Suara gedoran di pintu membuatku terbangun, dengan jiwa yang masih setengah tidur aku membuka pintu kamar kesal, siapa yang berani menggedor pintu kamarku di minggu pagi seperti ini karena jelas-jelas bibi tidak berani, sementara ayah dan ibu sudah pasti tidak ada di rumah hari ini.Â
Kubanting daun pintu sekeras mungkin dan mendapati dua wajah familiar yang kesal, satu wajah manis bermata coklat keemasan dan satu lagi wajah putih sangar maskulin yang memelototiku.
"eh... kalian?" aku bingung sambil mengucek kedua mataku.
"ah eh ah eh.... Jam berapa ini?!" Zahra nyelonong masuk ke kamarku.
"masih pagi kan?" jawabku. Sreeet.... Zahra menarik gorden jendela kamarku, seketika cahaya matahari merangsek masuk, menyinari bagian kamar yang gelap.
"pagi dari hongkong! Sudah jam 10 tau..." jawabnya kesal.
"oh..." jawabku datar.
"ah oh ah oh.... Kita janjian jam berapa ya?" kini Rani angkat bicara.
"jam 8?" aku mencoba mengingat-ingat.
"terus?" Zahra dan Rani berkata hampir berbarengan.
"hehe... maaf ya, semalam aku tidur terlalu larut, jadi bangunnya telat." Aku segera menuju kamar mandi di kamarku untuk mencuci wajah.Â