"Bolu Kucinya enak sekali," puji ibunya dengan tersenyum. Namun setelah itu, tak ada sepatah kata pun lagi yang terucap. Ibunya sudah sekarat dan tak lama kemudian menutup mata untuk selamanya.
 "Ibu, makanlah Bolu Kuci ini. Ayo dikunyah, Bu! Kalau Ibu tak bisa mengunyahnya lagi, aku suapin dengan potongan kecil, ya, Bu..! Ibu...!" ratap Gebang sambil terisak. Dengan pilu dia terus menyuapi sang Ibu yang sudah tak bergerak lagi. Air mata membasahi seluruh wajahnya.
Gebang sekarang hidup sebatang kara. Kepergian Ibunya menyisakan duka yang mendalam bagi anak sekecil dirinya. Dia masih membutuhkan kehangatan kasih sayang seorang ibu. Setiap kali dia merindukan sang Ibu, ia akan membuat Bolu Kuci dan memakannya sendiri dengan air mata berlinang.
Dalam doanya siang dan malam, ia memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kiranya dapat bertemu dengan sang Ibu walau hanya sekali lagi saja. Gebang terus memohon dengan segala kepiluan hatinya.
"Oh, Penguasa Langit dan Bumi yang Maha Baik, Gebang ingin bertemu Ibu, satu kali saja, boleh ya ? Gebang mohon ! Ibu belum selesai makan bolu kucinya. Kasian Ibu!"
Langit pun tersentuh oleh doa bakti seorang anak yatim piatu. Terdengarlah suara dari angkasa.
"Wahai anak berbakti, pergilah ke atas bukit. Aku akan membawamu menemui ibumu."
Gebang terkejut bercampur gembira, bergegas dia mendaki bukit yang tidak jauh dari pondoknya. Dibawanya Bolu Kuci kesukaan ibunya itu. Gebang terus mendaki dan sampailah dia di atas bukit dengan pemandangan yang indah.
Tiba -- tiba di hadapannya muncul seekor burung Rajawali raksasa. Sang burung yang gagah itu kemudian berkata, "Naiklah ke punggungku, aku akan membawamu berjumpa dengan ibumu!"
Gebang pun dibawa terbang oleh sang Rajawali terbang menembus awan.
"Sesungguhnya ibumu adalah seorang peri. Ia rela menitis menjadi manusia karena mencintai ayahmu," kata sang Rajawali selama mereka dalam perjalanan.