Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Masjid Raya Baiturrahman, Ikon Aceh yang Memesona

28 April 2021   11:09 Diperbarui: 4 Mei 2021   22:34 5388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Raya Baiturrahman ketika sunset. Sumber: koleksi pribadi

Jika Istanbul memiliki Masjid Biru yang kondang. Jakarta ada Masjid Istiqlal yang megah. Maka Aceh mempunyai sebuah masjid yang sama terkenalnya dengan kedua masjid ternama tersebut. Dan tidak hanya terkenal, masjid bergaya arsitektur Mughal yang menawan ini juga kokoh berdiri sejak tahun 1881. Bahkan ketika tsunami melanda Tanah Rencong, masjid ini tetap tidak tergoyahkan. Inilah Masjid Raya Baiturrahman, sang ikon kota Banda Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman memang sangat tersohor di antara ribuan masjid yang ada di tanah air. Meskipun tidak berstatus sebagai masjid terbesar di Indonesia yang saat ini digenggam oleh Masjid Istiqlal Jakarta. Dan juga bukan sebagai masjid tertua di tanah air yang dipegang oleh Masjid Agung Demak yang berdiri sejak tahun 1479. Namun, Masjid Baiturrahman memiliki banyak kisah bersejarah serta pesona tersendiri.

Sejak lama, Masjid Raya Baiturrahman telah membuat banyak pengunjung ke kota Banda Aceh terpukau oleh keindahan arsitekturnya yang menakjubkan. Foto-foto masjid ini selalu menghiasi banyak publikasi tentang masjid di Indonesia. Dan siapapun setuju ketika sebuah situs perjalanan ternama asal Inggris, "The Culture Trip", menobatkannya sebagai "The Most Beautiful Mosque in Indonesia". Tidak itu saja, sebuah situs lain juga menyematkan status sebagai salah satu dari Tujuh Masjid Terindah di Asia.

Sejarah Masjid Raya Baiturrahman juga sangat berliku. Masjid indah yang terletak di jantung kota Banda Aceh ini sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari sejarah masyarakat Aceh itu sendiri. Mulai dari zaman Sultan Iskandar Muda hingga era terkini, ketika masjid inipun sudah menjadi simbol nasionalisme rakyat Aceh.

Panorama kota dan Masjid Baiturrahman di abad ke-18. Sumber: the Atlas of Mutual Heritage / wikimedia
Panorama kota dan Masjid Baiturrahman di abad ke-18. Sumber: the Atlas of Mutual Heritage / wikimedia
Masjid Raya Baiturrahman sejatinya telah dibangun pada tahun 1612 di era kekuasaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Bahkan masjid yang paling asli konon kabarnya telah dibangun jauh lebih awal, yakni sekitar tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Gaya arsitektur masjid saat itu (1612) menampilkan atap jerami berlapis yang merupakan fitur khas arsitektur Aceh.

Akan tetapi, masjid tersebut terbakar pada saat agresi tentara Belanda pada 10 April 1873. Masjid yang saat itu dijadikan basis pertahanan rakyat Aceh diserang Belanda. Dan akibat penembakan suar ke atap masjid yang terbuat dari jerami, masjid pun terbakar habis. Rakyat Aceh pun marah. Jendral Jan Van Swieten lalu berjanji untuk membangun kembali masjid itu sebagai tanda permintaan maaf.

Pesona masjid ketika jelang matahari terbenam. Sumber: koleksi pribadi
Pesona masjid ketika jelang matahari terbenam. Sumber: koleksi pribadi
Lima tahun kemudian, Belanda menepati janjinya dan membangun kembali Masjid Baiturrahman sebagai pemberian dan untuk mengurangi kemarahan rakyat Aceh. Konstruksi dimulai pada tahun 1879 dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil, yang selanjutnya menjadi Imam Pertama di masjid baru ini.

Masjid ini akhirnya diselesaikan pada 27 Desember 1881 di masa Muhammad Daud Syah II, Sultan Terakhir Aceh (1875-1903). Pada awalnya, banyak masyarakat Aceh menolak beribadah di masjid Baiturrahman. Maklum saja, masjid ini dibangun oleh Belanda, yang sebelumnya merupakan musuh yang diperanginya.

Desain masjid aslinya dibuat oleh Gerrit Bruins, seorang arsitek asal Belanda. Desain itu selanjutnya diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang sekaligus mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie. Menariknya, gaya arsitektur yang dipilih sangat berbeda dengan banyak masjid lain yang ada saat itu di wilayah Kesultanan Aceh maupun wilayah lain di nusantara.

Gaya arsitektur Mughal yang indah. Sumber: koleksi pribadi
Gaya arsitektur Mughal yang indah. Sumber: koleksi pribadi
Arsitektur Mughal Revival memiliki ciri kubah besar dengan menara-menara. Kubah hitam masjid ini uniknya dibangun dari sirap kayu keras yang digabung menjadi ubin. Dan seperti namanya, gaya ini berkiblat ke seni arsitektur yang berkembang pesat di era Dinasti Mughal (India). Salah satu bangunan bergaya Mughal paling terkenal di dunia adalah Taj Mahal di Agra, India.

Baca juga: "Pesona Arsitektur Islam"

Pada awalnya, Masjid Raya Baiturrahman hanya memiliki satu kubah dan satu menara. Namun, kubah-kubah baru terus ditambahkan pada tahun 1935, 1958 dan 1982. Kini masjid di pusat kota Aceh ini layak membanggakan tujuh kubahnya yang menawan serta delapan minaretnya yang keren.

Salah satu catatan penting dalam perjalanan sejarah Masjid Raya Baiturrahman terjadi ketika Aceh dilanda gempa dan tsunami pada 26 desember 2004 silam. Masjid ini ajaibnya hanya mengalami sedikit kerusakan pada beberapa dinding. Begitu juga salah satu menara setinggi 35 meter yang hanya sedikit retak dan miring. Selebihnya, Masjid Baiturrahman tetap berdiri kokoh.

Dari pelataran masjid ketika malam tiba. Sumber: koleksi pribadi
Dari pelataran masjid ketika malam tiba. Sumber: koleksi pribadi
Kini Masjid Raya Baiturrahman memegang peran penting bagi Aceh. Selain menjadi ikon negeri berjuluk 'Serambi Makkah' ini, masjid berkapasitas 9,000 ini juga menjadi simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan, dan nasionalisme rakyat Aceh.

Sementara itu, di kalangan pelaku pariwisata dan wisatawan, Masjid Raya Baiturrahman pun telah mencuat sebagai salah satu destinasi wisata nomor satu di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, baik wisata religi maupun wisata arsitektur.

Lihat saja bagaimana "Lonely Planet", sebuah penerbit buku perjalanan wisata ternama menyanjungnya: "With its brilliant-white walls, ebony-black domes and towering minaret, this 19th-century mosque is a dazzling sight". (Dengan dinding putih cemerlang, kubah hitam pekat, dan menara yang menjulang tinggi, masjid abad ke-19 ini merupakan pemandangan yang memesona).

Saya terpesona dibuatnya. Bagaimana denganmu? Sumber: koleksi pribadi
Saya terpesona dibuatnya. Bagaimana denganmu? Sumber: koleksi pribadi
Dan seakan tidak mau ketinggalan dengan Lonely Planet dan The Culture Trip, para pecinta fotografi, termasuk penulis, pun seakan berlomba mengabadikan keindahan arsitektur masjid ini. Apalagi di momen-momen jelang matahari terbenam hingga langit malam membiru indah. Pesona Masjid Baiturrahman memang sungguh menakjubkan! Setuju?

***

Kelapa Gading, 28 April 2021
Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2, 3

Catatan: Foto-foto yg digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali 1 foto lukisan Aceh abad ke-18.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun