Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Eiger, Jagoan Lokal di Antara Raksasa Produsen Perlengkapan Outdoor Dunia

30 Januari 2021   19:01 Diperbarui: 30 Januari 2021   19:09 1844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Eiger, Monch dan Jungfrau-Swiss. Sumber: cable1/ wikimedia

Nama "Eiger" masih menjadi topik hangat nan aktual. Insiden viral-nya surat cinta ke seorang YouTuber pun berujung kecaman dari berbagai pihak. Baik yang cukup familier dengan jenama (merek) ini, maupun yang baru mengenalnya. Alhasil, nama Eiger pun sesaat melambung tinggi di blantika sosmed di negeri +62.

Terpelesetnya Eiger di surat teguran tentu saja menarik. Tetapi, penulis tidak akan membahasnya lebih lanjut. Episode "Eiger vs YouTuber Dian Widiyanarko" sudah cukup banyak dibahas. Suatu pelajaran yang mahal bagi Eiger. Dan yang pasti banjir tawaran buat Bung Dian Widiyanarko yang kini makin populer. :)

Nah, terlepas dari bagaimana strategi Eiger mengembalikan reputasinya, maka tidak kalah menarik adalah melongok bisnis perlengkapan aktivitas luar ruang yang tidak kalah menggiurkan. Selain Eiger, ada lagi jenama lokal seperti Consina yang kian dikenal. Belum lagi nama-nama besar di bisnis perlengkapan outdoor dunia yang kini juga masuk ke pasar Indonesia.

Salah satu produk Eiger. Sumber: www.eigeradventure.com
Salah satu produk Eiger. Sumber: www.eigeradventure.com
Dalam berbagai perjalanan ke mancanegara, penulis sendiri cukup mengenal nama-nama beken produsen perlengkapan ini. Di antaranya, Columbia, The North Face, Kathmandu, dan lain-lain. Bahkan sering masuk-keluar di banyak toko mereka di berbagai negara. Betul sekali, hanya masuk-keluar. Jelasnya, hanya masuk sesaat, kemudian langsung keluar. Tidak membeli, karena harganya selangit. Ahaha.

Sejatinya, Eiger layak diapresiasi sebagai salah satu produsen perlengkapan luar ruang lokal yang mampu bersaing di pasar yang kian kompetitif. Tidak hanya di pasar domestik, tapi juga sudah merambah ke pasar mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, hingga Timur Tengah. Meskipun, belum bisa dibandingkan dengan nama-nama beken lainnya yang sudah lebih mendunia. 

Harga Eiger pun tentu saja berbeda. Masih jauh lebih terjangkau dibandingkan produk The North Face, misalnya, yang dipajang di sebuat mal mewah di Jakarta. Namun, jika ditimbang dari harga dan kualitas yang ditawarkan, maka Eiger boleh berbangga. Produknya saat ini berada di barisan terdepan produk lokal yang sangat populer. Bahkan dalam berbagai situs yang menyajikan urutan perlengkapan outdoor paling favorit di Indonesia, merek Eiger sering menempati urutan pertama.

Produk lain Eiger. Sumber: www.eigeradventure.com
Produk lain Eiger. Sumber: www.eigeradventure.com
Sejarah Eiger atau lengkapnya Eigerindo Multi Produk Industri didirikan oleh Ronny Lukito pada tahun 1979. Awalnya, Eiger justru ikut mengembangkan produk dengan merek Exsport yang telah hadir lebih awal. Barulah pada tahun 1993, Eiger mulai memasuki pasar dengan produk unggulan yang ditujukan untuk berbagai kegiatan outdoor, seperti mendaki gunung, camping, dan lain-lain.

Nama Eiger sendiri mengingatkan penulis pada salah satu gunung ternama di Swiss yang juga populer di kalangan para pendaki dunia. Puncak Eiger menjulang setinggi 3,967 m dpl di kawasan Bernese Alps, Swiss, berdekatan dengan dua puncak gunung lainnya, yakni Monch (4,110m) dan Jungfrau (4,158m). Jika tertarik ke sini, bisa memilih menginap di desa Lauterbrunnen yang indah.

Puncak Eiger, Monch dan Jungfrau-Swiss. Sumber: cable1/ wikimedia
Puncak Eiger, Monch dan Jungfrau-Swiss. Sumber: cable1/ wikimedia
Meskipun produk Eiger sudah cukup bagus, tetapi seperti biasanya, bagi para pecinta aktivitas luar ruang tidak sedikit yang juga menggandrungi berbagai jenama tenar lainnya. Tidak heran nama-nama seperti Columbia, North Face, dan lain-lain, ikut masuk ke pasar Indonesia. Selain soal kualitas produk, nama-nama besar itu memberikan gengsi tersendiri.  

Dari nama-nama di atas, Columbia dan The North Face termasuk merek yang sangat populer secara global. Paling tidak kedua merek kondang inilah yang paling sering penulis temui di banyak shopping mall, factory outlet, maupun di toko mereka masing-masing di berbagai kota besar di dunia. Dari benua Amerika, Eropa hingga Asia. Bahkan produk bermerek top ini bisa ditemukan di Jakarta.

Sementara itu, Patagonia yang berasal dari Ventura- AS ini jarang ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Sebagian pecintanya membeli produk ini di Singapore lewat "Outdoor Life" yang memiliki koleksi cukup lengkap produk ternama ini.

Patagonia adventure. Sumber: www.businessinsider.com
Patagonia adventure. Sumber: www.businessinsider.com
Produk Kathmandu juga sama sulit ditemukan di tanah air, kecuali Anda memesannya secara daring. Gerai Kathmandu umumnya tersebar di kota-kota besar di seluruh Australia dan Selandia Baru. Produk mahal asal Christchurch- Selandia Baru ini memang sangat tenar di dua negara di Pasifik selatan itu.

Secara rerata, harga The North Face sedikit lebih mahal dibandingkan Columbia. Namun, keduanya pun masih di bawah Kathmandu maupun Patagonia. Sama mahalnya produk-produk buatan Arc'teryx - Kanada, Houdini -- Swedia, Helly Hansen -- Norwegia, dan lain-lain yang tidak dijual di tanah air.

Perusahaan Columbia Sportswear didirikan tahun 1938 oleh Paul Lamfrom, ayah dari Gert Boyle yang lahir di Jerman. Pada awalnya Columbia dikenal sebagai perusahaan kecil pembuat topi di Portland, tidak jauh dari Sungai Columbia. Nama perusahaan pun dinamakan sesuai nama sungai tersebut.

Jaket Columbia. Sumber: Fabio Comparelli /www.thedrum.com
Jaket Columbia. Sumber: Fabio Comparelli /www.thedrum.com
Columbia, yang bermarkas di Cedar Mill, penggiran kota Portland, Oregon - AS, kini telah menjadi salah satu raksasa di bidang pakaian olahraga luar ruang. Gerainya tersebar di lebih dari 72 negara dan memiliki sekitar 13,000 pengecer di seluruh dunia.

Penulis sendiri menyukai produk Columbia, khususnya produk jaket dengan teknologi reflektif "omni-heat". Tetapi, belinya hanya ketika ada diskon besar di factory outlet. Dan ditambah tax refund, maka harganya pun turun jauh. Merek ini pun termasuk salah satu yang banyak penggemarnya di Indonesia.

Salah satu saingan utama Columbia di pasar global tidak lain adalah The North Face, sebuah perusahaan asal AS lainnya. Berdiri sejak tahun 1968, The North Face memproduksi berbagai jenis peralatan luar ruang dan juga kebutuhan fashion. Mulai dari jaket naik gunung, bermain ski, hingga jaket windbreaker dengan warna-warni penuh gaya.

Half Dome yg menginspirasi logo North Face. Sumber: Diliff /wikimedia
Half Dome yg menginspirasi logo North Face. Sumber: Diliff /wikimedia
Logo The North Face terinspirasi dari bentuk Half Dome, yakni sebuah tebing granit besar berbentuk setengah kubah di Taman Nasional Yosemite, California, AS. Pada tahun 2000, perusahaan ini dibeli VP Corporation, sebuah perusahaan busana raksasa dari Denver yang juga mengelola puluhan merek pakaian dan sepatu lainnya, di antaranya Timberland.

Beberapa produk Northface berharga fantastis. Penulis pernah menemani seorang tamu yang membeli sebuah jaket ski yang bisa digunakan di temperatur dingin ekstrim. Jaket yang konon digaransi seumur hidup itu dibanderol sekitar 750-an dolar AS! Setelah sempat heran sejenak, sang tamu menjelaskan bahwa jaket itu untuk anaknya yang ada di Kanada. Oh, Kirain mau digunakan di Jakarta yang panas. :)

North Face Retro Himalayan Parka yg sangat mahal. Sumber: www.thenorthface.com
North Face Retro Himalayan Parka yg sangat mahal. Sumber: www.thenorthface.com
Jika jalan-jalan ke Australia dan Selandia Baru, nama produsen perlengkapan outdoor Kathmandu pasti paling dikenal. Jaringan tokonya tersebar di hampir semua kota besar di kedua negara di Pasifik selatan ini. Sampai sebelum krisis akibat pandemi, Kathmandu Holdings Limited mengelola lebih dari 160 toko di Selandia Baru dan Australia.

Kathmandu berdiri tahun 1987 di kota Christchurch, Selandia Baru. Salah satu pendirinya, Jan Cameron, adalah seorang pebisnis asal Melbourne, Australia, yang pernah dinobatkan sebagai Wanita Terkaya Keempat di Australia. Sewaktu mengunjungi kota Queenstown pada April 2019 lalu, penulis beberapa kali mondar-mandir ke tokonya yang berada di pusat kota itu. Ya, brader, hanya mondar-mandir di depan tokonya. Harga jaketnya sungguh diluar jangkauan. Hiks.

Salah satu toko Kathmandu. Sumber: www.stuff.co.nz
Salah satu toko Kathmandu. Sumber: www.stuff.co.nz
Yang menarik dari kiprah Kathmandu di dunia petualangan, perusahaan ini tidak semata berorientasi bisnis. Namun, aktif terlibat dalam berbagai proyek lingkungan hidup dan pariwisata berkelanjutan. Pada bulan Februari 2019 lalu, perusahaan ini bahkan bermitra dengan National Geographic membuat serial film berjudul "Eco Traveller" yang dipandu Nick Saxon. 

Soal peduli lingkungan, nama besar Patagonia, Inc. sangat patoet dipoedji. Perusahaan pembuat perlengkapan kegiatan luar ruang terkenal ini didirikan tahun 1973 di Ventura, California - AS oleh Yvon Chouinard, seorang pendaki dan pecinta lingkungan sejati.

Anda tahu kan asal nama Patagonia? Betul sekali. Patagonia adalah sebuah wilayah geografis di bagian paling selatan benua Amerika Selatan. Ini salah satu destinasi impian. Pesona panorama alamnya telah lama menjadi buah bibir di kalangan penjelajah, fotografer dan pelancong dunia.

Logo Patagonia yg terkenal. Sumber: www.patagonia.com
Logo Patagonia yg terkenal. Sumber: www.patagonia.com
Berbeda dengan korporasi lainnya, Patagonia menganggap dirinya sebagai perusahaan aktivis. Dan sejalan dengan itu, perusahaan ini berkomitmen menyumbang 1% dari total penjualan produknya untuk kelompok lingkungan hidup melalui "One Percent for the Planet", sebuah organisasi nirlaba yang didirikan Chouinard. Organisasi ini juga mengajak banyak perusahaan lainnya untuk ikut menyumbang 1% hasil penjualannya demi pelestarian lingkungan. Sangat inspiratif, bukan?

Produk Patagonia juga sangat berkelas. Dalam banyak aspek, Patagonia kerap disandingkan dengan Kathmandu, baik kualitas maupun kontribusinya terhadap lingkungan hidup. Bloomberg bahkan pernah menulis, "Kathmandu is basically a down-under version of Patagonia". Istilah "down-under" sendiri merujuk ke dua negara di bagian selatan bumi, yaitu Australia dan Selandia Baru. 

Kembali sejenak ke Eiger. Apakah Eiger mampu melepaskan diri dari belitan kasusnya? Tentu saja penulis berharap demikian. Dan bukan hanya mampu melewati cobaan ini, tetapi seharusnya menggunakan momentum ini untuk menjadi lebih besar lagi. Eiger tidak sendiri. Banyak perusahaan lain justru mampu mengambil hikmah dari setiap kasus dan bertumbuh menjadi perusahaan yang lebih baik dan besar.

Kathmandu dan Patagonia bisa menjadi benchmark. Sumber: www.bloomberg.com
Kathmandu dan Patagonia bisa menjadi benchmark. Sumber: www.bloomberg.com
Sebagai perusahaan yang bergerak di peralatan aktivitas luar ruang, Eiger bisa banyak belajar dari nama-nama besar perusahaan sejenis di dunia. Fokus perusahaan tidak hanya pertumbuhan bisnis dan deretan angka yang menjadi target penjualan. Hal-hal itu penting, tapi bukan segalanya.

Eiger seyogyanya juga masuk lebih jauh ke berbagai komunitas pemakai produk-produknya. Menjadi bagian dari aktivitas para petualang itu sendiri. Dan tidak kalah penting terus membangun "Top of Mind Awareness" yang kuat.

Dan suatu saat jika ada pertanyaan tentang merek apa yang langsung diingat ketika mencari peralatan luar ruang di Indonesia, maka hanya ada satu nama yang spontan diingat. Nama itu mestinya Eiger!

Kelapa Gading, 30 Januari 2021

Oleh: Tonny Syiariel

Referensi: 1, 2 

Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keteragan sumber di masing-masing foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun