Dalam benak seharusnya sudah tertanam motto bahwa "tiada hari tanpa literasi". Dengan begitu, Â walaupun sesibuk apapun kegitan setiap hari, Â tetap ada waktu khusus untuk konsisten terhadap literasi.
Kedua, Membaca dan menulis hanya jika mood lagi enak.
Ada sebagian orang mengatakan bahwa mood enak itu akan ada jika punya waktu luang yang banyak.
Menurut saya, membaca dan menulis hanya pada saat mood lagi enak itu tidak ada hubungannya dengan seberapa banyak waktu luang yang tersedia.
Sering saya rasakan bahwa terkadang jika ada waktu luang yang meskipun banyak tersedia, tapi belum tentu didukung oleh mood yang baik agar literasi itu akan berjalan efektif. Sebaliknya, ada saat dimana terjadi bahwa tidak ada waktu luang tetapi punya keinginan untuk membaca dan menulis.
Sebenarnya seseorang yang sudah memiliki gaya hidup literasi yang baik, kebiasaan membaca dan menulis ini tidak lagi dikendalikan oleh mood. Entah Moodnya baik atau tidak, membaca dan menulis tetap konsisten dilakukan.
Ketiga, membaca dan menulis hanya untuk menarik perhatian dan mendapat pujian orang lain.
Jujur, dulu saya cukup merasakan hal ini saat awal-awal kuliah. Motivasi  membaca dan menulis saya masih cenderung hanya sekedar untuk terlihat keren di mata orang lain.
Pamer sini sana, walaupun tidak terlalu berlebihan juga sih, tapi tetap saja saya sadari sekarang bahwa motivasi yang dulu itu benar-benar 'labil " atau kekanak-kanankan sekali, hehehe.. Â
Beruntung hal ini mulai perlahan-lahan berkurang seiring semakin dewasa dalam karakter dan pola pikir.
Bagi seseorang yang telah dewasa secara pola pikir, gaya hidup literasi dapat dijalankan dimana saja dan dalam keadaan apa pun. Tidak harus dilihat atau dipuji orang. Pun tak perlu bergantung pada penilaian dan perhatian orang lain.