Selama hampir 22 tahun proyek ini dilaksanakan, Shah Jehan terlibat secara intens. Semua energi dan kekayaannya dicurahkan untuk pembangunan monumen ini.
Para pekerja dan arsitek berusaha semaksimal mungkin memenuhi semua inspirasi sang raja. Maka tak salah kalau dikatakan bahwa arsitek sesungguhnya dari Taj Mahal adalah Shah Jehan sendiri.
Raja Shah Jehan terkenal sebagai raja yang royal membangun banyak bangunan megah. Dan Taj Mahal adalah bangunan paling monumental yang pernah dibangunnya. “Inilah monumen cinta termahal dari Shah Jehan bagi sang permaisuri tercinta,” kata local guide kami.
Mumtaz Mahal (1593-1631) adalah isteri kesayangan Shah Jehan. Nama Mumtaz Mahal (The Chosen One of the Palace) dianugerahkan kepadanya pada hari pernikahan mereka. Nama ini kemudian diabadikan di nama makamnya sendiri, Taj Mahal, yang secara harfiah berarti 'Mahkota Istana'.
Bagi Shah Jehan, sang permaisuri bukan sekedar pendamping seremonial, tapi jauh lebih dari itu. Mumtaz adalah sahabat dalam keseluruhan hidup sang raja. Mumtaz Mahal juga dikenal memiliki karakter yang kuat, sehingga menjadi pasangan yang sepadan bagi Shah Jehan.
Tak heran, kematian sang isteri ini begitu memukul jiwanya. Dia bahkan berikrar tidak akan pernah menikah lagi. Dan sebagai bukti cinta abadinya, dia pun bertekad membangun sebuah ’rumah abadi’ bagi jazad sang isteri, yang dunia pun tidak pernah melihat sebelumnya.
Kesedihan Shah Jehan rupanya tidak di situ saja. Ketika putranya Raja Aurangzeb naik tahta (1658-1707), dia malah dipenjara di Agra Fort sampai saat wafatnya. Dari Agra Fort, sang raja yang nelangsa hanya bisa menatap sedih monumen kebanggaannya dari kejauhan sampai akhir hayatnya.
Pada akhirnya, hanya ketika wafat tahun 1666, dia ‘kembali lagi’ ke Taj Mahal, dimakamkan di samping sang isteri tercinta. Cinta abadi bukan mitos. Dia ada dan akan selalu ada!
Kelapa Gading, 21 Agustus 2020