Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

3 Alasan untuk Tidak Meninggalkan Zona Nyaman

10 Oktober 2016   06:55 Diperbarui: 15 April 2019   14:20 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kerja hal yang begini sering terjadi. Misal ada penawaran buat posisi kepala pada suatu divisi. Ada perusahaan yang biasanya tak cari dari luar, selain tak ingin beli kucing dalam karung, tentu jika orang dalam yang memegang posisi itu dia sudah lebih mengerti jobdesk nya, dan perusahaan tak perlu repot mengajari lagi. 

Tapi apakah hal begini jadi peluang emas di mata karyawan? Tidak juga. Bagi mereka yang sudah tahu rahasia umum di balik jabatan itu pasti nolak.

Gaji tak beda jauh tapi harus pulang malam terus siapa yang mau? Tak salah sih, sebab orang kerja kan cari uang bukan cari jabatan. Itu sebab sekali pun mampu, ada saja orang yang menolak saat ditawari sebuah posisi, jadi ini bukan sekadar takut ninggalin zona nyaman. Tapi lebih pada sikap tegas, bahwa dari pada nanti menyesal, mending jangan di ambil sekalian.

Jadi kalau kamu anak baru dalam sebuah perusahaan, terus ngelihat dan dapat informasi kalau ada orang-orang yang sudah lama bekerja tapi ‘begitu-gitu dan di posisi itu saja’ jangan langsung anggap sepele atau mikir kinerjanya jelek.

Kayak yang sudah saya bilang, banyak kok orang-orang dengan kinerja bagus di sebuah perusahaan tapi nolak pas di promosiin. Alasannya ya itu, tanggung jawab nya besar, lebih diporsir tapi gaji tak beda jauh. 

Artinya segala sesuatu yang dia dapat jika nerima sebuah posisi baru tak sebanding dengan kenyamanan yang sudah dia jalani saat ini. Betulah itu bah, hepeng do mangatur Negara on, uangnya yang mengatur Negara ini, tapi bukan uang yang mengatur kita, uang kan bukan segala-galanya.

2. Jobdesk yang Tak Sesuai dengan Kegiatan Pribadi Lain

Kayak Einstein yang betah dapat kerjaan nyantai biar bisa mikir dan nulis rumus relativitasnya. Sebelum mutusin pindah ke lain hati dengan maksud yang sama seperti di atas, cari tahu dulu dengan detail jobdesk yang bakal kamu jalanin kalau kamu terima sebuah tawaran.

Ingat loh, perusahaan kan bukan wanita yang bisa kamu gonta-ganti seenaknya (ceilaahhh) kalau kita sudah nerima sebuah tawaran, berjabat tangan, lalu SK-nya keluar jangan harap kalau nanti tidak betah bisa balik ke divisi sebelumnya kayak ngajak mantan balikan.

Kalau dibolehin sih nggak apa-apa, okelah. Tapi kalau ditendang gimana? Apalagi alasannya karena nggak betah, dan kangen suasana divisi sebelumnya. Itu sebabnya zona nyaman itu sangat berharga.Jangan sampai kita meninggalkan dan menukarnya untuk sesuatu yang tau tak mungkin bisa kita jalani. 

Kebanyakan karyawan hidup dalam posisi yang begini-begini aja deh tapi sudah nyaman. Biar gaji pas-pasan tapi jadi berkat, hati tenang, bisa liatin gebetan, bisa kirim-kirim pesan dengan mantan, dan yang pasti bekerja dalam kebahagiaan. Menurut saya itu tidak salah, dan bukan pecundang seperti yang sering dikatakan motivator-motivator pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun