Penguasaan keilmuan tersebut seturut tujuan dari jurusan yang tersedia seperti Ilmu Pertukangan, Ilmu Mekanika, dan Arsitektur. Dan proses pembelajarannya harus menggunakan bahasa melayu sebagai alat komunikasi yang efektif sehingga para siswa dapat memahami dengan baik materi pembelajaran (Bepalingen Bertreffende De Ambachtsscholen Voor Inlanders 1909).
Kegiatan Ambachtsschool Voor Inlanders Batavia
Setelah mendapatkan pembelajaran yang intensif di ruang kelas dan bengkel sekolah, maka adalah hal yang baik bila hasil-hasil tersebut di sosialisasikan kepada publik. Batavia Nieuwsblad pada 1929 melaporkan bahwa siswa tahun terakhir diberi kesempatan untuk mengadakan pameran hasil karya di area sekolah. Keseluruhan pembelajaran selama tiga tahun sekiranya mendapatkan kesan baik dan puas bagi para guru dengan hasil yang dicapai.
Selanjutnya 1930 Batavia Nieuwsblad melaporkan kembali, bahwasanya Ambachtsschool Voor Inlanders mengadakan pameran di Pasar Gambir. Pameran tersebut menampilkan sejumlah karya-karya siswa seperti pengolahan logam dan kayu menjadi barang estetik. Dalam kesempatan ini tentunya dapat menumbuhkan kepercayaan diri kepada siswa bahwa hasil yang diperoleh ternyata berguna bagi masyarakat.
Kegiatan yang tersirat pada Batavia Nieuwsblad terbitan 8 Agustus 1934 selanjutnya ialah upacara perpisahan kepada J.A van Nynanten seorang direktur sekolah. Dalam area sekolah telah berkumpul seluruh siswa dan para guru untuk mengucapkan salam perpisahan, begitupula mendengarkan pidato terakhir dari Van Nynanten. Van Nynanten merupakan tokoh yang berjasa bagi pendidikan di Ambachtsschool Voor Inlanders Batavia dan dunia pendidikan di area Jawa Barat. Para siswa menganggapnya sebagai ayah yang punya keterampilan tinggi dan kasih sayang yang lekat kepada siswa-siswanya di sekolah. Dan pada upacara perpisahan ini juga turut disampaikan pengganti dari J.A van Nyananten, yakni G. Meyer.
Penutup
Pemerintahan kolonial Belanda tentu sangat diskriminasi karena memisahkan pendidikan seturut kelas sosial yang berlaku, meski pemerintah kolonial memberikan perhatian terhadap siswa-siswa yang telah lulus selama 3-4 tahun dengan membantu mereka sebanyak mungkin dalam menemukan pekerjaan yang sesuai atau membantu agar mendirikan tempat kerja sendiri, namun motif pembukaan sekolah kejuruan untuk pribumi ternyata tidak terlepas dalam menciptakan tenaga kerja murah yang sesuai kebutuhan pembangunan infrastruktur. Bersedia ditempatkan pada pekerjaan-pekerjaan kasar.
Apalagi, kalimat akhir dalam kolom Ambachtsscholen Voor Inlanders pada koran Nederlandsch Indie menyiratkan bahwa pemerintah kolonial lebih baik mendirikan sekolah kejuruan daripada mendirikan sepuluh universitas. Sebab pemerintah kolonial lebih membutuhkan pengrajin bukanlah ilmuwan yang berbahaya. Pemerintah kolonial sepertinya mengalami kekhawatiran bila pribumi menjadi kritis. Mengingat, periode tersebut merupakan  zaman yang dimana organisasi pergerakan mulai tumbuh dan mengancam status quo pemerintahan kolonial Belanda. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H