Kisah Langdon berlanjut di "The Da Vinci Code" yang justru lebih populer dibandingkan novel sebelumnya. Bahkan inilah novel pertama Dan Brown yang difilmkan.Â
Di Indonesia sendiri, novel "The Da Vinci Code" edisi bahasa Indonesia pertama kali dicetak tahun 2004 dan sukses luar biasa. Sedangkan novel "Malaikat & Iblis" (Angels & Demons) baru beredar di tahun berikutnya.
Novel "The Da Vinci Code" mengambil latar cerita di dua negara - Prancis dan Inggris. Di Prancis atau persisnya di ibu kota Paris, novel ini bahkan diawali dari kasus pembunuhan kurator Museum Louvre, museum paling terkenal dan sekaligus terbesar di dunia.
Lokasi di Inggris tidak kalah menarik. Mulai dari kota London sampai Edinburgh. Di London, misalnya, pembaca diajak ke Westminster Abbey yang sangat terkenal.Â
Selanjutnya ke Temple Church dan King's College di London. Dan tidak ketinggalan ke Rosslyn Chapel di Roslin, yang berada di selatan kota Edinburgh.
Khusus untuk filmnya, porsi syuting di Westminster Abbey ternyata dilakukan di Lincoln Cathedral dan Winchester Cathedral. Tentu saja membuat filmnya jauh lebih sulit, khususnya perijinan di lokasi khusus seperti gereja Westminster yang sulit didapatkan.
Novel Da Vinci Code menimbulkan kehebohan luar biasa. Selain meraih sukses besar, novel ini juga menuai badai kritik. Novel ini banyak dikecam secara luas karena banyak ketidakakuratan ilmiah dan sejarah.Â
Untuk mematahkan teori-teori spekulatif dalam novel tsb, sebuah novel lain berjudul "Cracking Da Vinci's Code" pun diterbitkan. Sebuah cara elegan dan cerdas untuk menjawab isi novel Da Vinci Code.
Ramuan khas ala Dan Brown, yang terdiri dari misteri, teka-teki, dan kelompok rahasia, masih sangat menarik dinikmati.