Untuk mencapai Curug Cikanteh ini sebetulnya dimulai dari area Curug Sodong, yang memiliki lahan parkir dan fasilitas umum lainnya. Dari sini menuju Cikanteh harus trekking sekitar 30 menit.
Menariknya, trekking ini mengajak kita untuk berjalan melalui tanjakan bukit, melewati hutan tropis, dan menyeberang sungai. Bagi yang tidak terbiasa tentunya cukup melelahkan. Tapi jangan mundur. Selalu ada hadiah bagi siapapun yang mau berjuang. Di ujung trekking ini menanti suatu pemandangan air terjun yang sungguh amboi indahnya!
Curug Cikanteh tidak saja unik dengan bentuk air terjun dengan tiga undakan. Tetapi, juga dikelilingi dengan pohon-pohon tua dan banyak bebatuan besar yang semuanya seakan berpadu menyajikan pemandangan yang sungguh keren.
Bentuk air terjunnya tidak tinggi, tapi melebar dan terbentuk dari beberapa undakan. Pemburu foto instagrammable seakan menemukan dunianya di sini. Dari berbagai sudut pengambilan, Cikanteh tetap menawan. Rasanya enggan meninggalkan Cikanteh, andaikata tidak ingat masih ada spot lainnya untuk dikunjungi.
Sebuah warung kopi dan penjaja kelapa muda menahan langkah-langkah kaki pengunjung yang baru balik dari Cikanteh. Sedapnya sebutir kelapa muda di tengah siang nan terik!
Keunikan Curug Sodong jelas terletak pada bentuknya yang kembar. Dua air terjun yang jatuh bersebelahan. Air terjun sepasang mirip pengantin. Itulah yang menyebabkan air terjun ini juga disebut Curug Kembar dan juga dijuluki Curug Pengantin. Semoga air terjun ini tidak ikutan tren saat ini, ikutan bercerai! :)
Jika kedua air terjun tadi terlihat lebih alami, maka berbeda dengan Curug Cimarinjung yang terkesan sudah lebih 'jadi' dan ramai. Kesan ini terlihat mulai dari tempat parkir hingga spot air terjun.Â
Deretan warung-warung warga lokal hingga jalan setapak yang sudah dibeton menyiratkan air terjun ini sudah lebih dulu dikenal, setidaknya dilihat dari fasilitas penunjang yang telah lama hadir.
Tidak itu saja, di beberapa bagian air terjun, pengunjung juga akan menemukan bebatuan lain dengan warna-warni menarik. Batu-batuan berwarna hitam, coklat dan abu-abu seakan bersaing memamerkan kemolekan batunya. Jelas yaa, kemolekan batunya, bukan tubuhnya. :)