Di Piazza San Marco, ratusan merpati masih beterbangan riang seakan ikut menikmati keceriaan di penghujung musim panas itu. Sementara itu, pengunjung kafe di alun-alun menawan itu begitu asyik menikmati espresso dengan ditemani alunan orkestra yang romantis. Di sudut lain, di bawah bayangan menara Basilika San Marco yang bergaya Byzantium, beberapa pasangan merpati lainnya sibuk menjalin kisah-kasih yang tak kunjung usai. Dan dari depan Napoleonic Wings, yang menghadap langsung ke arah basilika, penulis harus mengamini ucapan Napoleon bahwa Piazza San Marco adalah "The finest drawing room in Europe".Â
Venezia telah lama diakui sebagai salah satu kota tercantik di dunia. Dan bukan hanya cantik, tapi juga unik. Sebuah kota yang dibangun di atas 118 pulau, 177 kanal dan sekitar 400 jembatan. Semua pulau-pulau kecil itu terhubungkan satu dengan yang lain oleh ratusan jembatan. Sungguh fantastis!Â
Sebuah kota di mana kanal-kanal yang memisahkan pulau-pulau itu berfungsi layaknya jalan-jalan di daratan. Grand Canal, sepanjang 3.8 km yang meliuk dan membagi kota ini menjadi dua, tampil bak "Champs Elysees" di Paris. Begitu elegan!Â
Sudah tidak terhitung lagi, betapa banyaknya buku yang ditulis tentang keelokan sang Ratu Adriatik ini. Tak kurang pula, puluhan film box office yang melakukan syuting di kota romantis ini. Mulai dari film lawas James Bond seperti "From Russia With Love" dan film Harrison Ford "Indiana Jones and the Last Crusade". Lalu, film Angelina Jolie "Lara Croft- Tomb Raider" dan film adaptasi dari novel Dan Brown, "Inferno", hingga film Spiderman, "Far from Home".
Venezia atau Venice (dalam bahasa Inggris) adalah sebuah kota di timur laut Italia dan menjadi ibu kota wilayah Veneto - Italia. Kota di tepi Laut Adriatik ini memiliki luas wilayah 414 km persegi dan populasi sekitar 260 ribu jiwa. Dan berbeda dengan kota-kota lain di dunia, Venezia dibangun di atas ratusan pulau dan sebagian daratan.
Distrik utama lainnya adalah Isola Della Giudecca dan Lido. Sementara ada juga beberapa pulau indah di sekitar Venezia, seperti Murano, Torcello, San Francesco del Deserto dan Burano. Dan tentu saja kawasan Mestre di daratan yang merupakan kota industri dan biasanya menjadi basis tempat penginapan grup turis yang ke Venezia.
Sejarah Venezia sangat panjang. Tetapi, mari kita mulai sejak tahun 827, ketika seorang pembesar kerajaan Byzantium memindahkan pusat kekuasaannya ke suatu tempat yang kini dikenal sebagai Rialto. Selanjutnya, selama 970 tahun kota ini terus berkembang di bawah pemerintahan model senat Romawi yang diketuai seorang Doge atau semacam adipati.
Tahun 1797, kota ini bernasib buruk, jatuh ke tangan Napoleon Bonaparte. Kota ini selanjutnya berada di bawah kekuasaan Austria - Hungaria, lalu bolak-balik Austria - Italia. Betapapun, kota ini tidak pernah kehilangan keanggunannya. Dan pada tahun 1866, Venezia pun menjadi bagian dari negara Italia.
Perjalanan kembali ke Venezia di awal September 2019 lalu belum terlalu lama berlalu. Hembusan angin nan dingin dari Laut Adriatik menandai awal musim gugur di Venezia. Ah, summer kenapa cepat pergi? Musim panas memang biasanya lebih semarak di Venezia.
Namun, kehadiran puluhan bus wisata yang diparkir di dekat dermaga tronchetto seakan memberi sinyal. Venezia tetap terus dibanjiri turis mancanegara, khususnya turis Asia yang seakan bepergian sepanjang musim. Mungkin hanya di musim dingin, Venezia sedikit menyepi.
Dari dermaga tronchetto, tempat bersandarnya vaporetto (transportasi umum di Venezia), kita butuh waktu sekitar 30 menit untuk mencapai San Marco. Bila cuaca cerah, maka penyeberangan singkat ke San Marco sudah seperti 'cruise tour' saja, dengan pemandangan laguna venezia yang dipenuhi banyak kapal pesiar yang sedang merapat. Venezia memang menjadi pelabuhan persinggahan favorit banyak kapal pesiar ternama dunia.
Deretan istana, gereja dan rumah di kedua sisi begitu memesona, penuh warna pastel yang sangat indah. Tepat di ujung distrik Dorsoduro, sebelum berbelok ke arah Canal Grande (Grand Canal), berdiri Basilica di Santa Maria de Salute yang didirikan tahun 1631.
Santa Maria de Salute dibangun oleh arsitek Baldassare Longhena. Basilika bergaya baroq ini memiliki kubah berwarna abu-abu yang cukup besar dan tinggi sekitar 60 meter. Seperti banyak basilika lainnya di Venezia, Santa Maria de Salute ini didirikan sebagai ucapan syukur kepada Bunda Maria, setelah kota ini terlepas dari wabah penyakit di tahun 1630.
Dari dermaga di depan hotel Metropole, ayo kita ke menuju San Marco, pusat sebagian besar atraksi di kota kelahiran Marcopolo ini. Setelah melewati beberapa jembatan, jangan sampai lupa berhenti sejenak di atas jembatan terakhir sebelum Istana Doge. Dan cobalah menoleh ke kanan atas. Sebuah jembatan nan elok segera terlihat. Wow!
Inilah "Bridge of Sighs"Â yang terkenal, yang menghubungkan ruang sidang dari Istana Doge ke bangunan penjara di seberangnya. Jembatan putih kecil yang melayang di atas kanal itu dibangun oleh Antonio da Ponte dan Antonio Contin pada awal abad ke-17. Konon kabarnya, Casanova pernah melarikan diri pada tahun 1756 dari penjara ini.
Setiba di depan Doge's Palace (Istana Doge), di antara dua kolom raksasa yang terbuat dari batu granit merah dan abu-abu, kita seakan terhanyut suasana romantis dan sekaligus terbuai daya magis pesona Venezia. Dari atas pelataran yang disebut Piazzetta ini, kita disuguhi pemandangan spektakular ke segala arah.
Jika menghadap ke arah laut, tampak belasan gondola hitam yang terangguk-angguk dibuai gelombang kecil. Berbalik badan ke arah Piazzetta, kita segera terkagum-kagum dengan menara Campanile (menara lonceng) setinggi 98.6 meter.
Kembali ke dua kolom tadi yang berdiri kokoh bak pintu gerbang ke arah Piazza San Marco. Konon kolom-kolom ini dibawa dari Timur pada abad ke-12. Dua patung menarik terlihat menghiasi puncaknya. Yang pertama adalah patung Santo Theodore (santo pelindung kota Venezia). Sedangkan, yang lainnya adalah patung singa kesayangan Santo Marco, santo pelindung kota yang baru, menggantikan Santo Theodore.
O ya, jangan lupa dengan Istana Doge itu sendiri. Bangunan indah yang tampak begitu dominan di Piazzetta ini adalah bangunan terbesar di Venezia. Fasade nya tampak begitu menawan dengan portico yang dihiasi deretan lengkungan yang senada. Sapuan warna merah muda yang menutupi setengah bagian atas fasade kian memperindah istana ini.
Palazzo Ducale atau Istana Doges dibangun pada abad ke-9 sebagai kediaman Doges (duke). Antara abad ke 14 -16, istana ini mengalami banyak perubahan di tangan arsitek-arsitek ternama pada masa itu, seperti Dalle Masegne, Pietro Lamberti, Antonio Rizzo dan P. Lombardo.
Arsitektur Venezia memang menawan. Namun, selain itu ada yang wajib dilakukan ketika melancong ke sini. Mungkin Anda sudah bisa menduganya. Betul sekali, Ayo naik gondola!
Gondola ride adalah salah satu atraksi utama yang memikat di Venezia. Pengalaman mengitari sebagian Grand Canal dan lorong-lorong kanal lainnya sungguh mengasyikkan. Gondola akan meliuk di antara sisi belakang hotel dan bangunan tua lainnya. Lalu melewati jembatan-jembatan kecil yang indah.
Berdiri di tengah alun-alun San Marco memang bak menjadi bagian dari sebuah "ruang gambar" besar. Semua yang ada di alun-alun -- basilika, menara lonceng, deretan kafe, kerumunan turis maupun ratusan burung merpati -- semuanya memainkan peran masing-masing dalam kanvas besar yang hidup. Di segala penjuru alun-alun ini terpampang berbagai karya arsitektur bernilai tinggi. Magnifico!Â
Dua menara seakan ikut menghiasi piazza ini hingga tampil kian menawan, yakni Menara Lonceng Campanile dan Menara Jam. Uniknya di puncak menara jam terdapat patung dua orang Moors yang sedang memukul lonceng.
Suasana alun-alun juga terasa sangat hidup, karena di sepanjang arkade dari ketiga sisi, kecuali sisi basilika, berderet toko, butik dan kafe, yang kursi-kursinya ditebar jauh keluar teras. Di arkade 'Procuratie Nuove' terdapat Cafe Florian, yang terkenal sebagai kafe tertua di Italia. Kafe ini didirikan oleh Floriano Francesconi sejak 1720.Â
Akan tetapi, dari semua keindahan di piazza ini, bisa dibilang Basilica di San Marco (St. Mark's Basilica) adalah sang 'Numero Uno'. Bukan saja diakui sebagai salah satu basilika dengan arsitektur paling indah, tetapi juga salah satu gereja kristen terpenting.
Arsitektur basilika ini mengikuti struktur basilika era Byzantium. Bahkan sekilas interior-nya juga mirip interior basilika Hagia Sofia di Istanbul, yang kini telah dijadikan masjid. Penduduk Venezia tidak beragama Yunani Orthodox, tetapi Katolik Roma. Jadi pilihan gaya arsitektur Byzantium dipercaya lebih karena kekaguman mereka terhadap gaya ekstravaganza dan eksotisme dari arsitektur Byzantium yang memang tenar di masa itu.
Basilika pertama dibangun tahun 832, tetapi musnah dimakan api pada 978. Tahun itu juga dibangun kembali. Konstruksi basilika yang sesungguhnya baru mulai didirikan pada 1063 di bawah Doge Vitale Falier. Tahun 1094 Basilica di San Marco ditahbiskan dan seterusnya menjadi simbol gereja Venezia.
Fasadenya tampak sangat dekoratif dan luar biasa. Penuh gaya arsitektur campuran dari byzantium, gotik, romanesque dan juga dipengaruh gaya arstitektur Islam. Ada dua seri lengkungan bergaya romanesque, lima di bagian atas dan lima lagi di bawah. Di puncak lima lengkungan bagian atas dihiasi patung-patung gotik.
Menariknya, kuda-kuda elok ini pernah dibawa kabur ke Prancis oleh Napoleon pada 1797. Tetapi, dikembalikan ke Venezia pada tahun 1815. Dan boleh jadi karena pengalaman 'dicuri' itulah, maka dibuat replikanya dan dipajang di teras atas. Sedangkan kuda-kuda asli tersimpan aman di dalam basilika.
Sore yang sempurna di San Marco - Venezia. Biarpun masih enggan meninggalkan piazza, toh sudah saatnya beranjak. Sebentar lagi kapal kami segera kembali menjemput. Antonio, sang kapten vaporetto, bisa ngamuk jika kami terlambat. Maklum, jadwal kapal mereka sangat padat dan semua penumpang wajib tepat waktu.
Venezia memang sudah sangat termasyhur di dunia. Puja-puji untuk Sang Ratu Adriatik masih akan terus mengalir deras. Namun, pada saat yang sama, kota inipun kini menghadapi ancaman yang tidak terbayangkan sebelumnya. Fenomena acqua alta telah ratusan kali 'menenggelamkan' sebagian besar permukaan Venezia. Akankah Venezia bisa bertahan?
Kelapa Gading, 15 Desember 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Kecuali foto peta, semua foto-foto adalah koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H