Apalagi atmosfer bisnis ini sepertinya sangat mendukung. Seperti yang disampaikan Steven Udvar-Hazy, Executive Chairman Air Lease Corporation kepada CAPA (Centre for Aviation), "Cheap money, capital, cheap aircraft, and pilots," ujarnya. Itulah ramuan modal awal yang kini tersedia. Mendirikan sebuah maskapai pun terasa kian mudah. Air Lease Corporation sendiri adalah salah satu Lessor ternama asal Los Angeles- AS.
Selain itu, ada pra-kondisi lain yang tidak boleh dilupakan. Maskapai baru, misalnya, tidak memiliki beban masa lalu (kewajiban hutang) sehingga lebih mudah untuk melakukan manuver bisnis. Hasilnya, seperti yang kita saksikan kini, maskapai baru muncul di mana-mana. Tidak terkecuali di kawasan Asia Tenggara.Â
Di negeri Paman Sam, contohnya, muncul beberapa maskapai baru, seperti Avelo Airlines, Breeze Airways, Avatar dan Connect Airlines. Avelo adalah yang pertama kali mengangkasa di bulan April 2021 lalu. Lalu diikuti Breeze di bulan Mei 2021. Sedangkan Connect diperkirakan launching di Oktober mendatang.
Breeze Airways menyimpan kejelian bisnis yang tidak kalah menarik. Maskapai yang bermarkas di Utah- AS ini menawarkan 36 rute non-stop ke 16 destinasi di Amerika Serikat. Yang sungguh menakjubkan, 95% rute yang dilayani ternyata belum pernah diterbangi maskapai lain secara non-stop. Super jeli!
Play Airlines, misalnya, datang dari kota cantik Reykjavik di Islandia. Lalu Sky Alps dari Bolzano yang merupakan pintu gerbang menuju pegunungan indah Dolomite di Italia utara. Ada lagi Flyr dan Norse Atlantic Airways, start-up airlines asal kota Oslo- Norwegia. Dan duo maskapai paling gres asal Spanyol, yakni Canarian Airways dan World2Fly.
Tidak hanya di benua Amerika dan Eropa yang kian disibukkan maskapai baru. Benua Afrika pun ikut menyaksikan maskapai baru di tengah pandemi yang masih melanda dunia. Dari Afrika Timur, Barat, sampai Afrika Utara. Beberapa di antaranya, FlyWestAf Airline– Gambia, Green Africa Airways– Lagos, Nigeria dan Skybird Airlines – Cairo, Mesir.