Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Perubahan Sejati Terjadi Saat Kupu-Kupu Jijik Melihat Ulat

25 Mei 2020   21:04 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:59 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang bilang bahwa hidup itu seperti sebuah buku.Setiap hari diibaratkan halaman dalam sebuah buku.Jika kita masih muda hidup kita berarti masih ada di halaman awal, tapi jika sudah tua hidup kita berarti sudah ada pada lembaran akhir.

Seseorang penulis novel asal Selandia Baru, Brian Falkner, berkata,"Life is like a book. There are good chapters, and there are bad chapters. But when you get to a bad chapter, you don't stop reading the book! If you do...then you never get to find out what happens next!"

Ibarat sebuh novel, ada bagian yang datar, ada bagian yang buruk, ada klimaks dari sebuah permasalahan, dan ada juga penyelesaian konflik dibagian akhir sebagai penutup cerita.Hidup juga sering diilustrasikan dengan buku yang masih polos.Itu sebab ada istilah "lembaran baru.

"Biasanya dipakai untuk seseorang yang ingin memulai sesuatu yang sama sekali berbeda dalam hidupnya.Misalnya seorang pecandu narkoba yang ingin berubah, maka hari esok adalah sebuah lembaran baru baginya.

Hidup juga seumpama buku yang masih kosong, dengan apa kita akan mengisinya.Apa yang akan tertulis disana? Semua tergantung bagaimana kita menggerakkan hidup kita.Semua kalimat tersebut bukanlah kebijaksanaan saya.Tapi memang itulah yang semua orang katakan saat mengumpamakan hidup dengan sebuah buku.

ilustrasi pixabay
ilustrasi pixabay
Belakangan saya coba mengamati apa yang terjadi pada saya dan beberapa orang yang saya kenal.Ada yang dulunya menganggap pernikahan tidak penting sekarang malah sudah menikah.

Ada yang dulu menganggap jadi kritis itu penting, kini mulai bisa berkompromi dengan pendapat orang lain.Demikian juga saat saya mengamati tokoh-tokoh yang saya kagumi, saya melihat bagaimana perspektif mereka dari waktu ke waktu berubah atau bertambah.

Seperti yang dikatakan Pandji Pragiwaksono, dulu dia berpikir orang yang jahat atau berbeda pandangan dengannya harus dijauhi.Namun seiring berjalannya waktu dia mulai merubah pikirannya.

Dia berkata,"Bahkan kita merdeka pun bukan karena orang baik menang melawan orang jahat.Tapi karena kita bersedia duduk dan berdialog dengan orang yang selama ini kita anggap jahat.jangan bikin tembok baik dan jahat, justru harusnya kita membangun jembatan diantara keduanya."

Saya pribadi pun mengalami banyak perubahan secara pikiran.Contoh, dulu saya berpikir bahwa menjadi sarjana itu adalah segala-galanya.Namun sekarang saya pikir seseorang tidak harus jadi sarjana asal dia punya skill untuk bersaing di dunia kerja.Bisa jadi pikiran kita pada waktu itu salah, tapi bisa jadi benar hanya saja tidak lengkap.

Dari cerita saya tersebut, maka hidup itu pun seperti buku yang direvisi.Kalau kita membeli sebuah buku, novel atau biografi misalnya, tak jarang dalam cetakan kedua, ketiga dan seterusnya ada edisi yang direvisi.

Saat direvisi, bisa jadi bagian isi yang dirasa tidak penting dibuang sehingga bukunya jadi lebih tipis.Bisa juga ditambahkan catatan kaki sehingga isi bukunya lebih mudah dimengerti.

Demikian juga manusia.Kadang satu buku saja tak cukup untuk mengilustrasikannya.Jika hidup seperti sebuah buku yang direvisi maka akan ada buku selanjutnya yang lebih baik dari buku sebelumnya.Buku yang lebih lengkap, rapih, dan memiliki kualitas kertas dan tinta yang baik.

Zaman sekarang orang sangat suka menghakimi orang lain atas kesalahan yang pernah dia lakukan.Sekalipun orang itu sudah minta maaf, tetap saja akan jadi sasaran bully.Mungkin hidup mereka sudah seperti buku yang sempurna tak ada cacatnya.

Seseorang berkata,"Before you judge my life, my past or my character; walk in my shoes. Walk the path I have traveled, live my sorrow, my doubts, my fear, my pain and my laughter. Remember, everyone has a story. When you've lived my life then you can judge me."

Daripada mengotori halaman hidup kita, ada baiknya kita segera merevisi segala sesuatu yang dapat menjadi sampah pada tiap lembarnya.Demikian juga dalam hubungan, hanya karena seseorang berbuat salah jangan kita musuhi seumur hidup.

Hidup itu dinamis dan penuh dinamika.Kadang kita menyakiti orang lain, tapi baru menyesal bertahun-tahun kemudian.

Kita mulai merevisi bagian diri kita yang kita anggap salah.Sehingga muncul pribadi yang lebih berkualitas.Karena saat kita merevisi diri, kita sekaligus mengevaluasinya.

Seperti istilah Jepang, Kaizen, yang artinya tiada hari tanpa memperbaiki diri.Jika diri kita adalah buku yang harus direvisi agar dapat disajikan lebih baik pada pembaca.Demikian juga orang lain.

Sejatinya manusia itu tak luput dari kesalahan.Maka setiap kita harus saling memberi kesempatan untuk saling memaafkan.Biarlah tiap lembaran hidup kita ditulis dengan cerita yang senantiasa memperbaiki diri.

Sehingga dalam edisi revisinya (dalam usia tertentu dalam hidup) kita sudah jadi manusia yang yang kisah hidupnya bermanfaat dibaca semua orang.

Perubahan yang dialami manusia juga sering diilustrasikan dengan perubahan seekor ulat bulu menjadi kupu-kupu (metamorfosis/metamorfosa).Seekor ulat bisa begitu menjijikkan dan rakus.

Daun pohon yang banyak ulat bulunya akan rusak dan rontok.Kalau si ulat mengenai manusia maka manusia itu akan gatal.Maka ulat bulu bukanlah spesies yang dicintai, atau cocok untuk dipelihara.

Tapi saat seekor ulat bulu bermetamorfosa menjadi kupu-kupu, bukan hanya tampilannya yang berubah.Nature (sifat alami) dalam diri si ulat juga berubah.Sehingga selera sang ulat berubah.

Dari yang tadinya rakus, makannya daun, menjadi makhluk yang bangsawan.Kini dia meminum saripati bunga, dan membantu penyerburkan pada bunga.Sehingga bunga yang disentuhnya akan merekah indah.Kupu-kupu banyak disukai banyak orang dan sering jadi objek foto karena keindahannya.

Saat seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu, terjadi perubahan kodrat.Ulat tidak membawa sifatnya pada diri kupu-kupu.Melainkan telah terjadi perubahan selera pada diri si ulat.

Dari yang tadinya rakus memakan daun, kini sebagai kupu-kupu dia terbang dan tertarik dengan pesona mahkota bunga.Dari yang tadinya berselera rendah menjadi berselera tinggi.

Demikian juga dengan manusia yang mengalami perubahan sejati, nature atau kodratnya juga harus berubah.Perubahan sejati itu bukan seperti ini,misal, yang tadinya makan tiga piring, jadi dua piring,tapi di dalam dirinya orang tersebut menahan-nahan biar tidak makan.

Atau yang tadinya merokok terus berubah tidak merokok tapi sebenarnya dia menahan diri biar tidak merokok.Kalau begini kondisinya, tinggal nunggu waktu saja agar orang tersebut kebobolan.Kembali makan tiga piring dan merokok.

Perubahan diri itu sejatinya adalah perubahan nature, kodrat dan juga selera.Sehingga saat seorang yang dulunya merokok melihat rokok, ya merasa biasa saja.Dia tak perlu bertarung melawan hawa nafsunya untuk merokok.Karena sudah terjadi perubahan selera, seperti yang dialami ulat saat menjadi kupu-kupu.

Jika si kupu-kupu bisa mengingat dirinya di masa lalu yang adalah ulat, pasti dia merasa jijik.Pasti dia tak habis pikir kenapa dulu bisa begitu rakus dan merusak dedaunan.Inilah perubahan sejati yang harus dialami setiap manusia.

Manusia harus berjuang mengubah nature, kodrat dan seleranya.Agar menjadi manusia yang membawa kebaikan bagi sesama.Jika di dalam diri manusia sudah baik, maka tidak ada kemunafikan atau kebohongan pada kebaikan yang dimunculkannya.

Terimakasih untuk semua teman yang sudah membaca tulisan ini.

Penikmat yang bukan pakar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun