Mohon tunggu...
Thomas Jan Bernadus
Thomas Jan Bernadus Mohon Tunggu... Penulis - A Freelance Blogger

blogger free lance

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Limbah Mengerikan di Balik Glamornya Industri Fesyen

6 Agustus 2018   21:57 Diperbarui: 8 Agustus 2018   12:38 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kunjungan kami yang terakhir ini, saya kembali tidak tahan meskipun sempat masuk. Bau sangat dan teramat menyengat karena memang limbah yang diolah berasal dari 24 pabrik. Ya Tuhan. 

twitter.com/kemaritiman
twitter.com/kemaritiman
Mengambil foto sebentar, saya harus berlari kembali ke depan pabrik. Meskipun berjarak 30-an meter dari depan, bau limbah masih tercium. Kebayang yang sehari-hari berada di sini.

Dan parahnya lagi, pabrik-pabrik ini awalnya sangat nakal. Mereka membuang limbahnya ke Citarum. Semenjak Pak Jokowi ingin memulihkan Citarum dan memperkuat tim Satgas Citarum Harum, pabrik ini sudah mulai tertib, walaupun belum 100 persen.

Dan Sektor 21 Satgas Citarum Harum, Kolonel Yusep mengatakan, di sektor 21, ada 470-an pabrik. 30 sudah tertangkap. 25 di antaranya sudah mengolah limbah. Duh! Masih ada ratusan pabrik yang belum tertangkap basah. Kolonel Yusep mengatakan, mereka ini, membangun pipa pembuangan limbah di dalam tanah dan langsung ke sungai. Sulit untuk melacak.

Dari pengolahan limbah ini saya bisa membayangkan DAS Citarum seperti apa. Bagaimana masyarakat yang mengakses langsung DAS Citarum. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala. 

Dan saya terus membayangkan. Dibalik industri fesyen atau pakaian, limbahnya seperti ini. Yang kita lihat yang indahnya saja. Tapi di balik itu semua, limbahnya seperti ini. Semoga Satgas Citarum terus berusaha untuk menangkap pabrik nakal yang membuang limbah. 

Terima kasih juga pak Jokowi yang telah mencanangkan pemulihan Sungai Citarum, bukan hanya dari sampah, tapi dari limbah pabrik juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun