Baru-baru ini seorang karyawan tengah membaca dan mempelajari hasil lab / medical check-up yang rutin setiap tahun ia lakukan. Dari hasil lab tersebut menunjukkan ada beberapa indikator utama kesehatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : kelebihan berat badan /overweight, tekanan darah yang tinggi, kadar kolesterol tinggi (HDL-LDL), gula darah, serta asam urat, fungsi hati (SGPT-SGOT) yang kurang baik, sehingga dokter menyarankan agar ia lebih memperhatikan lagi pola makan dan pola hidup nya.
Si karyawan diminta untuk mengurangi makanan yang mengandung  garam, lemak, dll yang dapat membentuk plak pada pembuluh darah yang dapat menjadi pemicu terjadinya penyempitan pembuluh darah. Selain itu dokter juga minta agar ia mengurangi rokok, cukup istirahat, banyak minum air putih, mengurangi hal2 yang dapat menimbulkan stress, dll. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah  melakukan olah raga secara teratur, minimal seminggu tiga kali dengan durasi minimal satu jam.
Setelah mendengarkan nasehat yang diberikan dokter, si karyawan terlihat risau dan cemas....ia merasa harus segera mematuhi saran2 dokter agar tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang berat seperti : serangan jantung, diabetes, gagal ginjal, dll.
Ada semboyan populer "Mensana in Corpore sano", di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat! Sehat badan sehat jiwa! Bagaimana dengan kesehatan diri kita? Sehat badannya saja kah atau kedua2nya?Â
Hal mengenai medical checkup di atas dapat kita ambil sebagai analogi untuk mengetahui kesehatan mental/ bathin kita... ketika kita mengetahui ada indikasi gangguan atau penyakit pada badan kita serta merta kita menjadi concern, resah dan cemas, kita buru2 mencari dokter untuk konsultasi, berobat dan segera melakukan perubahan, semua itu dilakukan demi menjaga kesehatan fisik kita agar tetap sehat.
Lantas, apakah selama ini kita juga concern terhadap kesehatan mental /bathin kita, apakah kita juga risau dan galau bila kita terindikasi atau terserang "penyakit mental / bathin" yang dapat menyebabkan kita miskin mental secemas bila kita terkena penyakit fisik?
Apakah kita juga secara continue juga melakukan check-up terhadap kesehatan mental /bathin kita sebagaimana continue nya check up untuk kesehatan fisik kita?Â
Apakah kita tahu bahwa dampak penyakit mental jauh lebih besar dibandingkan penyakit fisik? Bukankah korupsi, fraud, dll membuat diri kita, keluarga kita, perusahaan kita, bahkan negara kita banyak dirugikan dan dipermalukan?
Rasanya kita perlu melihat kembali kondisi mental /bathin kita saat ini, apakah masih pada tingkat yang Baik, Wajar, atau perlu mendapat perhatian, atau bahkan mengkhawatirkan?
Beberapa gejala atau ciri-ciri yang perlu kita waspadai ketika penyakit mental mulai menyerang, antara lain : mulai menurunnya kedisiplinan, menganggap remeh aturan bahkan berani melanggarnya, kurang inisiatif, kurang koorperatif, mendahulukan kepentingan pribadi /egocentric, tidak peduli dengan lingkungan sekitar, sikap dan perilaku / sopan santun kurang terpelihara, kurang bertanggungjawab, dan lain2.Â
Beberapa gejala yang lebih parah antara lain : rasa malu yang menurun signifikan (tidak malu bahkan bangga bila melakukan kesalahan/kelalaian), serakah, tamak, ambisius, spekulatif, kikir, iri, dengki, gengsi dan percaya diri yang berlebihan, tinggi hati/arogan, dll.
Bila kita mengidap penyakit fisik, hanya diri kita dan beberapa orang tertentu saja yang mengetahuinya, namun sebaliknya bila kita terserang atau mengidap penyakit mental / bathin, maka orang lain-lah yang lebih mengetahuinya.Â
Dan pengobatan penyakit mental tidaklah semudah mengobati penyakit fisik, dan penyembuhannya memerlukan waktu yang tidak sebentar! Banyak dokter dan pemuka agama menyampaikan bahwa munculnya penyakit fisik banyak dipicu oleh mental / bathin yang kurang terpelihara dimana semuanya bermuara pada kurangnya sabar dan syukur. Semua keinginan bisa kita raih secara instant!
Bagaimana kita mencegah dan mengobatinya (Penyakit Mental)?Â
Untuk nutrisi fisik kita, ada semboyan "Empat sehat lima sempurna", melalui asupan makanan yang bergizi, maka nutrisi utama untuk kesehatan mental/bathin kita adalah melakukan perubahan pada diri kita dengan membangun karakter sukses (kerja keras, disiplin, integritas, inisiatif, tanggungjawab, dll) dan melakukan ritual ibadah, serta menerapkannya dalam aktivitas sehari2 baik dimanapun kita berada, ini semua akan menjadi solusi terbaik dan efektif untuk pengobatan penyakit mental / bathin.Â
Ritual ibadah tanpa implementasi tidak akan berdampak apa2 pada karakter seseorang, sehinggal ritual dan spiritual harus lah tertanam dengan baik dan terefleksi pada diri seseorang. Dan agar kita sehat lahir dan bathin, maka maintenance yang seimbang terhadap fisik dan mental sangatlah diperlukan.Â
Bila ini semua dapat kita lakukan, maka secara tidak langsung kita telah menurunkan potensi risiko operasional, potensi fraud dan potensi risiko reputasi, baik bagi diri sendiri, perusahaan, maupun lingkungan karena faktor manusia nya telah terbangun dan termanage dengan baik, yaitu melalui Sehat Badan nya dan Sehat Jiwa nya!Â
Pada akhirnya dari Jiwa dan Raga yang sehat akan dapat mendorong peningkatan produktivitas, kualitas output dan kinerja yang baik pada masing2 individu, sehingga menjadikan perusahaan, bangsa dan negara juga unggul karena kualitas SDM yang unggul!
"Badan yang sehat belumlah cukup, harus ada Jiwa yang sehat pula yang senantiasa terpelihara kebersihan dan kesehatannya...".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H