Mohon tunggu...
Tonny Syiariel
Tonny Syiariel Mohon Tunggu... Lainnya - Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Travel Management Consultant, Professional Tour Leader, Founder of ITLA

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Taj Mahal, Simbol Cinta Abadi

21 Agustus 2020   09:44 Diperbarui: 3 Mei 2022   23:56 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taj Mahal, Agra. Sumber: koleksi pribadi

Nama India tetiba menyelinap cepat dalam memoriku. Dan membuatku seketika bernostalgia. Bukan karena pernah kenal dengan Deepika Padukone, aktris India yang rupawan itu, jadi mendadak kangen. Bukan itu bro! 

Namun, nama India, atau persisnya Taj Mahal di India, kembali teringat setelah membaca sepotong berita tentang klaim seorang politisi India tentang monumen bersejarah itu. 

Suatu klaim yang bukan kali pertama muncul, bahwa Taj Mahal sesungguhnya adalah Tejo Mahalaya, sebuah kuil Hindu kuno. Dan seperti sebelumnya, klaim tersebut tentu saja ditolak Pemerintah India.

Taj Mahal di Agra, India, disebut-sebut sebagai salah satu lambang cinta paling terkenal di dunia. Kalau banyak monumen lain di dunia lebih banyak melambangkan kebesaran atau kekuatan suatu dinasti atau negara, maka Taj Mahal lebih merupakan Simbol Keajaiban Cinta Abadi!

Tentu saja tidak sekedar simbol cinta, bangunan Taj Mahal juga sangat spektakuler. Maka tidaklah mengejutkan ketika Taj Mahal pun dinobatkan menjadi salah satu dari “Tujuh Keajaiban Dunia Baru”.

Dalam perhelatan "New 7 Wonders of the World", yang kabarnya di-voting secara daring oleh lebih dari 100 juta pemilih di dunia pada 2007 lalu, Taj Mahal berhasil mendapatkan nilai voting tertinggi dan akhirnya terpilih sebagai pemenang dari kontes Tujuh Keajabain Dunia Baru.

Kata orang, jangan pernah mengatakan anda pernah ke India, jika belum melihat Taj Mahal, Agra. Pasalnya, Taj Mahal sudah sejak lama menjadi daya tarik wisata nomor satu di India. Setiap tahun monumen terkenal ini mampu menarik sekitar 7 juta pengunjung, di mana hampir sejuta di antaranya adalah wisatawan mancanegara.

Buku promosi India. Sumber: Koleksi pribadi
Buku promosi India. Sumber: Koleksi pribadi
India memang masih menyimpan banyak sekali monumen bersejarah lainnya, tapi Taj Mahal adalah ikon pariwisata terdepan negeri kedua terpadat di dunia ini. Tak heran, kalau hampir semua brosur wisata dan banyak ‘guide books’ negeri ini selalu menampilkan Taj Mahal untuk materi brosur atau cover depan buku-buku wisatanya.

Kota Agra terletak di Negara Bagian Uttar Pradesh, di bagian utara India atau tenggara ibukota New Delhi. Dari Delhi ke Agra berjarak 212 km atau sekitar 3 - 3.5 jam dengan bus melalui jalan tol Yamuna Expressway. Kota ini juga bisa dicapai dengan kereta cepat dalam waktu sekitar dua jam saja.

Gatimaan Express, yang mulai dioperasikan tahun 2016, adalah kereta api tercepat saat ini di India yang bisa mencapai maksimum kecepatan 160km per jam. Berangkat dari New Delhi Railway Station pada jam 6 pagi dan tiba di Agra sekitar jam 8 pagi. Hm, semoga kita pun segera memiliki kereta cepat ya.

Jika bepergian dalam rombongan, pilihan dengan bus tentunya lebih baik. Apalagi jika setelah Agra, masih lanjut ke Jaipur. Sebaliknya, jika melakukan perjalanan perorangan atau grup kecil, pilihan naik kereta akan lebih nyaman. 

Rute paling populer bagi banyak wisatawan yang pertama kali ke India disebut "Indian Golden Triangle Tour". Rute segitiga emas ini meliputi New Delhi - Agra - Jaipur. 

Taj Mahal dlm sebuah buku wisata. Sumber: dokpri
Taj Mahal dlm sebuah buku wisata. Sumber: dokpri
Sejatinya, perjalanan ke India ini telah berlangsung bertahun lalu. Saat itu, kebetulan diundang mengikuti familiarization trip yang disponsori Malaysia Airlines dan India Tourism

Tapi, sekali ke negara eksotis ini akan sulit terlupakan. Selain objek-objek wisatanya yang menakjubkan, banyak hal unik yang kami alami selama perjalanan.

Salah satu kenangan perjalanan itu adalah ketika menuju Agra dengan bus. Ada kebiasaan sopir-sopir di sana yang hobi mengklakson. Di sepanjang jalan menuju Agra, kalau mau menghitung, mungkin puluhan kali kami mendengar bunyi klakson!

Nah, anehnya, kalau dimana-mana orang bakal sebal diklaksonin terus sama kendaraan lain, lain lagi di India. Di negara ini klakson ditanggapi biasa saja, bahkan dibalas dengan senyum. Setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata di bagian belakang bus / truk itu, malah ada stiker nawarin,”Horn, Please!”. :) 

Agra bukanlah kota besar. Kota di tepi sungai Yamuna ini hanya berpenduduk sekitar 1.5 juta jiwa. Adalah raja dinasti Mughal, Akbar (1556-1605) yang mendirikan kota ini. Mughal sendiri adalah sebuah dinasti Islam yang menyatukan India selama 300-an tahun, antara 1526-1857.

Pada puncak kejayaannya, Agra menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan. Kota ini bahkan dijadikan pusat pemerintahan Dinasti Mughal, antara 1526 - 1648, sebelum Raja Aurangzeb memindahkan ibukota pemerintahan ke Delhi. Meskipun memiliki sejarah penuh warna, Agra tidak akan begitu kondang andaikata tidak ada Taj Mahal!

Pintu gerbang menuju Taj Mahal. Sumber: dokpri
Pintu gerbang menuju Taj Mahal. Sumber: dokpri
Taj Mahal memang menjadi tujuan utama hampir semua wisatawan yang bertandang ke Agra. Begitu pun dengan kami. Maka begitu selesai santap siang cepat, kami segera meluncur ke Taj Mahal. Sebuah mausoleum fantastis yang juga diselimuti banyak cerita mitos.

Suasana hiruk pikuk menyambut kedatangan kami di pintu gerbang utama Taj Mahal yang disebut Darwaza-i-rauza. Tukang foto berebutan menawarkan jasa, begitu juga pedagang asongan. 

Tapi, pandangan kami sudah terlanjur melekat ke arah sebuah bangunan marmer putih di kejauhan. Dari gerbang utama berwarna merah bata ini, kita seakan sedang mengagumi sebuah mahakarya arsitektur yang tidak terlukiskan indahnya.  

Saat terbaik mengunjungi Taj Mahal adalah pagi hari, ketika suhu udara masih lebih sejuk dan belum terlalu banyak pengunjung yang datang. Sedangkan siang hari akan jauh lebih panas, apalagi jika datang ke Agra di musim panas. 

Temperatur bisa meroket ke 40 - 45°C. Paling ideal tentunya datang di musim semi, antara Maret – April, ketika temperatur jauh lebih nyaman sekitar 20 - 25°C.

Taj Mahal dilihat dari pintu gerbang utama. Sumber: dokpri
Taj Mahal dilihat dari pintu gerbang utama. Sumber: dokpri
Kembali ke depan gerbang utama merah bata tadi. Kami masih berdiri di situ. Seakan tidak puas-puasnya memandanginya! Bagi yang belum tahu, Taj Mahal kadang dianggap sebuah masjid. 

Atau sebuah istana bagi yang lain. Namun, sesungguhnya bangunan yang sangat indah ini adalah sebuah mausoleum atau makam besar tempat jenazah disimpan!

Raja Shah Jehan, dari dinasti Mughal, membangun mausoleum ini sebagai kenangan atas permaisurinya, Arjumand Banu Bagam (kemudian lebih dikenal dengan nama Mumtaz Mahal) yang wafat tahun 1631.

Karya monumental ini memang melibatkan para arsitek Muslim (dari Asia Tengah) dan perajin Hindu yang mampu memotong setiap marmer secara presisi. Hasilnya, sebuah masterpiece arsitektur dinasti Mughal yang begitu simetris, dengan gaya campuran Persia, Islam dan India.

Konstruksi Taj Mahal dimulai sekitar tahun 1632 dan selesai tahun 1643. Sementara komplek bangunan dan taman di sekitarnya baru rampung pada tahun 1653. 

Dari pintu gerbang utama, kita bisa melihat bahwa bangunan ini dibangun di suatu platform dari batu marmer yang cukup tinggi. Taj Mahal pun tampak menjulang di antara taman-taman simetris yang berada di sekeliling jalan air (kanal).

Taj Mahal memiliki 4 sisi fasade yg sama. Sumber: dokpri
Taj Mahal memiliki 4 sisi fasade yg sama. Sumber: dokpri
Bangunan ini juga terdiri dari empat-sisi fasade yang sama yang dihiasi oleh sebuah pintu lengkung utama setinggi 33 meter. Di bagian tengah puncak bangunan bertengger kubah besar yang dikelilingi 4 kubah lebih kecil. Dengan pelataran empat sisi yang luas, kita juga menemukan 4 minaret di setiap sudutnya.

Di samping itu, Taj Mahal juga diapit dua bangunan berwarna merah bata. Salah satu berfungsi sebagai masjid. Dan satunya lagi merupakan replikanya, sekedar sebagai penyeimbang agar tampak serasi.

Menapak ke pelataran Taj Mahal, kita segera takjub oleh keindahan marmer putihnya dan ornamen mawar di seluruh dindingnya. Batu-batu mulia yang terselip diantaranya menambah keindahan bangunan ini.

Di atas gerbang ruang utama terdapat kutipan ayat-ayat suci Al Quran. Makam Mumtaz Mahal berada di tengah ruangan berbentuk oktagonal ini. Sedangkan, makam Shah Jehan (meninggal tahun 1666) berada di sisinya. Tampak jelaslah sudah, mausoleum ini memang khusus diperuntukkan untuk sang permaisuri tercinta.

Pelataran Taj Mahal. Sumber: dokpri
Pelataran Taj Mahal. Sumber: dokpri
Konon kabarnya, pembangunan Taj Mahal melibatkan tak kurang dari 20,000 pekerja dan arsitek dari India serta Asia Tengah. Kepala arsitek adalah Ustad Ahmad dari Lahore dan kepala tukang batunya adalah Muhammad Hanif dari Baghdad.

Selama hampir 22 tahun proyek ini dilaksanakan, Shah Jehan terlibat secara intens. Semua energi dan kekayaannya dicurahkan untuk pembangunan monumen ini. 

Para pekerja dan arsitek berusaha semaksimal mungkin memenuhi semua inspirasi sang raja. Maka tak salah kalau dikatakan bahwa arsitek sesungguhnya dari Taj Mahal adalah Shah Jehan sendiri.

Raja Shah Jehan terkenal sebagai raja yang royal membangun banyak bangunan megah. Dan Taj Mahal adalah bangunan paling monumental yang pernah dibangunnya. “Inilah monumen cinta termahal dari Shah Jehan bagi sang permaisuri tercinta,” kata local guide kami.

Mumtaz Mahal (1593-1631) adalah isteri kesayangan Shah Jehan. Nama Mumtaz Mahal (The Chosen One of the Palace) dianugerahkan kepadanya pada hari pernikahan mereka. Nama ini kemudian diabadikan di nama makamnya sendiri, Taj Mahal, yang secara harfiah berarti 'Mahkota Istana'.

Turis di monumen cinta termahal. Sumber: dokpri
Turis di monumen cinta termahal. Sumber: dokpri
Mumtaz adalah seorang keturunan Persia berdarah bangsawan. Dia dikaruniai 14 orang anak, tapi sayang sekali, kelahiran anak terakhir lah yang membawanya ke alam keabadian. Mumtaz meninggal pada 17 Juni 1631, pada usia 38 tahun, relatif masih sangat muda.

Bagi Shah Jehan, sang permaisuri bukan sekedar pendamping seremonial, tapi jauh lebih dari itu. Mumtaz adalah sahabat dalam keseluruhan hidup sang raja. Mumtaz Mahal juga dikenal memiliki karakter yang kuat, sehingga menjadi pasangan yang sepadan bagi Shah Jehan.

Tak heran, kematian sang isteri ini begitu memukul jiwanya. Dia bahkan berikrar tidak akan pernah menikah lagi. Dan sebagai bukti cinta abadinya, dia pun bertekad membangun sebuah ’rumah abadi’ bagi jazad sang isteri, yang dunia pun tidak pernah melihat sebelumnya.

Kesedihan Shah Jehan rupanya tidak di situ saja. Ketika putranya Raja Aurangzeb naik tahta (1658-1707), dia malah dipenjara di Agra Fort sampai saat wafatnya. Dari Agra Fort, sang raja yang nelangsa hanya bisa menatap sedih monumen kebanggaannya dari kejauhan sampai akhir hayatnya.

Pada akhirnya, hanya ketika wafat tahun 1666, dia ‘kembali lagi’ ke Taj Mahal, dimakamkan di samping sang isteri tercinta. Cinta abadi bukan mitos. Dia ada dan akan selalu ada!

Kelapa Gading, 21 Agustus 2020

Oleh: Tonny Syiariel

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun