Namun, Bandara internasional Hamid Karzai adalah yang terbesar dan menjadi pintu gerbang utama di negara ini.
Hamid Karzai International Airport, yang juga disebut Khwaja Rawash Airport, sebelumnya rutin didarati berbagai maskapai penerbangan internasional. Di antaranya, Air Arabia, Air India, Emirates, Fly Dubai, Kuwait Airways, dan lain-lain. Dan tentunya juga dua maskapai asal Afghanistan sendiri yang menjadikan bandara ini sebagai hub-nya, yakni Ariana Airlines dan Kam Air.
Akan tetapi, sejak masuknya Taliban ke Kabul, semua maskapai internasional pun membatalkan penerbangan ke Kabul.Â
Bandara yang dinamakan sesuai nama Presiden Afghanistan sebelumnya, yaitu Hamid Karzai, hanya menyisakan pesawat militer milik AS dan NATO yang masih bebas mengudara.
Nasib kota Kabul dan Afghanistan ke depannya memang seharusnya ditentukan sendiri oleh Pemerintah Taliban dan bangsa Afghanistan sendiri. Apakah negara ini akan berubah menjadi negara tertutup atau tetap terbuka seperti negara-negara lainnya di dunia di abad ke-21 ini.
Melihat sikap petinggi Taliban terhadap situasi terkini di Kabul setidaknya memberikan secercah harapan.Â
Salah seorang juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, menegaskan bahwa Taliban tidak akan menghambat siapapun yang hendak meninggalkan Afghanistan, termasuk mereka yang sebelumnya berseberangan dengan kelompok ini.
Seperti dikutip dari MSNBC, Shaheen juga mengatakan, "We will not punish them...will not pose arrest to them, their property, or their life. They are welcome to go." (Kami tidak akan menghukum mereka... tidak akan menahan mereka, harta benda mereka, atau nyawa mereka. Mereka dipersilakan untuk pergi).
Tidak itu saja, pasukan Taliban juga tidak mengusik sama sekali bandara internasional Hamid Karzai yang masih dikuasai pasukan AS dan NATO.Â
Helikopter AS pun bisa dengan mudah mendarat di Kedutaan Besar AS di Kabul untuk melakuan evakuasi.
Begitu pula warga negara asing lainnya yang hendak ke luar dari Kabul, tidak ada yang dihambat.Â