Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Yahoo Groups Ditutup, Era "Milis" Pun Berakhir

22 Oktober 2020   08:59 Diperbarui: 23 Oktober 2020   18:21 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar laman Yahoo Groups. Sumber: groups.yahoo.com

Seperti judul novel laris Sidney Sheldon, "Nothing Lasts Forever". Tiada yang abadi. Bila saatnya tiba, sebuah media secanggih apapun bisa saja berakhir.

Begitu juga dengan nasib "Yahoo Groups" yang pernah digunakan banyak komunitas sebagai forum komunikasi antar anggota di masa lalu. Yahoo Groups memfasilitasi sarana komunikasi lewat mailing list yang lebih dikenal dengan singkatan "Milis". 

Setelah lama tidak terdengar, tetiba muncul pemberitahuan dari Yahoo yang juga banyak dikutip media daring. Yahoo, yang kini dimiliki operator seluler Verizon, akan menutup selamanya layanan Yahoo Groups mulai 15 desember 2020 nanti. Artinya, setelah tanggal tersebut, laman groups.yahoo.com sama sekali tidak bisa diakses lagi.

"We're shutting down the Yahoo Groups website on December 15, 2020 and members will no longer be able to send or receive emails from Yahoo Groups," demikian sekilas cuplikan pengumuman dari Yahoo.

Pengumuman dari Yahoo. Sumber: groups.yahoo.com
Pengumuman dari Yahoo. Sumber: groups.yahoo.com
Berakhirnya layanan Yahoo Groups maka berakhir pula perjalanan layanan email berkelompok yang telah berusia hampir 20 tahun itu. Penutupan Yahoo Groups juga sekaligus mengakhiri era milis yang pernah begitu legendaris.

Bisa dibilang Yahoo Groups telah ikut berjasa membesarkan berbagai komunitas lewat jalur milis nya. Betapa tidak, layanan Yahoo Groups yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi dalam sebuah forum mailing list, begitu populer di tahun 2000-an. Suatu era yang sama dengan situs jejaring sosial populer di masa itu, yakni Friendster dan Multiply yang sudah lebih dulu tiada.

Sejak diluncurkan pada 30 Januari 2001, banyak komunitas, perkumpulan dan sebagainya, menggunakan fasilitas gratis yang ditawarkan Yahoo Groups yang dapat diakses di http://groups.yahoo.com sebagai forum komunikasi. Ibarat sebuah dunia baru, setiap orang begitu terpikat dengannya.

Penulis sendiri pun tidak mau ketinggalan. Malah pernah menjadi anggota aktif di beberapa milis dari berbagai komunitas, baik sebagai anggota biasa, kontributor (informasi seputar dunia jalan-jalan), maupun sebagai moderator. Di antaranya, Milis Jalansutra, Milis Komunitas "Big Reds" (komunitas pendukung FC Liverpool di Indonesia), Milis Pecinta Cersil Indonesia dan Milis ITLF (Indonesian Tour Leader's Forum). Di milis terakhir itulah penulis ikut menggawanginya sebagai salah satu moderator.

Namun, sama seperti Yahoo yang pernah begitu cemerlang di masa awal tren internet, pelan tapi pasti pamor Yahoo Groups maupun milis mulai tergerus zaman. Dalam dekade terakhir, tren komunikasi dalam komunitas global telah beralih ke berbagai platform media sosial lainnya.

Media sosial seperti Facebook telah menjadi rumah baru banyak komunitas. Begitu juga dengan media percakapan seperti Whatsapp, Line, Telegram, dll, telah menjelma sebagai sarana percakapan dalam komunitas yang kian populer.

Imbasnya, dunia "Mailing List" alias milis yang pernah begitu berkibar kian terlupakan. Sejatinya, milis di Yahoo Groups telah pergi diam-diam sejak beberapa tahun terakhir. Andaikan tidak ada pengumuman dari Yahoo, maka boleh jadi banyak yang tidak pernah mengingatnya lagi.

Bagi pengguna aktif milis di masa lalu tentunya memiliki banyak kenangan tidak terlupakan. Ada yang sedih? Mungkin saja. Tapi, begitulah dunia berputar. Tiada yang abadi. Yang baru datang, dan yang lama pergi. Dunia teknologi informasi berserta semua media komunikasi yang mengikutinya datang dan pergi silih berganti.

Sebagai kanal komunikasi, milis termasuk sangat efektif bagi banyak komunitas di Indonesia saat itu. Tidaklah mengherankan, sebagian besar komunitas sangat mengandalkan milis untuk berbagi informasi apapun. Dari informasi moderator ke anggota milis, sampai informasi dari anggota ke anggota. 

Dunia milis pun menjadi forum favorit sesama peminat jalan-jalan, pendukung klub bola tertentu, peminat komik, hingga seiring-sejalan penyuka kuliner.

Sebuah tulisan menarik yang dikirim ke grup milis seketika akan dibaca oleh semua anggota yang mengaksesnya saat itu. Serunya, respons atas tulisan itu bisa menghasilkan suatu 'thread' yang panjang. Istilah ini berlaku untuk sebuah topik yang dikomen terus menerus dan menghasilkan suatu benang berita yang panjang. Anak zaman sekarang menyebutnya, disundul terus gan!

Sebaiknya, jangan coba-coba menuliskan suatu topik berbeda di 'thread' tersebut tanpa menulis di depannya kata OOT alias "Out of Topic", jika tidak mau disemprit moderator milis. Sebagian milis bahkan mengaturnya dalam "the Do's and Don'ts" yang wajib dipatuhi.

Bersama alm.Bondan Winarno dalam sebuah acara JS. Sumber: koleksi pribadi
Bersama alm.Bondan Winarno dalam sebuah acara JS. Sumber: koleksi pribadi
Komunitas Jalansutra, misalnya, berkembang pesat lewat jalur milis yang saat itu memiliki belasan ribu anggota yang tersebar di seluruh dunia. Jika ada sebuah acara, pengumuman yang disampaikan moderator via milis, dalam beberapa menit sudah ditanggapi cepat oleh anggota-anggotanya.

Jalansutra adalah komunitas jalan-jalan dan makan-makan yang diprakarsai oleh Alm. Bondan Winarno, pakar kuliner Indonesia, pada tahun 2003. Bersama Wasis Gunarto, keduanya merintis Komunitas Jalansutra lewat milis Jalansutra di Yahoo Groups.

Lewat kanal milis juga, anggota Jalansutra berbagi cerita tentang segala hal yang terkait dunia kuliner (review makanan) dan jalan-jalan berupa artikel Caper (catatan perjalanan). Ulasan-ulasan menarik soal makan-makan bahkan sudah pernah dibukukan beberapa kali.

Komunitas Jalansutra atau sebut saja JS layak diacungi jempol. Kekuatan komunitas ini bukan sekedar berbagi cerita dunia kuliner atau jalan-jalan lewat milis. JS juga sangat aktif menggagas banyak acara kopi darat (kopdar) yang edukatif dan inspiratif.

Sebuah acara JS di Balai Seni Rupa Jkt. Sumber: koleksi pribadi
Sebuah acara JS di Balai Seni Rupa Jkt. Sumber: koleksi pribadi
Kini Jalansutra tentu saja sudah lama hengkang ke platform lainnya, seperti Facebook dan Instagram. Dan hingga kini pun, komunitas ini masih konsisten di jalurnya untuk ikut melestarikan warisan budaya kuliner Indonesia yang kaya. 

Meskipun tidak persis sama, ITLF (Indonesian Tour Leader's Forum) juga lahir dari sebuah milis di Yahoo Groups pada tahun 2006. Berbeda dengan Jalansutra, ITLF tidak membangun suatu komunitas khusus. Tetapi, ITLF lebih sebagai sebuah forum tempat semua anggota berbagi informasi apapun terkait dunia perjalanan wisata internasional.

Pada masanya, jumlah anggota ITLF sekitar 2,500-an itu terdiri dari Tour Leader yang sepanjang waktu bepergian ke seluruh dunia, Outbound Tour Operator, dan banyak toko-toko di luar negeri yang biasanya melayani grup wisatawan Indonesia.

Yang menarik, ITLF juga memiliki kontributor berita dari berbagai kota di dunia. Para diaspora Indonesia ini, yang sebagian bekerja sebagai local guide di negara tujuan, maupun di banyak toko besar seperti duty-free shops, dll di berbagai negara, dengan suka rela rutin berbagi informasi apapun yang terjadi di kota di negara mereka bermukim.

Meskipun tidak membangun komunitas sendiri, tapi ITLF-lah yang ikut menginspirasi lahirnya ITLA (Indonesian Tour Leader Association), Asosiasi Tour Leader Indonesia pertama di Indonesia. Dan sama dengan Jalansutra, walaupun era milis telah berlalu, ITLF tetap eksis sebagai forum komunikasi dan tempat berbagi informasi pariwisata dunia lewat akun Facebook-nya. Selain itu, ITLF pun kini dikenal sebagai penyelenggara 'Virtual Travel Mart' pertama di Indonesia.

Era Yahoo Groups akan segera berakhir di akhir tahun ini. Namun, komunitas yang tumbuh bersamanya pasti akan terus berkembang maju selama selalu siap untuk terus berubah.

Jack Welch, mantan CEO General Electric yang sangat terkenal, mengatakan, "Change before you have to."


Kelapa Gading, 22 Oktober 2020
Oleh: Tonny Syiariel
Catatan: Foto-foto yg digunakan sesuai keterangan di foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun