Keakuan tidak boleh tinggi ini bicara di ranah filsafatnya, di ranah ilmunya. Maka untuk penerapannya harus terus belajar.Â
Hei jangan dikira menurunkan ego, mempelajari hal baru, masuk pada hal-hal yang membuat tidak nyaman itu mudah.
Keakuan yang tidak tinggi juga bicara soal kehausan dalam mencari tahu, contohnya kasus kami di atas.
Saat NSM kami bertanya tentang customer kami, ternyata ada banyak hal tentang customer kami yang tidak kami tahu.Â
Mulai dari hari ulang tahunnya, makanan kesukaannya, dan seterusnya. Untuk hal ini pun butuh keakuan yang tidak tinggi.Â
Maukah kami berusaha lebih keras untuk mencari informasi yang jika dikaitkan dengan minat pribadi sangat tidak penting. Tapi agar bisa menjadikan customer menjadi sahabat, kami harus mau menurunkan ego, dan mencari informasi lebih seputar customer kami.
Tidak punya keakuan yang tinggi juga bicara soal mental kerja. Penjelasan sebelumnya sedikit banyak sudah menjabarkan tentang, suka tidak suka, sebagai seorang marketing kita harus mulai menyukai apa yang orang lain suka.Â
Saat ini lagi populer istilah healing, terutama di kalangan anak muda. Guru besar bidang Ilmu manajemen, Rhenald Kasali pernah mengkritik anak muda yang saat ini selalu dikit-dikit bicara butuh healing.Â
Menurut Rhenald Kasali, fenomena healing di kalangan anak muda malah akan menciptakan generasi yang lembek seperti bubur.
Tentu bukan karena Rhenald Kasali tidak perduli pada kesehatan mental. Tapi tentu sangat menjengkelkan mendengar keluhan seorang mahasiswa yang sampai butuh healing enam bulan hanya karena tugas dari dosennya.Â
Maka menurunkan keakuan juga berlaku, bahwa ada banyak rasa sakit di dunia kerja sesungguhnya hanya sebatas kerja.Â