Suatu hari, saat hari pertama saya kuliah, diadakan kelas besar. Di kelas ini kami diberi motivasi sebagai mahasiswa baru. Saat sang dosen muda mencontohkan berbagai tokoh besar seperti Albert Einstein yang ribuan kali gagal.
Bahkan dia mencontohkan dirinya sendiri yang ratusan kali mengalami kegagalan. Artinya kami didorong untuk tidak takut gagal dalam jumlah yang banyak.
Namun sehabis sang dosen muda selesai berbicara dan keluar sang dosen senior dalam closing statementnya berujar sambil bercanda,"Ya kalau bisa gagalnya jangan banyak-banyak, sekali dua kali aja." Ucapannya seperti meluruskan premis yang diberikan si dosen muda.
Saya juga pernah mendengar orang bijak bilang bahwa alangkah bijaknya kalau kita belajar dari pengalaman orang lain dan bukan hanya dari pengalaman diri sendiri saja. Inilah yang jadi benang merah tulisan ini. Bahwa di dalam pengalaman orang lain ada siklus hidup yang semua orang akan alami.
Seperti orang tua yang memberi nasehat tentang pentingnya mencari rezeki dari sumber yang halal misalnya, dia bisa berkata demikian karena di ujung kehidupannya ternyata semua harta yang diperolehnya dengan cara yang tidak jujur tidak ada gunanya.
Di tengah kondisinya yang sudah sakit-sakitan, semua kekayaan yang diperolehnya dengan cara yang jahat ternyata hanya meninggalkan penyesalan dan rasa bersalah pada banyak orang. Maka jika ada seorang muda mencari uang dengan cara yang dilakukan si orang tua tadi, hasilnya akan sama saja.
Di usia tuanya si orang muda juga akan menyesal.Inilah yang saya maksud dengan kalimat, "Di dalam pengalaman orang lain ada siklus hidup yang akan kamu lewati dan alami."Â
Maka saat berbicara dengan mereka yang bertanya pada saya, atau saya kebetulan beroleh kesempatan untuk berbicara kepada mereka yang lebih muda dari saya, harapan tertinggi saya adalah mereka bukan hanya mengerti dan meluas perspektifnya, tapi mereka juga percaya dan melakukan apa yang saya katakan.
Namun terkadang usia membuat mereka berontak dan menganggap remeh apa yang dikatakan orang yang hidup lebih lama darinya (njirr gua kayak orang tua banget ya).
Karena itu mereka harus melihat bukti-bukti itu terjadi pada mereka seiring bertambahnya usia, habis itu baru mereka percaya. Seperti dulu misalnya, saya tidak paham kenapa banyak yang bilang masa SMA adalah masa yang indah. Makanya saat sekolah pengen cepat lulus.
Setelah lulus barulah saya mengerti makna kalimat itu. Sekarang malah pengen sekolah lagi. Namun tentu tak semua nasehat atau masukan menjadi sakral dan benar hanya karena seseorang lebih tua, namun kalau ada masukan yang baik dan diceritakan atas dasar pengalaman hidup seseorang, belajarlah untuk lebih dengar-dengaran.