1.Kita sebenarnya bisa melakukan hal yang biasa-biasa saja, nggak usah ngedekor, musik dan bermain gitar saja (mungkin maksudnya tak hanya hal itu yang bisa kita lakukan dalam sebuah pelayanan natal) tapi kemarin saya belajar tentang arti memberi yang terbaik, melakukan yang lebih dari biasa, membayar lebih dari yang biasa.Tak perduli berapa orang yang akan datang, tak perduli orang akan mengagumi atau tidak, tapi semua itu dikerjakan sebagai persembahan untuk Dia yang sudah mau lahir kedunia dan mati untuk kita (Yesus Kristus).Dan muncul keinginan dalam hati,'apapun yang kau lakukan dan kerjakan lakukanlah lebih dari yang biasa-biasa.'"
2.Saya belajar mengenal kalian semua satu persatu, tak perduli berapa lama kita akan bersama-sama, tak perduli saya atau kalian dulu yang akan meninggalkan perusahaan ini, tapi selama kita bersama-sama itu adalah saat terbaik untuk memberi warna dan memberi hidup, supaya ketika siapapun pergi dari tengah-tengah kita mereka punya kenangan yang baik, mereka pergi membawa banyak moment-moment kebersamaan yang baik, yang menyenangkan, dimana setiap kali mereka mengingatnya membuat hati mereka bersuka dan wajah mereka tersenyum."
Tapi didalam diri orang-orang yang turut mengadakan natal ini, saya melihat bagaimana kebutuhan akan pemenuhan emosi terhadap diri sendiri ini di gantikan dengan kebutuhan emosi untuk memuliakan satu sosok semata, yaitu Tuhan pencipta langit dan bumi.Orientasinya bukan lagi diri sendiri atau aksi panggung belaka, melainkan bagaimana agar Tuhan dapat memakai acara tersebut agar kami kembali mengingat kasihnya yang begitu besar, tentu bukan kasih yang egois, melainkan kasih yang juga kami berikan untuk teman-teman dan orang disekitar kami, sebagai ekspresi karena Tuhan sudah lebih dulu mengasihi kami.
Hal itu terlihat dari bagaimana beberapa orang sehari sebelumnya rela menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mendekorasi ruangan yang tadinya polos, menjadi beraneka warna lengkap dengan pernak pernik natal yang indah.Bahkan mereka harus pulang jam setengah dua belas malam demi melakukan pekerjaan tersebut, sebuah kerja keras yang tak sia-sia, sebab memang tak ada yang sia-sia di dalam Tuhan, betulkan?
Ada hal yang cukup menggelitik dan membuat saya dan seorang teman tertawa terpingkal-pingkal di penghujung acara.Jadi ceritanya waktu itu seorang teman meminta saya untuk menemaninya membeli sebuah kado.Akhirnya kami pergi ke sebuah toserba, dan dia dengan keisenganya membeli sebuah pelumas rantai motor (seingat saya) sebagai hadiahnya.Saya sudah ingatkan bahwa itu hadiah yang konyol dalam moment natal, tapi dia tetap bersikukuh, ya sudah saya pun membiarkan dia dengan pikiran 'gilanya.'Singkat cerita kami pun mengambil nomor kado yang sudah di campur secara acak, saya pun mengambil nomor sekian dan mendapatkan sebuah headset.Tadinya saya mau beli pas menemani teman saya itu membeli hadiahnya tapi tidak punya duit, maklumlah uang saya habis buat beli susu anak dan kosmetik isteri.Tapi puji Tuhan akhirnya saya malah dapat headset dari hasil tukar kado.
Kembali pada cerita kawan saya itu, sialnya ketika dia mengambil nomor yang sudah dimasukan kedalam sebuah wadah dia pun mengambil nomor kadonya sendiri.Begitu dia sadar dengan nomornya dan memberi tahu saya, kami pun tertawa dan menggila, coz emang lucu sih.
Lain lagi cerita seorang rekan kerja kami.Dia memiliki tubuh kekar, macholah pokoknya tapi dia malah kebagian kado baju perempuan haha, eh lucu nggak sih, garing ya?Lagian itu yang ngasih nggak mikir panjang banget ya,"aduh gimana kalo yang dapat kadoku cowok, masa dia harus jadi cewek biar tuh kado bisa dipakai sama dia."