Dia menjanjikan beberapa hari ke depan, surat keputusan partai itu akan langsung dibacakan ketua umum partai katanya.
"Bapak sekarang tenang saja. Restu bos besar sudah di tangan Bapak." Katanya sambil berjabat tangan hangat sebelum berpisah.
....
Ketika akan diumumkan siapa yang akan menjadi calon gubernur dari partai penguasa. Hatiku semakin berdebar. Namun demikian keyakinanku sudah bulat. Tak mungkin orang dekat itu berkhianat.
"Calon gubernur dari partai kita adalah..... "
Demikian disampaikan ketua umum partai berkuasa pada siaran langsung di salah satu televisi berita nasional.
Deg.
"Brengsek. Aku telah dibohongi mentah-mentah. Banjingan itu orang dekat," umpatku. Surat keputusan partai yang tempo hari aku terima dari orang dekat itu ternyata bodong.
Aku segera mengontaknya. Hp tak diangkat. Aku ulangi mengontaknya, tidak juga diangkat. Kali lain kucoba lagi, takbada jawaban. Beberapa kali tak juga dijawab. Bahkan akhirnya ia matikan. Brengsek benar itu orang. Umpatku lagi.
Tak lama kemudian aku buka jejaring sosial Watshap. Oh, rupanya ia sudah menghilangkan jejak.
Aku lunglai. Uang milyaran telah melayang tanpa hasil. Tiga kali pertemuan tak membawa hasil. Janji-janjinya palsu.