Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Hallstatt, Sepotong Surga Kecil di Austria

6 Oktober 2020   08:25 Diperbarui: 6 Oktober 2020   17:19 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun di pusat kota Hallstatt. Sumber foto: David Mark /pixabay

Pada 16 Juni 2011 sudah terdengar rencana pembangunan replika Hallstatt di Tiongkok. Dan setahun berikutnya, pada 2 Juni 2012, China Minmetals Corporation, membuat Hallstatt KW dalam ukuran skala penuh (full-scale) di kota Huizhou, provinsi Guangdong.

Memang bukan China namanya, jika tidak jago dalam membuat produk tiruan. Namun demikian, tetap saja, wisatawan manapun selalu mencari yang asli. Begitu pun dengan wisatawan asal negeri Panda dan mancanegara, yang terus mengalir ke Hallstatt, Austria.

Rumah-rumah di tepi danau Hallstatt. Sumber: koleksi pribadi
Rumah-rumah di tepi danau Hallstatt. Sumber: koleksi pribadi
Akan tetapi, pertumbuhan pariwisata yang terlalu cepat belum tentu berdampak positif bagi semua penduduk di destinasi wisata tersebut. Seperti kata seorang pengamat, “Tourism is booming globally, but not everyone is celebrating!”

Dalam bahasa industri, ‘overtourism’ atau kondisi di mana jumlah wisatawan di sebuah destinasi wisata dianggap terlalu tinggi, maka warga setempat pun mulai merasakan terganggu. Tentu saja, kecuali bagi pemilik hotel, restoran, toko suvenir, dan lain-lain.

Bayangkan saja, kota kecil berpenduduk sekitar 800 jiwa ini harus menerima rata-rata 3000 wisatawan setiap hari sepanjang peak season atau musim puncak wisatawan bepergian. Jelas sudah, warga kota yang tidak terkait dengan industri pariwisata pun menjadi terganggu. Belum lagi perilaku sebagian wisatawan asal Asia yang hobi swafoto itu sungguh tidak elok. Ada saja wisatawan yang berpose di teras rumah atau kebun kecil milik penduduk lokal tanpa permisi.

Kastil Grub di sisi lain danau Hallstatt. Sumber: koleksi pribadi
Kastil Grub di sisi lain danau Hallstatt. Sumber: koleksi pribadi
Hallstatt yang tenteram pun terusik. Situasi kota menjadi bak sebuah themepark ala Disneyland. Wisatawan mengisi semua sudut kota kecil ini. Suara kencang mereka menembus dinding-dinding rumah warga setempat. Dan pada akhirnya, di awal tahun 2020 ini, walikota Hallstatt Alexander Schuetz, pun mulai berencana menekan jumlah wisatawan yang boleh masuk ke Hallstatt.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Michelle Knoll, Manager Kantor dari Badan Pariwisata Hallstatt mengatakan, “There will be a focus on quality tourism in the future.” Sebuah aturan telah ditetapkan untuk mengatur jumlah wisatawan yang masuk. Akan ada waktu masuk yang ditentukan untuk bus wisata. Dan jumlah maksimum dibatasi masksimal 54 bus per hari atau setengah dari biasanya. Tentu saja, prioritas akan diberikan untuk grup bus wisata yang mempunyai reservasi hotel di Hallstatt.

Namun, sebelum sistem baru itu diimplementasi pada Mei 2020 lalu sesuai rencana awal, covid-19 telah datang. Dan bukan sekedar membatasi, tapi badai covid-19 seolah menyapu bersih kota ini dari semua kunjungan. 

Kini Hallstaat kembali sepi. Bagi sebagian penduduknya, setidaknya ada sedikit kelegaan menikmati kembali Hallstatt-nya yang dulu.

Kelapa Gading, 6 Oktober 2020

Oleh: Tonny Syiariel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun