Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Inilah "Dome of the Rock" yang Kerap Disangka Masjid Al-Aqsa

14 Maret 2021   18:02 Diperbarui: 16 Maret 2021   16:29 3902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perayaan Isra Mi'raj belum lama berlalu. Berbagai artikel terkait peristiwa penting ini pun ikut diulas di berbagai media. Tidak ketinggalan di pentas Kompasiana yang ikut menyodorkannya sebagai Topik Pilihan. Namun, ada yang menarik dari ilustrasi foto yang digunakan sebagian besar penulis. Foto yang digambarkan sebagai Masjid Al-Aqsa di belasan konten yang sudah ditayangkan sejatinya adalah "Dome of the Rock" atau Kubah Batu. 

Kubah Batu yang dalam bahasa Arab disebut Qubbat as-Sakhra adalah sebuah bangunan suci dengan kubah keemasan yang sangat menawan. 

Pesona arsitektur yang begitu menakjubkan menempatkannya sebagai ikon kota Jerusalem. Tetapi, bangunan luar biasa ini bukanlah sebuah masjid, seperti yang sering diduga banyak pengunjung. Dan tentu saja bukan pula Masjid Al-Aqsa yang agung.

Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa terletak di area yang sama yang disebut Kompleks Al-Aqsa atau Haram esh-Sharif. Namun, keduanya adalah bangunan yang berbeda. 

Bukan hanya dari fungsi bangunan dan latar belakang sejarah. Akan tetapi, juga dari gaya arsitektur yang direpresentasi kedua bangunan suci ini.

Jika Kubah Batu dibangun dengan gaya arsitektur kuno Byzantium serta sentuhan Ottoman, maka lain lagi dengan Masjid Al-Aqsa yang dirancang dengan gaya Arsitektur Islam Awal. Arsitektur ini dipengaruhi gaya arsitektur Islami Mamluk yang pernah berjaya di era Dinasti Mamluk (1206-1290).

Kompleks Al-Aqsa di Jerusalem. Sumber: Godot13/wikimedia
Kompleks Al-Aqsa di Jerusalem. Sumber: Godot13/wikimedia
Tidak seperti yang dibayangkan sebagian wisatawan, kompleks Al-Aqsa terbuka untuk semua pengunjung, termasuk non-Muslim, bahkan sejak tahun 1967. Namun, tentunya ada aturan yang wajib dipatuhi. Misalnya, pengunjung non-Muslim dilarang memasuki Dome of the Rock maupun ruang utama di Masjid Al-Aqsa.

Nah, jika hendak mengunjunginya, jangan lupa untuk selalu berpakaian sopan dan datang lebih pagi. Antrean di pintu pemeriksaan bisa saja sangat panjang. Belum lagi waktu kunjungan pun dibatasi pada jam tertentu saja, yakni jam 8.30-11.30 dan 13.30-14.30. 

Selain itu, kompleks ini hanya dibuka dari Minggu sampai Kamis. Jumat dan Sabtu tertutup bagi semua kunjungan wisata.

Akses ke Kompleks Al-Aqsa melewati jembatan kayu ini. Sumber: koleksi pribadi
Akses ke Kompleks Al-Aqsa melewati jembatan kayu ini. Sumber: koleksi pribadi
Akses ke kompleks Al-Aqsa, seperti yang penulis sendiri lewati, adalah via Mughrabi Gate yang terletak tidak jauh dari Western Wall yang juga dikenal sebagai Tembok Ratapan. 

Pemeriksaan di pintu ini sangat ketat. Kompleks Al-Aqsa selama ini berada di bawah pengelolaan sebuah Lembaga Wakaf Islam yang dipimpin oleh Pemerintahan Yordania dan Palestina.

Al-Aqsa sejatinya adalah nama kompleks seluas 14.4 hektar yang terletak di kota lama Jerusalem. Persisnya, berada di Temple Mount (Bukit Bait Suci) yang dulunya diyakini sebagai tempat berdirinya Bait Suci Kedua yang sangat disucikan umat Yahudi. Dan di lokasi yang sama ini, kaum Yahudi juga percaya sebagai tempat berdirinya Bait Suci Pertama yang dibangun Nabi Sulaiman pada tahun 1000 SM.

Akan tetapi, Bait Suci Pertama dirobohkan oleh Raja Nebukadnezar II dari Babilonia pada tahun 586 SM, ketika pasukannya menguasai Jerusalem. Sedangkan Bait Suci Kedua yang dibangun Raja Herodes dihancurkan oleh bangsa Romawi di era kekuasaan Kaisar Titus pada tahun 70 Masehi.

Peziarah di pelataran Dome of the Rock. Sumber: koleksi pribadi
Peziarah di pelataran Dome of the Rock. Sumber: koleksi pribadi
Dengan latar belakang sejarah seperti itu, kompleks ini pun tak pelak lagi menjadi tempat yang sangat suci dan dimuliakan selama ribuan tahun oleh pemeluk Agama Yahudi (Yudaisme), Kristen dan Islam. Dan di sinilah kita akan menemukan dua bangunan penting saat ini, yakni Dome of the Rock dengan kubah berwarna emas dan Masjid Al-Aqsa dengan ciri khas kubah timahnya yang berwarna abu-abu.

Beberapa literatur membedakan nama Kompleks Al-Aqsa ini dengan Masjid Al-Aqsa itu sendiri. Masjid ini resminya disebut Jami'Al-Aqsa atau Masjid Al-Qibli. Namun demikian, selama bertahun-tahun, masjid  berkapasitas 5,000 jemaah ini lebih dikenal sebagai Masjid Al-Aqsa.

Masjid Al-Aqsa (Jami Al-Aqsa). Sumber: koleksi pribadi
Masjid Al-Aqsa (Jami Al-Aqsa). Sumber: koleksi pribadi
Berbagai buku panduan wisata, seperti "Insight Guide Yerusalem" terbitan APA Publications maupun "Jerusalem & The Holy Land" karya DK Travel Guide, pun menyebut masjid suci itu sebagai Masjid Al Aqsa. Dan nama ini secara spesifik merujuk ke Jami Al-Aqsa atau Masjid Al-Qibli.

Dan boleh jadi itulah penyebab terjadinya kekeliruan itu selama ini. "Dome of the Rock" yang berada di dalam Kompleks Al-Aqsa pun kerap disangka Masjid Al-Aqsa (Jami Al-Aqsa). 

Kekeliruan nama ini bukan hanya terjadi di konten sahabat Kompasianer yang banyak mengunggahnya. Kekeliruan yang sama juga muncul di banyak artikel dari media arus utama lainnya.

"Dome of the Rock" telah lama diakui sebagai bangunan dengan gaya arsitektur Islam tertua yang masih ada di dunia. Awalnya, bangunan ini didirikan pada masa Khalifah Abdul Malik dari Dinasti Umayyah pada sekitar tahun 687 dan selesai antara tahun 691-92. Kubah aslinya runtuh akibat gempa bumi pada tahun 1015, lalu dibangun kembali antara tahun 1022-23.

Kubah berlapis emas dan dinding berlapis keramik Ottoman. Sumber: koleksi pribadi
Kubah berlapis emas dan dinding berlapis keramik Ottoman. Sumber: koleksi pribadi
Gaya arsitektur serta mosaik yang digunakan mengikuti tradisi arsitektur khas Byzantium yang pernah berkembang pesat di era Kaisar Romawi Justinian. Akan tetapi, tampilan luar bangunan indah ini berubah di era kekaisaran Ottoman. 

Sultan Suleyman (1520-1566) yang sangat terkenal itu mengganti mosaik dengan keramik berwarna khas Ottoman yang menawan.

Begitu pula dengan kubah berdiameter 20 meter itu yang awalnya terbuat dari tembaga. Berkat sumbangan emas seberat 80 kg bernilai 8.2 juta dolar dari almarhum Raja Hussein dari Yordania, kubah itupun diperbaharui dengan lapisan emas pada tahun 1993. 

Kabarnya, sang Raja budiman itu sampai menjual sebuah rumahnya di London untuk kebutuhan pelapisan emas itu.

Dengan segala keindahan arsitekturnya yang memesona serta kubah emasnya yang cemerlang, "Dome of the Rock" pun menjadi ikon kota Jerusalem yang paling terkenal di seluruh dunia. Bangunan ini berdiri sejajar dengan ikon kota-kota terkenal lainnya di dunia, seperti Opera House di Sydney atau Colosseum di Roma.

Panorama kota Jerusalem dari Bukit Zaitun. Sumber: koleksi pribadi
Panorama kota Jerusalem dari Bukit Zaitun. Sumber: koleksi pribadi
Namun, pesona arsitektur itu seakan belum cukup. Yang membuat "Dome of the Rock" kian menarik dibandingkan ikon kota manapun adalah sisi bagian dalamnya. 

Di dalam bangunan oktagonal ini terdapat sebuah batu fondasi yang disebut Batu Ash-Shakhrah. Inilah batu yang sangat suci bagi Umat Islam maupun Umat Yahudi.

Menurut beberapa sumber, batu inilah yang menjadi pijakan Nabi Muhammad naik ke langit saat peristiwa Isra' Mi'raj. Sedangkan sebagian cendekiawan Muslim lainnya menyatakan bahwa tempat pijakan tersebut berada di Masjid Al Qibli yang lebih sering disebut Masjid Al-Aqsa. Meskipun demikian, seperti sudah dijelaskan di atas, keseluruhan kompleks ini juga disebut Masjid Al-Aqsa.

Lalu bagaimana makna Batu Ash-Shakhrah dalam kepercayaan Yahudi? 

Menurut tradisi Yahudi, di atas batu inilah tempat Nabi Abraham (Ibrahim) hendak menyembelih putranya sendiri sebagai bukti imannya yang tidak tergoyahkan terhadap Allah. Seperti kita ketahui, Abraham kemudian menemukan seekor domba sebagai pengganti korban persembahan.

Kubah Batu dan Al-Aqsa difoto dari St.Peter in Gallicantu. Sumber: koleksi pribadi
Kubah Batu dan Al-Aqsa difoto dari St.Peter in Gallicantu. Sumber: koleksi pribadi
"Dome of the Rock" juga telah ditetapkan sebagai "UNESCO World Heritage Site" di Kota Lama Jerusalem. Bangunan ini pun disebut telah menginspirasi banyak bangunan lainnya di berbagai negara. Sedangkan di kalangan wisatawan, bangunan inilah yang paling banyak difoto di kota Jerusalem.

Setiap wisatawan atau peziarah yang ke Jerusalem tidak akan pernah merasa lengkap tanpa memiliki sebuah foto dengan latar belakang "Dome of the Rock", baik foto perorangan maupun foto bersama rombongan masing-masing.

"Dome of the Rock" kini telah menjadi salah satu destinasi religi penting di kota Jerusalem. Bukan hanya bagi peziarah yang datang untuk menghormatinya. Tidak cuma untuk pecinta arsitektur yang hadir untuk mengagumi bentuk arsitekturnya yang menakjubkan. "Dome of the Rock is basically an amazing place for everyone!", begitu kata seorang pelancong.

Selamat memperingati Isra Miraj 1442 H.

***

Kelapa Gading, 14 Maret 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2

Catatan: Semua foto-foto adalah milik pribadi, kecuali 1 foto Kompleks Al-Aqsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun