Mohon tunggu...
Tomi Satryatomo
Tomi Satryatomo Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Media, Pembelajar Komunikasi, Mantan Jurnalis TV

Catatan-catatan ringan dan acak dari kehidupan sehari-hari. Silakan berkomentar, menyampaikan kritik dan saran, selama disampaikan dengan baik, tidak mengandung fitnah atau melanggar SARA.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Naluri yang Menunda Ajal dan Butir-Butir Nasi Amal Jariyah

2 Juni 2024   07:53 Diperbarui: 2 Juni 2024   07:57 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Genggaman Tangan/dok. pri

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin yang terlalu rendah karena kurangnya asupan makanan. Dua hari ditransfusi darah, kadar hemoglobin Kiki kembali normal. Tapi dokter menyarankan pemeriksaan lanjutan karena curiga ada pertumbuhan sel yang tidak biasa.

Pemeriksaan di RSUI dan hasil biopsi di RSCM mengkonfirmasi kecurigaan itu. Kiki didiagnosis kanker serviks stadium 3A. Ia harus menjalani penyinaran, lalu dievaluasi. Jika diperlukan, bisa dilanjutkan dengan kemoterapi.

Mulailah rutinitas baru. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan Kiki diantar ke RSCM dari Depok oleh adik kami yang ketiga setiap dini hari untuk menjalani penyinaran.

Kiki juga minum suplemen kesehatan 'Utsukushi' dan 'Subarashi' dari Jepang, atas saran seorang sahabat. Para penyintas kanker yang mendapat manfaat dari suplemen ini, berbagi testimoni dan ikut menyemangati Kiki.

Di RSCM sendiri, para pasien yang sama-sama harus menjalani penyinaran, juga saling menyemangati, terdorong oleh nasib dan rutinitas serupa.

Kondisi Kiki sempat membaik. Optimisme sempat merekah. Tapi kemudian kondisinya menurun lagi. Pemeriksaan-pemeriksaan berikutnya menunjukkan kankernya sudah menjalar ke organ internal lainnya, termasuk ginjal.

Kiki makin lemah. Badannya tinggal tulang berbalut kulit. Dokter memutuskan untuk dirawat inap di RSCM untuk observasi. Alhamdulillah Kiki bisa segera dapat kamar yang memadai.

Sejumlah kawan, termasuk pimpinan DPRD DKI serta sahabat yang kebetulan menjadi salah satu pimpinan di RSCM, turut mengulurkan bantuan sebisa mungkin dalam kapasitas mereka masing-masing, yang mengetahui kondisi adik kami itu. Perhatian dan simpati mereka turut membesarkan hati Kiki.

Karangan Bunga Tanda Simpati/Dok. pri
Karangan Bunga Tanda Simpati/Dok. pri
Tapi perburukan yang dialami Kiki terus berlanjut. Dokter menyampaikan, tidak banyak lagi yang bisa mereka lakukan. Sebelum hilang kesadarannya, Kiki sempat menyampaikan ingin ketemu lagi dengan Ibu dan putra tunggalnya.

Naluri Seorang Ibu
Atas bantuan pihak RSCM, Ibu dan putra tunggal Kiki difasilitasi untuk bisa bertemu langsung, pada Kamis (16/11/23) malam.

Menyaksikan Ibu terisak-isak mengusap-usap kepala Kiki sambil terus berdoa, sementara Kiki hanya bisa merespon dengan menggenggam lemah, menjadi pemandangan yang memilukan. Di telinga Kiki, Ibu berbisik mengikhlaskan jika memang sudah saatnya anak bungsunya itu berpulang.

Genggaman Tangan/dok. pri
Genggaman Tangan/dok. pri
Sama memilukannya ketika melihat K, putra tunggal Kiki, termenung melihat Ibunya yang terbaring nyaris tidak bergerak lagi. Hanya desis suara alat bantu oksigen dan denting teratur indikator jantung yang menandakan masih ada kehidupan.

Esok harinya, suara alat bantu oksigen dan indikator jantung makin melambat. Tapi Kiki masih bertahan. Seolah ada yang ditunggu. Tapi mulutnya sudah membisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun