Bahkan yang saya perhatikan pandemi ini seperti dijadikan moment untuk bersih-bersih sales yang kurang berkontribusi pada perusahaan .Ada rumus paling mendasar yang harus dipraktekkan seorang sales jika ingin berhasil jualan.
Bukan pintar, cantik, supel, atau ganteng kayak saya. Memang benar sih hal yang saya sebutkan sebelumnya adalah soft skill yang dibutuhkan dalam menjual. Tapi hal paling mendasar yang harus dilakukan seorang sales jika ingin sukses adalah ketemu orang.
Percuma dia punya semua kemampuan menjual kalau tidak ketemu orang. Maka semakin banyak orang yang dia temui dan dia tawarkan, semakin banyak pula produk yang bisa dijualnya.
Masalahnya di tengah pandemi ini, diterapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), juga banyak orang yang tidak mau keluar rumah apalagi menerima tamu ke rumahnya. Mau ketemu diluar pun tergolong sulit karena ada physical distancing. Maka aktivitas mendasar dari seorang sales sangat susah untuk diterapkan.
Tapi saya garis bawahi, mungkin tidak untuk semua sales .Mungkin ada juga sales yang sangat dicari di tengah pandemi seperti ini. Sales-sales kebutuhan pokok mungkin tetap bisa survive. Tapi sales produk yang sifatnya konsumtif mungkin agak kesulitan, seperti elektronik, asuransi, kartu kredit, dan semacamnya.
Tentu lewat tulisan ini saya bukan ingin mengeluh, tapi hanya membuka potret kehidupan seorang sales sebelum, di saat, dan sesudah pandemi. Sebelum pandemi para sales terancam dipecat kalau tidak mencapai target, di saat pandemi para sales terancam dipecat kalau tidak mencapai target, sesudah pandemi ini berakhir para sales terancam dipecat kalau tidak mencapai target.
Maka tak henti-hentinya perusahaan mengingatkan agar para sales berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri saja dulu. Tak usah pikirkan target cabang apalagi target area. Pikirkan saja dulu target sendiri. Jangan sampai nanti “di rumah aja” dalam arti sesungguhnya karena kehilangan pekerjaan.
Itulah kelebihan para tenaga penjual. Dalam kondisi apapun mereka ditempa dengan kondisi yang sama. Harus mencapai target apapun kondisinya.
Tapi kadang ironis juga, seperti kita tahu sales adalah ujung tombak perusahaan, kalau tak ada produk yang terjual maka tak ada keuntungan. Tapi anehnya kalau profit menurun yang dikurangi lebih dulu itu tenaga penjualnya.
Demikian juga dalam statusnya, para sales biasanya hanya mitra atau karyawan kontrak. Sementara yang berposisi sebagai admin, costumer service, dan posisi administrasi serta operasional lainnya malah jadi pegawai tetap yang posisinya akan aman kecuali perusahaan gulung tikar.
Bahkan kalau dipecat pun ada pesangon yang cukup besar. Dalam hal pembagian bonus tahunan pun, anehnya bukan sales yang dapatnya besar, tapi malah mereka yang duduk diluar posisi tenaga penjual.