Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Legenda Batu Kodok

19 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 19 Mei 2024   11:00 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LEGENDA BATU KODOK

 

"Aku mencintaimu dengan sederhana dan apa adanya, 

masalah kekurangan biar kita perbaiki bersama-sama"

 

Negeri Beribu Pesona memiliki ragam kekayaan wisata yang selalu mempesona. Mulai dari wisata bahari, wisata sejarah, wisata budaya, hingga wisata kuliner. Keanekaragaman potensi ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang wajib kita syukuri dengan semangat untuk menjaga dan melestarikannya. Kawasan Wisata Pesisir Ketapang salah satu kawasan wisata yang menawarkan pesona yang tak terlupakan. Di dalamnya ada berbagai atraksi wisata yang sayang jika dilewatkan. Batu Kodok, Batu Kapur, hingga kuliner legendaris semua ada di situ. Ceritanya juga menarik untuk disimak. Mari kita nikmati ceritanya !

Dikisahkan pada suatu masa, tinggallah seorang pemuda yang gagah bernama Aceng di sebuah kampung di pesisir Toboali. Pemuda ini hidup sederhana dengan menyungkur udang sungkur dan kemudian diolahnya menjadi terasi. Sebutan lain untuk terasi oleh warga sekitar adalah belacan. Sebagai salah satu bumbu dapur masakan tradisional, belacan buatan Aceng cukup terkenal karena terbuat dari udang sungkur asli dan melalui proses pengolahan yang alami.

Kebiasaan Aceng saat malam tiba adalah melepas penat dengan memetik dambus, sejenis alat musik petik tradisional, di teras rumahnya sambil ditemani suara kodok yang merdu, seolah-olah ikut berpadu dengan suara petikan senar dambus yang magis.

Kwak..! Kwakk..! Wakk..! Wakkk...!

Suatu hari, saat pulang dari menyungkur udang, di tengah jalan Aceng mencium aroma masakan yang sangat wangi dan menggugah selera. Aceng pun penasaran, masakan apakah gerangan yang membuat isi perut langsung menari kegirangan ?

Rupanya wangi harum itu berasal dari sebuah rumah mungil di pojok kampung. Terdorong oleh rasa keingintahuan dan perut yang lapar dibuatnya, Aceng pun memberanikan diri menghampiri rumah tersebut. Dilihatnya seorang gadis cantik yang sedang memasak dengan telaten. Aceng pun menyapa gadis itu dan terpesona dengan keanggunannya. Sang gadis terkejut dengan kehadiran Aceng yang tiba-tiba.

"Maaf, aku membuatmu terkejut! Aku mampir karena penasaran wangi masakanmu. Oh,ya, Aku Aceng, tinggal di kampung ini juga," sapa Aceng dengan raut wajah bersalah.

Gadis itu hanya diam dan tersenyum saja. Rupanya sang gadis yang pandai memasak itu tidak bisa mendengar sekaligus berbicara. Ia seorang tunarungu dan tunawicara.

"Maaf,ya, aku kurang sopan mampir mendadak seperti ini. Tapi karena sudah kepalang, bolehkah aku masuk ?"

Dengan bahasa isyarat yang seadanya, Aceng mencoba berinteraksi dengan gadis yang tidak diketahui namanya itu. Gadis itu tersenyum lagi dan mempersilahkan Aceng masuk dan menyiapkan masakannya untuk Aceng, tamunya.

Ternyata masakan yang harum itu adalah Lempah Kuning, dan bumbu yang membuatnya demikian semerbak adalah belacan. Aceng pun tanpa segan mencicipi masakan itu dengan lahap. Tampak keringat di wajahnya mulai bercucuran karena rasa pedas lempah itu. Namun Aceng menjadi semakin semangat menikmatinya hingga membuat sang Gadis tertawa melihatnya.

Setelah selesai melahap Lempah Kuning itu, Aceng berpamitan.

"Terima kasih atas makanannya. Kamu hebat sekali memasaknya. Aku pamit dulu. Jika berkenan, aku akan mampir lagi nanti,"ucap Aceng dengan perlahan-lahan agar mudah dimengerti oleh gadis itu.

Sepanjang jalan Aceng tersenyum bahagia seperti orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Malam harinya, bayangan sang Gadis masih begitu nyata dalam ingatannya. Ia pun menumpahkan isi hatinya dalam lagu cinta sambil memetik dambus kesayangannya yang bertangkai kepala rusa. Kodok-kodok seperti biasanya menemaninya dengan menguak merdu.

Kwakkk..! Kwakkk...! Wakk...! Wakkk!

"Adakah cara agar dia bisa sembuh, ya ? Aku ingin mendengar suaranya. Pasti sangat merdu seperti suara para dewi," gumam Aceng di sela lantunan lagunya.

Tiba-tiba ada suara lantang yang menjawab, "Aku tahu caranya !"

Aceng tersentak dari lamunannya dan mencari sumber suara. Alangkah terkejutnya dia begitu mendapatkan suara itu asalnya dari seekor kodok yang besar di sampingnya. Aceng sampai terjungkal dari duduknya.

 "Jangan takut ! Aku temanmu selama ini. Aku akan membantumu untuk meraih cinta sejatimu. Ada seorang tabib sakti di seberang sana yang memiliki obat untuk menyembuhkan pujaan hatimu itu," kata sang Kodok menenangkan Aceng. Aceng pun mencoba mengumpulkan kembali rasa percaya dirinya.

"Taa...taa...tapi... bagaimana caranya kita bisa ke seberang lautan sana? Aku tidak punya perahu," keluh Aceng.

"Naik saja ke punggungku, aku akan membawamu ke sana!"

Badan sang Kodok seketika membesar hingga bisa dijadikan tunggangan. Aceng yang masih mengira semua itu adalah mimpi masih melongo.

"Ayo, naiklah! Terkejutnya disimpan saja buat nanti! Itu rahang kembalikan dulu pada posisinya!" perintah sang Kodok.

Aceng pun tergopoh-gopoh menaiki punggung sahabat anehnya itu. Hanya dengan sekali lompatan, mereka sudah tiba di daratan seberang.

Sang Kodok membawa Aceng menemui seorang tabib sakti yang kemudian  memberikan sebuah tunas kelapa kepada Aceng.

 "Tanamlah tunas kelapa ini dan rawatlah dia dengan baik. Saat sudah berbuah, berikan airnya kepada sang gadis untuk diminum!"pesan sang Tabib.

         "Terima kasih,Tuan, terima kasih!"

Aceng dan sang Kodok pun berpamitan. Sesampainya di kampung, Aceng segera menanam tunas kelapa itu di tepi Pantai Batu Kapur yang dekat dengan rumahnya.

Tunas itu tumbuh dengan sangat cepat. Hanya hitungan hari, ia sudah cukup membesar. Dan ajaibnya, pohon kelapa itu tumbuh menjulang dengan tiga buah cabang besar.

Saat sudah menghasilkan buah, Aceng pun segera memetik dan memberikan air kelapa ajaib itu kepada sang gadis. Untuk pertama kalinya sang gadis dapat mengucapkan kalimat dengan suara yang indah.

"Aku mencintaimu."

Aceng sangat bahagia mendengarnya. Gadis itu kemudian menamakan dirinya Dayang Nyiur untuk mengingatkan dirinya sembuh oleh mujizat air buah kelapa.  Aceng dan Nyiur pun hidup bersama dan berbahagia.

Kampung tempat tinggal mereka kemudian dinamai Kampung Aik Aceng. Kampung itu terkenal sebagai kampung penghasil belacan yang berkualitas. Belacan atau terasi sekarang menjadi produk unggulan yang sangat terkenal dan merupakan oleh-oleh wajib dibeli setiap kali orang berkunjung ke Toboali.

Sedangkan pohon kelapa ajaib tiga cabang itu masih tumbuh di Pantai Batu Kapur. Pantai indah yang menghadap turunnya senja itu sekarang menjadi pusat kuliner dengan menu Lempah Kuning sebagai primadonanya. Dan tak jauh dari situ, ada batu granit besar berbentuk kodok sebagai bukti persahabatan unik antara Aceng dan Kodok Ajaib. Batu besar itu namanya Batu Kodok.

Seru kan ceritanya? Ayo mampir di Pantai Batu Kapur buat cicipin Lempah Kuning ! Batu Kodoknya dekat kok dari situ. Kalau sudah kenyang, ayo kita lanjutkan perjalanan ke Pesona Bangka Selatan yang lainnya ya !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun