. Di kota Paris, misalnya, penulis mengenal salah satu pemandu wisata yang selalu tampil menawan setiap kali menyambut kami di kotanya.
Ketika penulis memuji penampilannya, dia tersenyum dan memberikan suatu pernyataan menarik. Katanya, "I can't wear any dress as freely as you all. Well, while you are on holiday, I'm here on duty. I must dress well to respect you and my own profession." Lalu lanjutnya dengan tawa berderai, "After all, I'm also representing the city where I live. The city that has become the symbol of fashion and life style".
Tentu saja ketika sedang berlibur, Anda boleh mengenakan semua pakaian favoritmu. Namun, jangan lupa. Tidak berarti boleh berpakaian sebebasnya. Di beberapa destinasi wisata tertentu ada aturan yang mewajibkan pengunjung untuk berpakaian yang pantas. Ada 'dress code' yang harus dipatuhi. Di antaranya, ketika mengunjungi sebuah gereja, masjid, kuil dan tempat suci lainnya.
Namun, aturan berbusana juga berlaku di berbagai tempat tertentu. Selain yang sudah disebutkan di atas, aturan berbusana juga sering diterapkan di banyak restoran kategori 'fine dining' atau restoran mahal dan berkelas. Misalnya saja, saat berkunjung ke sebuah restoran berstatus Michelin Star dengan rating 3 bintang.
Pengunjung restoran, misalnya, tidak diperkenankan memakai kaos oblong, celana pendek, topi baseball dan celana blue jeans, khususnya jeans yang penuh sobekan. Tidak itu saja, banyak resto juga menyorot ke alas kaki yang dikenakan. Jangan sampai ada turis yang memakai sandal. Sekalipun sandal itu bermerk Louis Vuitton.
Sejarah jeans dan kaos oblong sendiri sama menariknya. Jika jeans awalnya hanya digunakan di kalangan pekerja pabrik, buruh tambang, petani maupun peternak di Amerika. Maka tidak berbeda jauh dengan sejarah kaos oblong. Kaos oblong atau T-shirt pun awalnya hanya dipakai sebagai pakaian dalam tentara Inggris dan Amerika pada abad 19 sampai awal abad 20.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!